NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Meninggalkan Kota Batu

Setelah mendengar perkataan Tan Hui, Xiao Li beserta anak istrinya memucat wajahnya. Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa mereka telah terjebak dari awal oleh keluarga Hu.

"Untung saja, Nyonya dan Nona Xiao bisa selamat. Jika tidak....hahh..." Tan Hui berkata sambil menghela nafas.

"Jika tidak?" Tanya Xiao Li penasaran.

"Jika mereka tidak selamat, sudah dipastikan Tuan Xiao akan lebih mudah dibujuk oleh utusan karena sedang dalam keadaan berduka. Dan jika hal itu terjadi, keadaannya mungkin jauh lebih buruk dari sekarang." Lanjut Tan Hui sembari menggelengkan kepala.

Keenam pemimpin keluarga yang ada di sana semua terdiam. Seorang pemimpin yang biasanya bertindak tegas dan berwibawa, saat ini mereka semua telah dijadikan permainan oleh satu orang.

"Lalu bagaimana baiknya. Tak mungkin kita semua membiarkan keseimbangan tujuh keluarga hancur. Jika keluarga Hu bergabung dengan keluarga Xiao, mereka akan menjadi keluarga terkuat dan kemungkinan..." Ucap Chu Shen yang menggantungkan ucapannya.

Sebelum dia melanjutkan perkataannya, semua orang yang ada di sana menunjukkan ekspresi tegang dan sedikit pucat. Agaknya mereka sudah tahu apa yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.

"Mereka akan memberontak dan berusaha menggulingkan kekaisaran." Kaisar berkata dengan muka memerah menahan amarah.

"Ini gawat, mereka bahkan mempunyai bantuan dari Aliansi Golongan Hitam." Sahut pemimpin keluarga Liu.

"Tidak baik...sungguh sangat buruk." Kata pemimpin keluarga Chen.

Setelah itu terjadi keheningan yang cukup lama. Hal ini tentu saja membuat Xiao Li dan lainnya menjadi tidak nyaman.

Mereka sengaja diam karena masih menunggu keputusan kaisar yang terlihat sedang berpikir keras.

"Bagaimana ini Yang Mulia." Akhirnya pemimpin keluarga Chen berkata.

Kaisar masih diam, tidak langsung menjawab. Hingga beberapa menit kemudian tiba-tiba dia berkata tegas memberi perintah.

"Tinggalkan semua pengawal kita di sini untuk menjaga keamanan Kota Batu, malam ini juga kita akan pulang hanya dengan membawa sepuluh orang pengawal yang ikut masuk kedalam ruang ini." Kata kaisar yang sudah bangkit berdiri.

"Sudah jelas sekarang maksud dan tujuan keluarga Hu. Akan tetapi hanya dengan adanya bukti kesaksian Nyonya dan Nona Xiao, itu masih belum cukup untuk menganggap keluarga Hu sebagai pemberontak. Sekarang ini kita kembali dan tetap waspada!! Hidup keluarga Xiao sudah diujung tanduk, karena itu aku perintahkan sekali lagi, jangan ada yang membawa pengawal selain yang berada diruang ini sampai satu bulan kedepan!!" Ucap kaisar penuh wibawa.

"Siap Yang Mulia." Jawab mereka serempak seraya bangkit dari tempat duduknya.

...****************...

Malam hari, ketika pertemuan sedang berlangsung. Lin Tian yang sudah kembali dari Pandai Besi Selatan hanya duduk-duduk santai di depan kamarnya sambil memandangi pemandangan langit malam.

Dia duduk di atas kursi bambu yang di sampingnya juga terdapat sebuah meja.

Lin Tian duduk termenung di sana sambil ditemani teh hangat buatannya. Akan tetapi teh itu masih utuh sedaritadi hingga sekarang sudah menjadi dingin.

"Hah....."

Hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Lin Tian. Entah sudah berapa ratus kali Lin Tian melakukan hal itu.

