Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Setelah mengantar Abah sampai rumah Satria sempat mampir kerumah Rama sebentar,bertemu dengan Kakak satu-satunya yang kini berubah 180° menjadi Ibu rumah tangga bahkan dia tidak malu hanya memakai daster.
Satria begitu terkejut dengan perubahan Tamara yang seperti terjun bebas,sekarang asyik menjadi petani sayur meski masih dibilang pemula.
"Mami,itu anak Mami?"tanya Satria menunjuk kearah Kakaknya
"Kenapa?"tanya Mami
"Mami biarkan dia seperti pembantu gitu?"tanya Satria
"Sembarangan kamu,terus waktu kamu ditarik sama Raisa pertama kali Mami datang kamu seperti apa coba?"tanya Mami
"Kapan?seperti apa?"tanya Satria
"Kamu ditarik seperti hewan peliharaan waktu itu."jawab Mami
Satria mencoba mengingat kembali saat pertama kali Mami kerumah setelah dia menikah dan iya benar saat itu Raisa menariknya begitu saja.
Satria bicara pada Rama tentang Isna yang saat ini bekerja diperusahaannya dan merubah total penampilannya.
"Biarin aja Sat,itu jadi pilihannya karena sekarang saya sudah menemukan wanita yang sangat bersyukur."kata Rama
"Setidaknya suruh dia dandan Mas."kata Satria
"Dia dandan cantik kok kalau malam hari,perawatannya juga lengkap."kata Rama dengan senyum
Mendengarnya Satria hanya mengangguk kepala,merasa semua pilihan Kakaknya dan sekarang dia tampil lebih sederhana karena menghargai suaminya.Bagi Satria Rama adalah orang yang berhasil membuat Kakaknya menjadi wanita paling bersyukur selain cantik dan pintar.
"Ayo Sat,keburu malam."ajak Mami
"Iya,aku datang."kata Satria
Satria,Mami dan Papi pamit pulang,masuk kedalam mobil Satria dan meninggalkan desa yang masih asri penuh dengan kenangan.
Karena terlalu lama meninggalkan Raisa dan Lala,saat sampai dirumah Lala sudah tidur,sementara Raisa masih menunggu suaminya dengan berdiri bersandar dibalkon.
"Sayang,kamu belum tidur?"tanya Satria
"Gak bisa tidur,begah rasanya."jawab Raisa
Satria merasakan beban berat pada tubuh istrinya,mencoba memijit pundaknya pelan meski tidak banyak membantu setidaknya bisa membuat Raisa nyaman.
"Aku mandi dulu ya."kata Satria
Raisa hanya mengangguk,menunggu suaminya selesai Raisa mencoba berbaring diranjang dan mencoba memejamkan mata mana tahu setelah melihat suaminya pulang matanya bisa terpejam.
Saat Satria keluar dari kamar mandi Raisa berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya,Satria yang melihatnya membantu dengan menumpuk bantal.
"Bagaimana,apa masih begah?"tanya Satria sambil memijit pelan kaki Raisa
"Sesekali saja."jawab Raisa
Raisa sangat ingin menanyakan hal tentang Isna,namun diurungkan karena sepertinya Satria sangat lelah.Namun karena tidak tahan akhirnya mulutnya keceplosan,rasanya gatal menahan hal tentang saudara sepupunya yang bisa melakukan apa saja.
"Bos,bagaimana caramu menghindari Isna?Abah dan Rama yang kuat iman saja bisa kecolongan,bagaimana denganmu?"tanya Raisa
"Aku juga tidak tahu,sudah lama kamu tidak memanggilku semesra itu."kata Satria
"Anggap saja aku sedang merayumu."kata Raisa
"Bisa kamu ulangi lagi,dengan sedikit mendes*h."pinta Satria
Raisa menepuk-nepuk tempat disebelahnya,hanya karena ingin bersandar dibahunya.Satria beranjak karena hanya memakai handuk yang dililit kepinggangnya,berganti pakaian dan menemani Raisa yang masih belum tidur.
"Menurutmu aku harus bagaimana?apa perlu aku pindah ke divisi lain?"tanya Satria
"Entahlah,aku gak tahu jalan pikirannya yang pasti tujuannya itu kamu."jawab Satria
"Kita tunggu dua minggu ini,kalau sudah mulai berulah langsung aku pindahkan karena tidak mudah tanpa alasan yang tepat."kata Satria
Setelah duduk menemani istrinya yang menyandarkan kepalanya dibahu Satria masih memikirkan bagaimana cara menghindari sepupu Raisa,tidak mungkin juga dia melimpahkan semua pekerjaan kepada asistennya.
