Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Asisten Pribadi
Menjelang malam, Bisma pulang ke rumah dan dia mengerutkan keningnya kala melihat sebuah mobil yang sama sekali tidak dia kenal. "Mobil siapa? apa ada tamu?" gumam Bisma.
Bisma pun keluar dari dalam mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah. "Nah, itu Bisma baru pulang," seru Mommy Rani.
"Bisma, kamu semakin tampan saja," puji Mama Farah.
"Apakabar, Tante, Om." Bisma memberikan salam kepada kedua orang tua Nadira.
Bisma duduk di samping Rani. "Jadi, mau kapan acara pertunangan Bisma dan Nadira akan dilaksanakan?" tanya Papa Gilbert.
"Tunangan? tunangan apa?" tanya Bisma bingung.
"Begini sayang, Mommy dan kedua orang tua Nadira sudah sepakat akan menjodohkan kamu dengan Nadira. Dan pihak Nadira ingin kalian tunangan terlebih dahulu," sahut Mommy Rani dengan senyumannya.
"Mommy apa-apaan sih? Bisma tidak mau tunangan dan Bisma belum mau menikah," tolak Bisma.
Nadira dan kedua orang tuanya tampak kesal mendengar jawaban dari Bisma. Dengan perasaan tidak senang, Bisma pun memilih untuk pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Rani benar-benar merasa tidak enak kepada orang tua Nadira yang jauh-jauh sudah datang dari London.
"Kamu itu bagaimana, Nadira? katanya Bisma sudah mau tunangan sama kamu, tapi kok barusan Bisma menolaknya?" tanya Mama Farah.
"Ah itu, kemarin-kemarin Bisma sudah setuju kok, mungkin hari ini dia lagi ada masalah di kantornya jadi ucapannya seperti itu," dusta Nadira.
"Iya Mbak, Mbak Farah jangan khawatir Bisma pasti mau kok," timpal Mommy Rani.
Malam itu kedua orang tua Nadira membawa Nadira pergi dari rumah Bisma. Kabarnya kedua orang tua Nadira memutuskan untuk pindah ke Indonesia dan itu membuat Nadira semakin bahagia. Rani mengetuk pintu kamar Bisma.
"Sayang, apa Mommy boleh masuk?" seru Mommy Rani.
Bisma menghembuskan napasnya, dia tahu apa yang akan Mommynya bicarakan dan Bisma malas membicarakan masalah perjodohan itu.
"Masuk saja, Mom," sahut Bisma malas.
Rani pun membuka pintu dan masuk ke dalam kamar putranya itu. Terlihat Bisma sedang merebahkan tubuhnya dengan tangan menutup matanya. Rani duduk di samping Bisma sembari memijit kaki Bisma.
"Sayang, Mommy bukanya memaksa kamu tapi kamu itu sudah dewasa dan mapan sudah waktunya berumah tangga. Nadira wanita yang baik bahkan kamu sudah lama mengenal dia jadi Nadira cocok untuk menjadi istri kamu," ucap Mommy Rani.
"Dari mana Mommy tahu Nadira baik? Mommy belum terlalu kenal dengan Nadira, bahkan bertemu dengan dia saja Mommy jarang," sahut Bisma.
"Feeling Mommy saja, memangnya kenapa kamu menolak Nadira? apa kamu masih mengharapkan wanita yang sudah membuatmu hancur dan hampir depresi itu?" kesal Mommy Rani.
Bisma terdiam, dia tidak bisa menjawabnya. "Mommy tidak mau melihat kamu sedih lagi Bisma, apalagi sekarang setiap hari kamu bertemu terus dengan Nina. Mommy takut kamu akan lemah dan tergoda lagi oleh Nina, padahal perjuangan kamu dulu untuk sembuh dari patah hati sangatlah lama," ucap Mommy Rani.
Bisma membuka matanya dan terduduk. "Entahlah Mom, Bisma memang sangat sakit ketika dulu Nina meninggalkan Bisma begitu saja tapi jujur, Bisma tidak bisa membenci Nina. Setiap bertemu dengan Nina, emosi Bisma selalu saja meledak tapi setelah Bisma memarahi dia, ada perasaan bersalah dalam hati Bisma," sahut Bisma.
"Itu artinya kamu masih mencintai Nina tapi Mommy tidak mengizinkan kamu untuk dekat lagi dengan dia, pokoknya kamu harus bertunangan dengan Nadira," keukeuh Mommy Rani.
"Tapi Mom----"
Rani bangkit dari duduknya. "Mommy gak mau dengar, pokoknya kamu harus bertunangan dengan Nadira, titik."
