Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
°
°
°
Khanza terkejut dengan pertanyaan Anaya, dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tidak menyangka Anaya akan bertanya seperti itu, dan dia tidak tahu bagaimana menjawabnya dengan baik.
"Nay, apa maksud pertanyaanmu itu?" tanya Khanza dengan suara yang pelan.
Ersa yang memang masih kesal dengan Khanza, ia pun berkata sambil menggerutu, "Pertanyaan begitu saja kamu tidak tahu!"
"Anaya bertanya, 'seandainya kamu yang berada di posisi dia, apa kamu akan membiarkan orang lain merebut suamimu?' Sudah paham sekarang? Kalau masih belum paham juga, apa boleh aku menggetok kepalamu itu?" lanjut Ersa dengan kesal.
Sedang Anaya tidak bisa menahan tawanya, sampai dia memegangi perutnya.
"Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Khanza bingung.
Anaya menghentikan tawanya. "Nah kan, sekarang aku tanya sama kamu, sebenarnya mau kamu itu apa? Apa motif kamu mendekati Mas Akmal?"
"Aku tidak tahu, selama ini aku hanya menuruti apa yang dikatakan oleh mama. Dan lama-lama aku menjadi sangat nyaman di dekat Kak Akmal. Aku selalu cemburu dan merasa tidak terima jika Kak Akmal dekat dengan gadis lain." Khanza menatap pada Ersa dan Anaya yang saling beradu pandang.
"Puncaknya aku merasa sakit hati dan kecewa, sebab sejak mereka memutuskan menjalin hubungan, aku merasa Kak Akmal semakin jauh dariku. Dan Mama selalu memaksaku untuk memisahkan mereka atau merebut Kak Akmal. Tapi sayang Kak Akmal justru menikah denganmu, Nay." Khanza menunduk, dia merasa kecewa dan marah pada dirinya sendiri.
"Yang kamu rasakan pada Kak Akmal itu bukan cinta, tapi obsesi. Kalau kamu memang benar-benar tulus mencintainya, pasti kamu akan mendoakan yang terbaik untuk mereka, bukan sebaliknya," ucap Ersa memberi pengertian.
Khanza merasa terpukul dengan kata-kata Ersa. Dia tidak pernah berpikir bahwa perasaannya terhadap Akmal bisa disebut sebagai obsesi. Dia selalu berpikir bahwa dia mencintai Akmal dengan tulus, tapi sekarang dia mulai mempertanyakan perasaannya sendiri.
Dia merasa lemah dan tidak berdaya, karena selama ini dia memang sangat dipengaruhi oleh mamanya. Nyonya Kikan selalu mengatur dan mengendalikan hidupnya, sehingga dia tidak pernah memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri.
Anaya memandang Khanza dengan perasaan iba, melihat betapa lemah dan tidak berdayanya gadis itu. Dia bisa melihat bahwa mungkin Khanza tidaklah jahat, tapi hanya terjebak dalam situasi yang tidak dia pahami. Anaya merasa kasihan pada Khanza, dan dia ingin membantu gadis itu keluar dari keadaan yang sulit ini.
"Khanza, aku ingin membantumu menemukan jalanmu sendiri, dan tidak lagi terjebak dalam pengaruh mamamu," kata Anaya dengan suara yang lembut
Khanza menatap Anaya dengan mata yang terkejut, tapi juga ada semacam harapan di dalamnya. Dia tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang mau membantunya, dan dia merasa bahwa Anaya mungkin adalah orang yang bisa membantunya keluar dari keadaan ini.
°
Sementara itu setelah mendapatkan pesan dari Anaya sang istri, Akmal membawa kendaraannya melaju menuju kediaman Arbi sahabatnya. Sepanjang perjalanan dia berdoa semoga tidak terjadi sesuatu pada istrinya.
Saat tiba di kediaman Arbi, Akmal langsung memarkir kendaraannya, dan bergegas masuk ke dalam rumah. Dia menemukan Arbi sedang berada di ruang keluarga bermain bersama kedua buah hatinya, dan dia langsung menghampirinya.
"Ada apa, Mal? Kamu tumben ke sini sendirian? Istrimu mana?" tanya Arbi, melihat kedatangan sahabatnya tanpa sang istri.
"Anaya mengirim pesan, di rumah ada Khanza, jadi aku disuruhnya ke sini," jawab Akmal.
Arbi langsung mengangguk, tak lama kemudian Adzana datang membawa dua botol susu untuk anak-anaknya.
