"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Ning sudah siap di meja makan sejak tadi, memperhatikan setiap gerak-gerik Jay yang cekatan dalam memasak. Dengan lihainya tangan Jay memotong cabe, bawang, dan beberapa bahan lain yang dibutuhkan. Hari ini, tepatnya untuk sarapan Jay lebih memilih memasak daripada membuat oat meal atau hal-hal yang biasanya dia makan ketika makan di pagi hari. Sesuai dengan permintaan Ning yang dingin dimasakkan nugget sambal matah buatannya.
"Lo harus belajar diet sehat," celetukkan Jay membuat Ning hilang fokus dan melipatkan kedua tangannya.
"Emang kenapa, sih? Aku gendut banget ya??" tanyanya sambil memajukan bibir beberapa senti.
Sedangkan Jay yang sempat melihatnya sekilas, menghela napas berat. Dia tidak mau berdebat atau sekadar menyahuti sesuatu yang tidak bermutu di pagi hari. Ning itu ibarat kata anak kecil yang keinginannya mesti dituruti, malah menurut Jay lebih susah membujuk Ning daripada anak kecil. Setelah selesai dengan masakannya, ia menyodorkan hasil mahakaryanya ke meja makan.
"Cobain," katanya dengan cuek.
Di sisi lain, dia ingin tahu bagaimana respon dari perempuan itu yang gelagatnya terlihat enggan untuk mencoba. Jay, sih santai saja karena pasti dimakan. Belum juga satu menit, nuget yang dibuatnya itu sudah ada di tangan Ning siap disantap. Jay geleng-geleng kepala melihatnya, lalu dia mengambil jus buah pisang yang dicampur gandum, dan juga sereal serta susu full cream yang sengaja dia buat, sementara itu Ning yang melihatnya mengerutkan dahi tidak suka.
"Minuman aku mana??" tanyanya setelah menelan makanan yang sedang dia kunyah.
Jay yang mendengar itu langsung menyodorkan gelas lain yang terlihat sedikit berbeda, namun isinya sama hanya saja di dalamnya tidak ada oat meal. Tapi, Ning tidak mengeluh dia menerimanya dengan baik toh dia sudah makan nasi itu mengenyangkan. Setelah itu Jay bisa tenang sambil menikmati sarapannya. Suasana di pagi yang cerah itu terasa menyenangkan bagi Jay yang selalu sendirian dan kesepian jika pulang ke rumah pribadinya. Namun, dari malam sampai pagi ada yang menemaninya dan membuat suasan rumah hangat. Rasa kesepian yang sudah biasa dirasakan olehnya tiba-tiba hilang entah ke mana. Sampai Jay bertanya-tanya, apakah seperti ini jika punya keluarga "utuh"? Hidupnya mungkin terlalu sempurna, Jay tak bisa tamak seperti itu.
"Kalau udah selesai, ayo jalan semua orang khawatir," Ning menelan suapan terakhirnya.
"Lah, kamu nggak bilang ke orang-orang kalau aku ada di sini kan?" tanyanya dengan wajah polos bukan main.
Jay bisa saja menendang Ning kalau dia tak punya perasaan, tapi sayangnya Jay bukan laki-laki yang payah dan peduli kepada sesama manusia. Ia menghela napas, haruskah dijelaskan seperti akar pangkat kuadrat agar Ning paham maksud dari permintaannya kemarin malam?
"Lu sendiri yang bilang, 'jangan kasih tau orang tua gue' tapi sayangnya Nyokap gue tau, makanya orang tua lu pasti tau."
Singkat saja, kalau pakai rumus akar pangkat kuadrat akan panjang kali lebar kali tinggi dan dibagi ruang. Ning terbelalak kaget, Mama Jay tahu dia ada di rumah anaknya? Ya ampun!
"Tu-tunggu dulu, jadi maksud kamu Mama aku sama Papa aku juga tau gitu?!"
Jay terkesiap sebentar, Ning benar-benar penuh tenaga dan semangat di pagi hari. Dia mengembuskan napas perlahan, kemudian mengangguk sebagai jawaban.
"Ayo, kita terlambat."