"Hari ini hari terakhir aku berada di sini. Setelah ini pergi kemana ya?" Ucap Lin Tian seorang diri.

Saat ini dia sedang bingung memikirkan nasibnya kedepan. Dia bingung hendak pergi kemana terlebih dahulu untuk mencari Nona mudanya. Karena semenjak turun dari Pegunungan Tembok Surga, pemuda ini sama sekali tidak punya petunjuk apapun tentang keberadaan Zhang Qiaofeng. Yang dia tahu hanyalah, Nona mudanya pergi kearah Selatan.

"Apa saat ini Nona bergabung di salah satu perguruan? Kalau memang iya, aku tak tahu perguruan mana itu?" Kembali pemuda itu berucap seorang diri.

"Hah....."

Setelah menghela nafas beberapa kali, akhirnya Lin Tian mengambil secangkir teh itu dan meminumnya.

Sekali tenggak habis sudah isi cangkir itu. Kemudian Lin Tian melakukan aktivitas yang sudah menjadi kebiasannya. Ya, dia mengambil sebuah buku kecil dari saku bajunya, kemudian membacanya.

Hingga dua jam lamanya Lin Tian membaca buku 'kesayangan' itu. Sampai tak sadar matanya mulai mengantuk dan pemuda itu akhirnya tertidur diatas kursi.

...****************...

"Bruukkk.....Adduuhhh!!"

Kata Lin Tian terkejut yang tiba-tiba ketika terbangun dia dan kursinya sudah terguling jatuh.

Pemuda ini berusah bangkit sambil memegangi kepalanya yang terbentur lantai. Saat sudah bangkit berdiri, dia melihat di depannya sudah berdiri Xiao Niu yang menggembungkan kedua pipinya.

Di belakang gadis itu terlihat pula Xiao Li, Xiao Mei, Xiao Lian dan Hao Yu. Mereka berempat hanya berdiri sambil tersenyum memandang kearahnya.

"Ada apa ini??" Tanya Lin Tian yang ucapannya sedikit tidak jelas karena baru bangun tidur.

"Hihihi...." Terdengar Xiao Lian tertawa kecil melihat sikap Lin Tian.

Pemuda ini mengerutkan keningnya heran. Lalu dia mengucek-ucek matanya yang masih sedikit gatal.

"Lin Tian, apa kau hari ini akan pergi?" Akhirnya Xiao Mei berkata.

Lin Tian menganggukkan kepala lalu menjawab, "Benar Nyonya, karena seperti janjiku kepada Nona Xiao Niu, aku tinggal di sini hanya satu minggu."

"Tak bisakah tinggal di sini sedikit lebih lama?" Kembali Xiao Mei berkata.

"Maaf Nyonya, akan tetapi aku juga punya urusan yang harus segera diselesaikan."

Mendengar ini, Xiao Niu menampakkan ekspresi sedihnya. Tentu saja dia sedih karena selama seminggu ini, setelah melatih Xiao Lian Lin Tian selalu menyempatkan diri untuk menemuinya dan menemani gadis ini bermain.

Dan sekarang dia hendak pergi. Entah kapan bisa bertemu lagi dengannya.

"Huwaaa.....!!!" Tiba-tiba Xiao Niu menangis dan langsung memeluk Lin Tian.

Ayah dan ibunya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis itu. Mereka heran, padahal Lin Tian dan putrinya baru saja bertemu akan tetapi sudah seperti kakak beradik sungguhan.

Berbeda dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Xiao Lian. Gadis ini terlihat memerah mukanya dan menampakkan ekspresi jengkel. Entah apa yang membuatnya jadi seperti itu. Mungkin karena dia cemburu dengan Xiao Niu yang seperti sudah tidak menganggapnya kakak, ataukah karena hal lain?

Lin Tian yang dipeluk seperti itu menjadi bingung hendak berbuat apa, sehingga dia hanya mengelus-elus kepala Xiao Niu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Setelah beberapa menit, Xiao Niu melepas pelukannya dan berkata, "Apa kau akan kembali?" Tanyanya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Aku tak tahu." Jawab Lin Tian singkat.