Rani pun dengan cepat keluar dari kamar Bisma. Bisma lagi-lagi hanya bisa menghembuskan napas kasarnya, saat ini perasaannya memang serba salah. Nina adalah cinta pertama Bisma dan Bisma sangat mencintai Nina melebihi apa pun.
***
Keesokan harinya....
Pagi-pagi sekali Nina sudah berada di kantor, semalaman dia tidak bisa tidur karena memikirkan mengenai biaya pengobatan Papanya. Nina langsung menuju pantry, dia ingin mengambil air minum dan ternyata di sana sudah ada Hilmi yang sedang membuat kopi karena OB sepertinya belum datang.
"Hilmi, tumben pagi-pagi buta sudah ada di kantor?" tanya Nina yang baru saja masuk ke dalam pantry.
Hilmi sampai memegang dadanya karena kaget. "Astaga Nina, aku sampai kaget kirain pagi-pagi ada setan," sahut Hilmi.
"Gila, masa ada setan cantik begini," canda Nina.
"Mulai, narsisnya keluar. Aku ada kerjaan yang belum selesai kemarin, Pak Bisma minta pagi-pagi ini selesai makanya aku datang pagi-pagi banget," sahut Hilmi sembari menyesap kopi buatannya sendiri.
Keduanya akhirnya saling berbincang-bincang terlebih dahulu. Sementara itu, Bisma pun baru saja sampai di kantor entah kenapa hari ini dia ingin berangkat pagi-pagi karena dia malas mendengar Mommynya yang selalu membicarakan Nadira. Bahkan Bisma sama sekali belum sarapan, dia pun langsung masuk ke dalam ruangannya.
Bisma menyalakan laptopnya dan melihat CCTV yang tersambung ke laptopnya itu. Awalnya Bisma ingin melihat apa OB sudah ada yang datang karena dia ingin dibuatkan kopi tapi Bisma terkejut kala melihat Nina dan salah satu karyawan pria sedang asyik ngobrol di pantry.
"Nina sudah datang rupanya, ngapain mereka di pantry?" gumam Bisma.
Bisma memfokuskan CCTV ke pantry dan memperbesar volume suaranya karena Bisma kepo dengan apa yang dibicarakan mereka berdua.
"Hil, apa kamu punya kenalan yang sedang membutuhkan pekerjaan paruh waktu?" tanya Nina.
"Hah, pekerjaan paruh waktu? buat apa dan buat siapa?" Hilmi balik bertanya kepada Nina.
"Buat aku," sahut Nina.
"Lah, gaji kamu sudah besar loh memang buat apa lagi kamu mau cari kerja paruh waktu? maruk amat jadi orang," ledek Hilmi.
"Bukanya gitu Hil, Papa aku masuk rumah sakit dan aku butuh biaya banyak untuk bayar rumah sakit kalau dari gaji di sini tidak cukup juga, aku dan keluarga aku 'kan butuh makan juga," sahut Nina.
Bisma mengerutkan keningnya, dia kaget mendengar obrolan Nina dan Hilmi. Bisma mulai berpikir, hingga tiba-tiba ada sebuah ide di dalam otaknya. Bisma pura-pura tidak tahu dan segera menghubungi Nina supaya Nina membawakan kopi untuknya.
"Hil, ternyata Pak Bisma sudah ada di kantor. Aku buatkan kopi dulu untuknya," ucap Nina kala selesai mengangkat telepon dari Bisma.
"Hah, serius kamu? ya sudah, aku ke ruangan kerja aku dulu," ucap Hilmi.
Hilmi berlari menuju ruangannya, sedangkan Nina membuatkan kopi untuk Bisma. Setelah selesai, dia pun segera membawanya ke ruangan Bisma. Nina masuk ke ruangan Bisma dengan membawa kopi buatannya.
"Ini kopinya Pak," ucap Nina sembari menyimpan kopinya di atas meja.
"Kalau begitu aku pamit dulu Pak, mau menyiapkan jadwal Bapak untuk hari ini," sambung Nina.
Nina membalikan tubuhnya dan hendak keluar dari ruangan Bisma. "Tunggu sebentar!" seru Bisma.
Nina menghentikan langkahnya dan kembali menghadap Bisma. "Iya, Pak? ada yang Bapak butuhkan lagi?" tanya Nina datar.
"Aku butuh asisten pribadi untuk menyiapkan semua keperluan pribadi aku, apa kamu bersedia merangkap menjadi asisten pribadi aku? aku akan bayar kamu dua kali lipat jika kamu bersedia," ucap Bisma santai sembari menyesap kopinya.
"Apa, asisten pribadi?" Nina sangat kaget dengan tawaran Bisma.