kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LANGKAH BARU
Beberapa bulan setelah keputusan Yana untuk mulai kuliah, ia merasa bahwa kehidupannya memasuki babak baru yang penuh dengan tantangan dan peluang. Meskipun ia telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, perjalanan menuju keputusan itu tidak selalu mulus. Ada saat-saat di mana ia merasa keraguan kembali menghampiri, terutama ketika melihat teman-temannya yang sudah lebih dulu memilih jalannya masing-masing.
Namun, Yana tidak merasa kesepian dalam perjalanan ini. Nabil selalu ada untuk mendengarkan segala kekhawatirannya, memberikan dukungan, dan memberinya perspektif yang lebih luas tentang hidup. Mereka berdua telah tumbuh bersama selama beberapa tahun terakhir, dan meskipun mereka berdua sedang mencari jalannya masing-masing, mereka tahu bahwa mereka saling melengkapi satu sama lain.
Hari-hari Yana di universitas dimulai dengan penuh antusiasme, meskipun juga sedikit canggung. Awalnya, ia merasa agak terasing di lingkungan baru, dengan teman-teman baru yang datang dari berbagai latar belakang. Kuliah yang lebih intens dan jadwal yang lebih padat membuatnya harus menyesuaikan diri dengan cara belajar yang berbeda.
Satu hal yang membuat Yana merasa lebih tenang adalah kenyataan bahwa ia tidak harus menjadi sempurna. Ia mulai memahami bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan proses, dan tidak ada yang instan. Bahkan di tengah segala ketidakpastian, Yana belajar untuk menikmati setiap momen dan menghargai setiap langkah kecil yang ia ambil.
Di tengah kesibukan kuliah, Yana juga menyempatkan diri untuk kembali bekerja paruh waktu di kafe. Ia merasa bahwa pekerjaan itu memberinya perspektif yang berbeda tentang dunia luar dan membantu mengembangkan keterampilan sosial dan manajerialnya. Ia merasa bangga bisa mandiri, dan itu memberinya rasa percaya diri yang baru.
Nabil, meskipun lebih memilih untuk fokus pada pekerjaannya, tetap setia mendukung Yana. Mereka sering berbicara tentang impian mereka, baik yang dekat maupun yang jauh. Yana merasa bahwa keputusan untuk kuliah bukanlah keputusan yang dipaksakan, melainkan keputusan yang datang dari dalam dirinya sendiri, sebuah pilihan yang memungkinkan ia untuk berkembang lebih jauh.
Di suatu malam, setelah Yana pulang dari kuliah dan Nabil selesai bekerja, mereka bertemu di taman yang sama tempat mereka sering duduk dan berbicara tentang masa depan. Angin malam yang sejuk membuat suasana terasa nyaman, dan keduanya duduk bersebelahan sambil menikmati secangkir kopi.
“Kamu terlihat lebih tenang sekarang, Yana,” kata Nabil sambil tersenyum melihat Yana yang terlihat lebih santai.
Yana mengangguk, tersenyum kecil. “Aku rasa aku mulai menemukan tempatku. Kuliah memang penuh tantangan, tapi aku merasa ini adalah langkah yang benar. Aku merasa lebih yakin sekarang.”
Nabil menggenggam tangan Yana, memberi dukungan tanpa kata-kata. “Aku senang mendengarnya. Kamu tahu, aku selalu percaya bahwa kamu bisa jadi lebih dari yang kamu kira.”
Malam itu, mereka berbicara lebih banyak tentang apa yang telah mereka capai dan apa yang ingin mereka capai di masa depan. Mereka berdua menyadari bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian, mereka selalu memiliki satu sama lain untuk menghadapi semuanya.
Waktu berlalu, dan Yana semakin nyaman dengan kehidupan barunya. Ia menemukan teman-teman baru di kampus, berkenalan dengan berbagai macam orang yang menginspirasi dan memberikan wawasan baru. Ia mulai terlibat dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya, dan itu memberinya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih luas.