Xiao Niu lalu menundukkan muka dan berjalan dengan lesu kearah ibunya. Gadis itu telah kehilangan semangat akibat kepergian Lin Tian.

"Hati-hatilah Lin Tian. Maafkan kami tidak bisa memberimu apa-apa." Kata Xiao Li sambil memegang pundak Lin Tian.

"Tak apa Tuan, justru akulah yang harus minta maaf karena sudah di sini terlalu lama."

"Haha...tak masalah, mau tinggal di sini lebih lama lagipun aku tak keberatan. Juga jika seandainya di masa mendatang kau butuh bantuan, jangan malu-malu untuk datang ke keluarga Xiao ini."

"Terima kasih Tuan." Jawab Lin Tian seraya menjura.

"Lian'er, apa kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?" Tanya Xiao Mei kepada putrinya.

Mendengar pertanyaan ini, Xiao Lian memerah wajahnya dan jadi gelagapan. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan sebagai salam perpisahan. Sehingga gadis itu hanya berkata singkat, "H-h-hati-hati."

Xiao Li menghela nafas panjang mendengar jawaban putrinya. Dia sedikit heran dengan sikap Xiao Lian yang semenjak bertemu Lin Tian, sikapnya menjadi agak aneh menurutnya.

Berbeda dengan ibunya. Wanita dua anak ini tahu soal apa yang sedang dirasakan oleh putrinya, sehingga dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Dasar anak muda..." Xiao Mei membatin.

Tak lama kemudian, Lin Tian langsung menjura dan berkata, "Kalau begitu Tuan dan Nyonya, terima kasih untuk semuanya dalam seminggu ini. Aku tidak tahu bagaimana dan dengan cara apa harus membalas kebaikan kalian. Akan tetapi sama seperti ucapan Tuan, jika seandainya di masa depan keluarga Xiao membutuhkan bantuan, carilah diriku ini, kelak akan kubantu semampuku."

Xiao Li dan Xiao Mei tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum dan berkata dalam hati, "Lin Tian, seharusnya kamilah yang harus berterimakasih padamu..."

Lalu tiba-tiba terdengar Hao Yu berkata.

"Lin Tian...!" Panggil Hao Yu dengan tegas sembari melangkahkan kaki mendekatinya.

"Jangan mati sampai pertemuan kita selanjutnya." Ucapnya tersenyum sambil mengepalkan tinjunya kearah Lin Tian.

Lin Tian hanya diam mendengar ucapan itu, kemudian dia juga mengepalkan tinjunya dan menyatukannya dengan tinju milik Hao Yu.

"Ya." Hanya inilah yang menjadi jawaban Lin Tian sebelum pemuda itu pergi meninggalkan kediaman keluarga Xiao.

...****************...

Saat ini Lin Tian sudah berdiri di depan toko baju tempat dahulu dirinya di belikan pakaian oleh Bao Chu.

Pemuda ini ingin melaksanakan nasehat dari Gong Fai yaitu untuk merubah semua identitasnya. Akan tetapi untuk merubah nama, dia belum terpikirkan dan tidak ada niat untuk benar-benar merubah namanya.

Namun dia memiliki rencana yang lebih hebat lagi. Pemuda ini tidak akan merubah namanya, akan tetapi dia berniat untuk mengangkat namanya dengan sebuah nama julukan. Sehingga semua orang akan mengenalnya dengan nama julukan tersebut.

Untuk nama julukannya sendiri Lin Tian juga belum terpikirkan hal itu. Namun dia bertekad akan terus berpetualang di dunia persilatan hingga kelak para pendekar memberikan sebuah nama julukan padanya akibat sepak terjangnya.

Lin Tian tidak ingin memberi nama julukan untuk diri sendiri karena dia menganggap hal itu adalah kesombongan.

Lin Tian memasuki toko itu dan ia membeli baju yang sungguh jauh berbeda dari baju-baju sebelumnya.