"Eh, ada Kak Akmal! Anaya-nya mana?" tanya Adzana dengan raut wajah khawatir. "Kalian tidak ada masalah, kan?"
"Tidak ada. Aku ke sini disuruh sama dia, karena di rumah ada Khanza," jawab Akmal.
Jawaban Akmal membuat Adzana tersentak, lalu menatap Akmal dengan serius. "Haahhh... Kak Akmal tega, Anaya hanya berdua sama dia. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"
Akmal merasa terharu dengan perhatian Adzana pada istrinya. "Ada Ersa di sana, jadi kamu tidak perlu khawatir," ujar Akmal menenangkan.
Adzana merasa lega, ada Ersa bersama Anaya di rumahnya. "Syukurlah kalau begitu. Eh tapi, si Khanza memangnya kapan keluar dari rumah sakit?" tanyanya kemudian.
"Kakak, juga tidak tahu." Akmal menjawab sambil mengangkat bahu.
"Kak Akmal harus hati-hati, terutama dengan mamanya Khanza. Bukan tidak mungkin dia akan berbuat sesuatu yang membahayakan Anaya nantinya," ujar Adzana serius.
Akmal langsung menoleh ke arah Adzana dan menatap istri sahabatnya itu dengan serius, sehingga memancing reaksi Arbi. Pria itu menepuk pundak Akmal dengan keras. "Jangan menatap istriku seperti itu. Bukan muhrim tahu!"
Akmal langsung berbalik menatap Arbi. "Kamu cemburu? Kenapa baru sekarang perasaan itu muncul? Kenapa tidak dari dulu-dulu?" Akmal memprotes sahabatnya.
Arbi yang diprotes hanya mengangkat bahu. "Aku kan hanya bercanda, kenapa kamu jadi serius?" jawabnya tanpa rasa bersalah.
Akmal yang merasa kesal langsung meninju pundak Arbi. "Astaga, kamu sekarang makin menyebalkan ya, Ar? Tapi anehnya, kenapa aku bisa sesabar itu ya, menghadapi kamu?"
Akmal lantas merangkul Arbi dengan hangat, dan meledak lah tawa keduanya. Mereka seperti kembali ke masa kanak-kanak, mengingat saat-saat yang tidak terduga dan penuh kejutan. Arbi dikenal sebagai sosok yang pendiam dan kaku, yang sangat sulit mengekspresikan perasaannya. Tapi Akmal selalu tahu cara membuat sahabatnya itu tersenyum atau berteriak dengan gembira.
Dengan caranya yang unik, Akmal selalu bisa membuat Arbi merasa nyaman dan aman. Di saat-saat seperti itulah, mereka berdua bisa melupakan semua masalah dan menikmati kebersamaan mereka.
Adzana melihat keduanya dengan pandangan kagum. Dalam hati dia mengagumi persahabatan mereka, bahkan ketika ada rumor yang mengatakan keduanya memiliki hubungan dalam tanda kutip, tapi itu tidak membuat persahabatan mereka merenggang. Akmal dan Arbi tetap santai menanggapinya dengan tersenyum.
"Oh ya, Kak. Beberapa hari yang lalu, Anaya minta aku untuk menyelidiki Nyonya Kikan," beritahu Adzana dengan wajah serius.
Akmal langsung menghentikan tawanya, ia menatap Adzana dengan mengerutkan keningnya tajam. "Untuk apa? Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku?" tanya Akmal penasaran.
"Aku rasa tidak. Tapi semenjak insiden yang terjadi waktu itu, Anaya menginginkan informasi secara detail siapa Nyonya Kikan sebenarnya, sebab Anaya sepertinya mencurigai sesuatu," jelas Adzana.
"Lalu, apakah Kak Akmal juga sudah tahu, kalau sebenarnya Tuan Dodi itu bukan lah ayah biologisnya Khanza?" tanyanya kemudian.
Deggg
Akmal seperti dihantam batu yang sangat besar. Dadanya terasa berat dan sakit. Dia sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia menatap Adzana dengan serius, dan meminta penjelasan.
"Tidak, kakak tidak tahu sama sekali. Adzana... kamu tahu darimana?" tanya Akmal, seraya mengguncangkan pundak Adzana. "Siapa yang memberitahumu?"
Arbi ikut menimpali, "Sayang, kamu serius?"
Adzana tersenyum misterius, dan Akmal paham apa arti senyuman itu.
Maka tanpa kata Akmal bergegas meninggalkan rumah Arbi, lantas memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumahnya.
°
°
°
°
°
nanti jadi bumerang.
jawaban yg tepat