Tanpa menunggu persetujuan dari Ning, Jay sudah lebih dulu mengambil alih tangan perempuan itu untuk dia gandeng. Mereka menuju mobil Jay yang terparkir rapi di bagasi rumahnya. Mungkin hari itu akan menjadi hari yang panjang bagi Jay.
...🪶🪶...
Beberapa jam lalu, semua orang yang ada di ruang tamu rumah terdengar sangat berisik dan panik bahkan di saat Ning pulang dalam keadaan baik-baik saja tanpa lecek sedikitpun. Siapa sangka, ketika membicarakan hal yang sebenarnya semua orang malah terdiam dan kembali damai.
"Bilang dong kalau kalian mau 'deket' lagi, jangan bikin orang jantungan!" Rey menepuk pundak Jay dengan sok akrab. Memang mereka akrab, sih tapi ya begitulah Rey terlalu berlebihan saat menepuknya.
Tidak ada sesuatu yang dia bilang, tapi ekspresinya sangat mewakili, bahwa Jay amat kesal dengan kelakuan Rey. Lebih tepatnya dia muak sama cowok itu, tapi bagaimanapun dia tetap temannya yang satu itu. Ia menghela napas, kemudia menatap Ning yang sudah tidak berdaya saat dikelilingi orang rumah dan teman-teman lainnya.
Ning menoleh seolah sedang meminta bantuan pada Jay, "Jadi lo sama Jay udah sekamar? Belum nikah Ning ya Tuhan!" Kartika menepuk jidatnya sendiri. Sementara itu orang yang kerumuni oleh para manusia kepo hanya diam. Ning lelah, sungguh.
Rasanya dia mau pindah rumah saja daripada di rumahnya yang sangat ramai, padahal bar-bar gitu dia perempuan yang suka kenyamanan dan juga ketenangan. Di sisi lain, Jay juga merasakan hal yang sama dia diteror berbagai pertanyaan dari para curutnya, terutama Rey dan Joni. Mereka berdua terlalu banyak bicara, sedangkan kondisinya pusing dengan pekerjaan, tugas kuliah, ini malah ditambah sama pertanyaan-pertanyaan tak berbobot yang keluar dari mulut teman dan keluarganya. Jay merasa kepalanya mau pecah.
...🪶...
Selesai dengan berbagai pertanyaan yang melelahkan, Jay dan Ning akhirnya bisa menghela napas lega. Keduanya saling bersandar satu sama lain, mereka terlihat seperti habis maraton alias lari jarak jauh.
"Wah...gila mau pingsan aku.." Jay hanya melirik sekilas mendengar keluhan tersebut.
"Kamu nggak capek apa?" tanyanya begitu melihat Jay hanya diam, sesekali pria itu mengibaskan kemejanya yang dia buka sedikit.
Lama-lama Ning terbiasa melihat kemeja Jay terbuka seperti itu, maksudnya–dia sudah muak melihatnya. Namun, memang ketampanan Jay diluar nalar manusia. Tak butuh satu menit Ning memuji parasnya, dia bahkan sadar jika Jay tipe pria yang pantas untuk dipuja-puja, sekarang dia paham bagaimana perasaan para perempuan, Ibu-ibu, remaja, anak kecil, sampai yang sudah tua memandang Jayden Kaylee Abipraya. Baiklah, seorang Ning Arum Yuliana Rahayu menganggumi Jay. Seketika Ning sadar dengan lamunannya tentang Jay, ia menggelengkan kepala dan bergidik.
"Kenapa lo?" tanya Jay yang ternyata sedang memperhatikannya.
"Nggak apa-apa, mau minum nggak kamu? Mumpung lagi pada sibuk ngobrol," sahutnya seraya mengambil gelas berisi anggur hijau. Jangan salah paham, minuman itu tak pakai alkohol jadi aman bagi yang meminumnya.
Jay merebut gelas milik Ning, lalu menenggaknya sampai tersisa sedikit membuat Ning mengedipkan mata. Dia sedang asyik minum, tiba-tiba gelasnya sudah di tangan orang itu. Ning ingin marah tapi dia tahan. Kata Papa, marah-marah itu dapat menimbulkan keriput lebih cepat. Jadi, Ning mencoba untuk bersabar dengan kelakuannya.