Namun, meskipun semuanya berjalan lancar, Yana tidak bisa menghindari rasa cemas yang kadang datang menyelinap. Ada saat-saat di mana ia merasa kurang cukup atau takut gagal, terutama saat menghadapi ujian dan tugas yang semakin menumpuk. Namun, setiap kali rasa takut itu datang, Yana selalu mengingat kata-kata Nabil: “Jangan terlalu keras sama diri sendiri. Setiap langkah kecil adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar.”
Suatu hari, Yana dihadapkan pada sebuah ujian besar yang membuatnya merasa tertekan. Meskipun ia sudah belajar dengan giat, rasa takut akan kegagalan menghantui pikirannya. Ia merasa bahwa jika ia gagal, itu akan berarti bahwa ia tidak cukup pintar atau tidak cukup baik untuk melanjutkan perjalanan ini.
Ketika Nabil tahu tentang kekhawatirannya, ia langsung menghubungi Yana dan mengajaknya untuk bertemu di taman seperti biasa. Malam itu, setelah berbicara panjang lebar tentang ujian dan rasa takut yang Yana rasakan, Nabil kembali mengingatkan Yana untuk tidak terlalu menekan dirinya sendiri.
“Kamu sudah berusaha keras, Yana,” kata Nabil, matanya penuh keyakinan. “Jangan biarkan satu ujian atau satu kegagalan menghalangi jalanmu. Kamu lebih dari cukup, dan aku yakin kamu bisa melaluinya. Semua orang punya tantangan mereka sendiri, tapi itu bukan alasan untuk berhenti mencoba.”
Mendengar kata-kata itu, Yana merasa seolah beban berat di pundaknya sedikit terangkat. Ia menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, dan bahwa keberanian untuk mencoba adalah hal yang paling penting. Ia merasa lebih siap menghadapi ujian tersebut, tidak hanya dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya, tetapi juga dengan ketenangan yang baru ia temukan.
Hari ujian pun tiba, dan meskipun Yana merasa cemas, ia mencoba untuk tetap tenang dan fokus. Ia tahu bahwa ia telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, dan hasil akhirnya adalah hasil dari usahanya. Ketika akhirnya ujian itu selesai, Yana merasa lega, dan meskipun ia tidak tahu apakah ia akan mendapatkan nilai yang sempurna, ia tahu bahwa ia telah memberikan yang terbaik.
Beberapa minggu setelah ujian, Yana menerima hasilnya, dan meskipun tidak mendapatkan nilai tertinggi, ia merasa bangga dengan pencapaiannya. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukan tentang menjadi yang terbaik, tetapi tentang memberikan yang terbaik dari dirinya sendiri. Yana merasa puas, karena ia telah menghadapinya dengan ketenangan dan keberanian.
Di saat yang sama, ia mulai merasa semakin dekat dengan impian-impian yang ia pegang. Kuliah, pekerjaan, dan kehidupan pribadi berjalan seiring, memberikan Yana keseimbangan yang ia butuhkan. Ia tahu bahwa hidup akan terus berubah, penuh dengan tantangan baru, tetapi ia merasa lebih siap untuk menghadapinya.
Nabil selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan tanpa syarat. Mereka berdua sudah melewati banyak hal bersama, dan Yana merasa beruntung bisa berbagi perjalanan hidup dengan seseorang yang selalu percaya padanya. Meskipun masa depan masih penuh ketidakpastian, mereka berdua tahu bahwa mereka bisa menghadapinya bersama, karena mereka memiliki keberanian untuk terus melangkah, apapun yang terjadi.
Beberapa tahun kemudian, setelah Yana lulus kuliah dan memulai karir yang ia impikan, ia melihat kembali perjalanan hidupnya dan merasa bangga dengan setiap langkah yang telah ia ambil. Perjalanan itu penuh dengan cobaan, tetapi juga penuh dengan kebahagiaan dan pencapaian.
Dan di tengah segala perubahan itu, Yana tahu bahwa yang terpenting bukanlah tujuan akhir, tetapi bagaimana ia menjalani setiap langkah dengan hati yang penuh keberanian dan tekad. Karena pada akhirnya, hidup adalah tentang perjalanan, bukan hanya tentang tujuan. Dan Yana, dengan segala dukungan dari Nabil dan orang-orang yang mencintainya, telah menemukan cara untuk menjalani perjalanan itu dengan penuh makna.