Jika sebelumnya Lin Tian selalu mengenakan pakaian yang berwarna serba gelap, sekarang ini dia mengenakan pakaian yang berwarna sangat cerah.

Pakaian itu berwarna putih bersih dengan baju dalam berwarna hitam dan sabuk yang melilit pinggangnya berwarna biru tua. Di punggungnya tergantung rapih Pedang Dewi Salju yang kelak akan selalu menemani perjalannya.

Lin Tian juga membeli sebuah topeng yang berbentuk wajah manusia. Topeng ini hampir sama dengan milik pendekar bertopeng yang waktu itu menyerbu Pandai Besi Selatan. Akan tetapi bedanya, topeng milik Lin Tian lengkap dengan hiasan hidung dan mulut.

Walaupun begitu, topeng ini berwajah dingin tanpa ekspresi sehingga terkesan menyeramkan. Tapi memang inilah keinginan dan selera Lin Tian.

"Hm....ini cukup bagus." Kata Lin Tian seraya melihat-lihat pakaiannya sendiri.

Sedangkan untuk baju lama, Lin Tian sudah menjualnya, karena dia benar-benar tidak ingin identitas yang sekarang ataupun yang dulu terbongkar.

"Baiklah, waktunya pergi." Gumamnya perlahan lalu berjalan santai menuju gerbang kota.

Beberapa menit berlalu, dan setelah dirasa sudah cukup jauh keluar dari Kota Batu, Lin Tian langsung mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan berkelebat pergi dari sana.

Dia sudah menetapkan tujuan berikutnya, yaitu keluarga Hu. Lin Tian ingin melihat langsung bagaimana keadaan di sana dan jika perlu membongkar semua keanehan-keanehan atas masalah ini. Hal ini ia lakukan karena Lin Tian berpikir harus membayar budi kebaikan keluarga Xiao.

Juga Lin Tian pergi kesana karena ingin mencari seseorang yang bisa memberinya informasi tentang keberadaan Asosiasi Gagak Surgawi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

|•BERSAMBUNG•|

1
ABDUL MALIK
Luar biasa
Ambara Sugun
kenapa tidak dijarah kekayaannya
Arsi Oke
Lumayan
Khoirul Anam
Luar biasa
Rino Wengi
kenapa penjahat nggak dibunuh? nambah musuh doang
ahmad sudrajat
Luar biasa
Ambara Sugun
ternyata pedang dewi salju kalah dgn clurit hahaaa
Ambara Sugun
thor lupa ya lin tian punya cincin ruang
pecahan_misteri
p
Wan Trado
burung pengantar surat biasanya sudah terlatih dan hanya akan melalui rute atau tempat yg sudah dilatih sebelumnya, tidak mungkin burung pos tau rute yg belum pernah dia jalani
Wan Trado
yah tongkat si budiman dibawa bawa
Wan Trado
putra putri kaisar berjalan jauh tanpa pengawalan
Wan Trado
sempat berpikir dalam kebimbangan ya, ini pertempuran bukan pembicaraan, gunakan reflek dan instingmu hadeehh..
Wan Trado
tidak tau berterimakasih kau yaa😠
Wan Trado
seorang guru biasanya akan melepas muridnya apabila ilmu yg diturunkan sudah sempurna
Wan Trado
sombongnya, merasa sudah hebat sekali ya.. mau diangkat jadi murid sepertinya enggan pula..
Wan Trado
kenapa harus senior ya bahasanya
Wan Trado
terlalu berpikiran bijak dalam menyelesaikan masalah padahal usianya masih remaja dan besar digunung, jadi agak aneh
Wan Trado
sepertinya terlalu lancang, baru pertama kali bertemu sudah menanyakan hal tentang keluarga
Wan Trado
dijaman saat itu belum dikenal hitungan waktu dalam menit dan jam, tapi biasanya ukuran waktunya sepeminuman teh, sepenanak nasi dsbnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!