Mengapa masalah begitu datang bertubi-tubi setelah Alana kini datang lagi Isna dan sepertinya lebih tangguh.
"Tidurlah kalau sudah mengantuk,aku akan kebawah makan karena aku lapar."kata Raisa memakai gamis besarnya
"Aku temani ya."kata Satria
"He hem."jawab Raisa
Diruang tengah Bi Minah dan yang lain masih berkumpul karena belum mengantuk saat Raisa dan suaminya turun.Mereka sontak melihat keduanya dengan senyum dan sapaan hangat.
Bi Minah sudah paham kalau malam-malam gini Raisa turun pasti dia kelaparan,dengan sigap Bi Minah membuatkan makanan untuk majikannya.
"Bibi tahu aja aku lapar?"tanya Raisa
"Itu sudah biasa Neng,emang kalau lagi isi bawaan mau makan itu wajar karena bayinya juga makan."jawab Bi Mus
"Mas Satria juga mau makan?"tanya Bi Minah
"Enggak Bi,saya menemani aja.Buatkan teh hangat saja."kata Satria
Bi Minah kembali memasak buat Raisa dibantu Mbak Ning yang kebetulan belum tidur sementara yang lain masuk karena tidak ada yang bisa dibantu dan kembali menonton acara tv diruangannya.
Satria fokus dengan ponsel ditangannya saat Raisa makan,sayup-sayup terdengar suara tangisan Lala,Satria berlari menuju kamar Lala dan didapati Lala sudah berdiri mau keluar.
"Lala,kamu kenapa sayang?"tanya Satria mengendong Lala dan membawanya turun kembali menemani Raisa
"Lala takut Pi."jawab Lala disela isaknya
"Iya takut apa?tanya Papi
"Mama mau bawa Lala,tapi Lala gak mau Pi."jawab Lala
Mendengar Lala mengatakan Mamanya mau membawanya pergi Raisa berhenti makan karena hampir tersedak,diraihnya gelas dan diteguknya pelan,mendorong piring yang masih setengah menjauh dari depannya.
"Lala sendiri mau ikut Mama lagi?"tanya Raisa
"Sa!"kata Satria sedikit membentak
"Aku cuma nanya,biasa aja kali!"kata Raisa
Raisa meninggalkan Lala dan Satria begitu saja,nafsu makannya hilang begitu saja mendengar Lala mengatakan Mamanya akan membawanya pergi karena itu artinya Alana masih mengincar untuk bisa masuk kembali kerumah ini.
Kapan Alana menemui Lala?Apa dia menghubunginya lewat telfon atau lewat pembantu dirumah ini.Rasanya selama ini Lala selalu bersamanya didalam rumah,bahkan belum pernah sekalipun Lala keluar rumah.
****
Semalaman Satria menemani Lala dikamarnya hingga menjelang Subuh dia terbangun dan kembali kekamarnya.Melihat Raisa masih tidur dia langsung mandi dan pergi keruang kerjanya,pekerjaan siang kemarin yang ditinggalkan begitu banyak.
"Sean,kamu sudah bangun?"tanya Satria
"Apa Bos,sesekali aku libur ya."jawab Sean
"Tidak bisa,cepat kesini bawa bantalmu juga tidak apa-apa."kata Satria
"Iya,aku cuma disuruh menemanimu sajakan?"tanya Sean
Sean mengambil berkas dan laptopnya menuju keruang kerja Satria meski masih memakai baju tidur bahkan dia membawa bantalnya karena benar-benar masih lelah.
"Ini,semua sudah beres."kata Sean meletakkan laptop dan berkasnya
"Iya,terimakasih.Hari ini kamu masuk setelah jam makan siang kalau masih ngantuk."kata Satria
"Iya,aku kembali kekamar ya."kata Sean
Sean membawa bantalnya kembali kekamarnya dan kembali tidur,sebelum terlelap dia menyalakan alarm diponselnya agar membangunkan diwaktu yang tepat.
Mami dan Papi sudah menunggu diruang tengah,sementara Lala masih tidur dan Raisa belum terlihat keluar saat Satria berjalan menuju meja makan.
"Mana istrimu?"tanya Mami
"Tadi masih tidur Mi,aku diruang kerja dari Subuh tadi."jawab Satria
Satria pamit pergi lebih pagi karena Sean bekerja mulai siang hari,hari ini dia harus menyetir sendiri.Raisa hanya melihat dari balkon dikamarnya,meski sebenarnya dia sudah bangun dari tadi.
Melihat Satria pergi sendiri itu artinya Sean masih dirumah,diraih ponselnya dan mengirim pesan kepada Sean untuk menemuinya sebelum berangkat bekerja.
"Menyebalkan sekali dia."lirihnya
****