Dibalik Pernikahan Hi Ma

Hira menghela nafas lalu berbalik badan, pikirnya agar bisa cepat terlepas namun malah Axell mempererat nya dan kini kedua netra itu bertatapan dengan intens namun Hira melihat guratan senyum samar Axell. 

Sebenarnya seperti apa hubungan antara ia dan Axell mengapa seakan Axell terus saja menempel pada nya bahkan tak rela hanya meninggal kan sejenak saja. 

“Katanya siang ini matahari akan terlihat terik dan bercahaya namun aku tak melihat nya.”

“Why?”

“Karena yang selalu menyinari ku ada di sini ,dalam dekapan dan kamu yang membuat ku tak tertarik dengan orang lain. Hanya kamu satu-satunya istriku Dek Zahira!”

“Nggak bilang sekalian, aku ramal hari ini akan turun hujan.”

“Itu mah kata Dilan kalau kata ku begini! Sekalipun dunia mengatakan tidak aku akan tetap mengatakan iya ,iya aku mencintai mu karena kamu segalanya bagi ku. Aku tidak mencari yang setara secara nasab dan harta tapi aku mencari cinta yang setara.”

Lalu Axell mencium kening Hira lama, tiba-tiba pipi Hira terasa menghangat ia yakin saat ini pipinya sudah merona dan membuat Axell terkekeh melihat Hira yang berusaha menutupi wajahnya dengan tangan. 

Axell melepaskan dekapan dan meraih tangan kanan Hira  lalu mencium serta mengecup punggung tangan itu . 

“Ana uhibbuka fillah.”

Hira hanya bisa tersenyum ia belum bisa menjawab

Ahabbakal Ladzii ahbabtanii lahu", yang artinya "Semoga Allah mencintaimu, karena engkau telah mencintaiku karena-Nya". 

Hatinya ingin berkata namun bibirnya terasa berat hanya untuk mengungkapkan sepatah kata. 

“Gak di jawab nih … ”

Hira menggelengkan kepalanya , “Maaf.”

Menundukkan wajahnya dengan sendu, ia merasa bersalah karena belum bisa menjawab akan ungkapan isi hati Axell. 

Namun Axell tersenyum tipis lalu mengusap kedua pipi Hira, mengangkat wajah yang imut itu untuk melihat kedua matanya. 

“Tak apa, semua akan baik-baik saja jangan merasa bersalah. Pelan-pelan lagipula aku akan sabar menunggu.”

Hira tersenyum manis dan langsung memeluk Axell. 

“Romantisan terus, kapan berangkat ke kantor nya Axell!” Diiringi kekehan Umma karena sudah tanggung jika tak bertegur sapa apa lagi Umma ingin membuat minum untuk tamu nya. 

“Hehe, Umma gak boleh begitu sama anak sendiri  itu namanya ngusir!” jawab Axell sambil memantulkan bibirnya. 

“Siapa yang mengusir coba, Hira sini sayang nanti kamu jadi remahan rengginang kalau deket-deket Axell soalnya dia suka meluk pakai tenaga dalam!” seraya menarik tangan menantunya namun berhasil ditahan oleh Axell. 

“Nggak boleh gitu Umma, sama anak sendiri juga akh!”

Bukannya menjawab anaknya, Umma semakin ingin menjahili nya. Ia sangat senang bila melihat Axell yang merajuk terlebih lagi kali ini ada perempuan serasa ada permainan baru. 

“Aku gak jadi ke kantor lah, sayang banget kalau harus ninggalin kamu Dek!”

“Eh mana boleh begitu! Kamu sebagai kepala rumah tangga sekarang harus lebih bekerja keras jangan suka libur . Memang nya kita sebagai anggota keluarga di suruh makan cinta jadi kenyang?” timpal Umma. 

“Ya-ya nggak sih tapi Axell pingin libur . Capek kerja mulu . Umma.”

“Eh, eh sebelum kamu mengeluh apa janji kamu sebelum keluar dari pesantren?”

“Ingin hidup mandiri dan sukses diusia muda, lalu apa hubungan nya dengan aku ingin libur?” jawabnya dengan detail. 

“Tanggung jawab mu sudah besar jangan lah bersikap seolah-olah kamu merasa masih umur 16 tahun yang bisa jalan kesana kesini tanpa melihat atau memikirkan gaji. Ingat banyak orang yang mengharapkan gaji dan bergantung hidup pada perusahaan mu!”

“Iya Umma.”

Axell diam sejenak, kedua netranya melirik Hira yang masih diam saja tanpa membela nya di depan Umma. 

Apakah aku terlalu membuatmu benci atau rasa cinta itu benar-benar tidak pernah bersemayam dihati mu? Atau suatu saat nanti hatimu akan terbuka untuk ku?. 

“Berangkat lah ke kantor, banyak orang menunggumu . Aku akan baik-baik saja disini toh juga gak akan ada yang jahatin aku!”

Axell diam sejenak lalu ia pamit pergi ke kantor , sebenarnya ia merasa sangat malas pergi ke kantor terlebih otak nya sedang pening. 

Namun apa lah daya nya jika harus melawan dua wanita sekaligus ia tak mampu. 

Umma tersenyum tipis, ia merasakan anaknya telah jatuh hati pada gadis yang dinikahi secara tiba-tiba dan paksaan. Dugaan nya selama ini salah, ia sempat berfikir Axell tidak tertarik dengan wanita karena gila kerja namun kali ini Hira adalah bukti nyata . 

Mendapatkan cinta yang besar dari Axell itu suatu hal yang tak mudah, dulu Axell bilang mencintai Ning Rea namun Umma tak pernah melihat seberapa besar rasa itu dihatinya. Karena yang ia lihat Axell hanya menghargai dan menyayangi nya sebagai teman karena sedari dulu Ning Rea dan Axell teman. 

Setelah Axell pergi Umma menghampiri Hira yang masih terus memandang pintu keluar dari ruang makan. 

“Hira …”

Ia sedikit terlonjak kaget mendengar suara Umma, “Astaghfirullah Umma, aku hampir jantungan.”

Sambil memegangi dadanya, jantung yang berdegup begitu kencang seakan peredaran darah berjalan dengan cepat. 

“Makanya jangan melamun, gak baik tau Hira nanti kesambet gimana?”

Hira hanya bisa nyengir kuda, salahnya melamun sambil memandangi punggung suaminya hingga tak terlihat. 

“Udah , ayo ikut Umma ke depan akan Umma kenalkan dengan teman Umma.   Ummi nya Ning Rea.”

Hira tertegun kala mendengar  nama wanita yang bertamu pagi ini, ia sedikit gugup dan takut merasa canggung. Namun apa yang bisa dibuat selain ikut menemui nya , perlahan Hira berjalan disamping kanan Umma sambil membawa baki berisi 1 gelas teh hangat dan beberapa cemilan. 

Ia menarik sudut kedua bibirnya yang menampilkan senyuman manis, tangannya menaruh gelas dan cemilan di atas meja seraya mempersilahkan kedua tamu tersebut untuk mencicipi nya. 

“Eh, udah lama ya nak kita gak ketemu , terakhir pas kamu nikah sama Axell ya,”Ujarnya diiringi senyuman manis hingga kedua matanya tertutup. 

“Ehe iya tan, tante gimana kabarnya?”

“Alhamdulillah baik nak, panggil aja Ummi jangan tante, gak usah sungkan.”

“Eh iya tan, eh Ummi.”

“Nah gitu dong, menantu mu ini terlalu segan untuk sekedar memanggil anak orang lain . Hira lain kali kalau ketemu suamiku panggil juga abah ya jangan sungkan kita semua sudah menjadi keluarga sudah sepatutnya tak ada jarak di antara kita. Axell sudah Ummi anggap seperti anak sendiri begitupun juga dengan kamu. Kalau ada main ya ke pesantren , gak jauh kok dari sini cuma sekitar setengah jam saja.”jelasnya lalu menyeruput teh buatan Hira. 

“Iya lain kali aku bawa Hira ke pesantren mu, ayo diambil bolu nya.”

“Hira, sini duduk disamping Ummi.” Sambil menepuk sofa di samping nya. 

Ummi tersenyum tipis namun jika diingat-ingat Teh buatan Hira sangat sama persis dengan teh buatan Rea. Ia sampai terdiam untuk merasakan perpaduan manis, rasa teh dan pahitnya teh menjadi satu dalam takaran yang pas. 

“Nikmat sekali teh nya, tanganmu lihai dalam mengatur takaran teh dan gula.”

Hira tersenyum tipis, “Biasa aja Ummi Hira hanya memakai selera minum ku sendiri aku tidak tau Ummi sukanya yang less sugar atau ekstra sugar.”