Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Ke Kota
Di sebuah desa yang masih terlihat asri nan indah itu, falisya berdiri tepat di jembatan dan menghadap ke arah sungai, dia melemparkan batu besar ke sungai karena merasa kesal.
"Arrgghhh"
setelah puas melampiaskan kekesalannya. Dia langsung menuju kerumah dan tentu saja akan mengemasi semua barangnya. Besok dia akan pindah sekolah ke kota dan ibu bapaknya ikut mengantarkan nya kesana. Falisya merasa sedih karena harus berpisah dengan teman masa kecilnya, dia sudah nyaman di desa ini dan sekarang tiba-tiba bapak nya malah menyuruh pindah sekolah ke kota dan tidak dapat di ganggu gugat lagi keputusannya itu.
"pak..... falisya gamau loh pindah sekolah ke kota, lagian biaya disana pasti mahal. Belum lagi falisya tidak kenal siapapun di sana," ujarnya.
"nak, keputusan bapak sudah bulat. cepat beresin semua barang kamu, besok pagi kita berangkat!"
"hmmm, yaudah falisya mau keluar dulu," ijin falisya dengan wajah lemasnya.
"mau kemana toh, falisya? sudah sore ini," teriak hendri.
"Sudahlah, pak. mungkin dia ingin bertemu temannya dulu untuk perpisahan, jangan terlalu keras loh," ujar vina istri dari hendri, yang tidak lain adalah ibu kandung falisya.
Hendri menghembuskan nafasnya pasrah dan langsung kembali mengemasi barang-barang yang akan di bawa ke kota. Mereka tidak memberitahukan apa alasannya bahwa dia pindah sekolah kesana. Hendri memiliki sahabat seorang pengusaha di kota, dahulunya mereka mengikat perjanjian tentang sebuah pernikahan untuk anak-anak mereka jika salah satunya sudah menginjak umur tujuh belas tahun. Dan saat ini anak lelaki dari sahabatnya sudah genap tujuh belas tahun, yang sudah seharusnya mereka menepati janji tersebut. Hendri juga merasa lega jika nanti falisya di jaga oleh mereka di kota tanpa harus ngekos yang belum tentu akan baik untuk keselamatan falisya.
pagi hari sekali mereka sudah berada di stasiun kereta api, mereka menunggu setelah hampir dua jam di tempat itu dan kini waktunya mereka berangkat. Dengan di siplin mereka menaiki gerbong kereta api, falisya hanya mampu tersenyum dan tidak ingin berbicara apapun. Dia harus ikhlas menjalani semuanya karena ini adalah yang terbaik untuk dirinya yang di berikan orangtua nya.
pemandangan yang indah itu sungguh membuat falisya takjub, manik matanya terus melihat keluar jendela bahkan perasaannya saat ini jauh lebih baik dan dia menatap kedua orang tuanya.
"Pak..... buk, falisya pindah kesekolah apa?" tanyanya.
"Nanti kamu bakal tahu juga, sayang. intinya selama di sana kamu jangan lupa ibadah dan juga jangan berbuat hal yang bisa mengecewakan ibu sama bapak," ujar vina tersenyum menatap putrinya.
Falisya mengangguk kan kepalanya, dia terlihat sangat manis dan anggun. Dan dia membayangkan sekolah yang bagus dan juga teman-teman yang baik, dia berharap jika semuanya berjalan sesuai harapannya saat ini.
Sudah enam jam lamanya mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di kota yang akan di tinggali oleh falisya untuk beberapa tahun kedepan. Tetapi yang membuat falisya aneh adalah bawaan orang tuanya yang begitu banyak, padahal mereka hanya ingin mengantarkan falisya saja. Dia ingin bertanya namun merasa tidak enak, jadi dia pendam saja tanpa berfikir yang aneh-aneh.
"Loh, ini rumah siapa, Buk?" tanya falisya bingung.
Dia memandangi rumah mewah yang di hadapannya, apakah mereka salah alamat atau mereka salah di turunkan oleh taksi tadi? fikir falisya tidak tenang.
"Ini rumah sahabat bapak, ayo masuk" ajak hendri.
Dia lalu menekan bel rumah dan di sambut baik oleh pelayan rumah tersebut, mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu. falisya merasa tidak nyaman dan manik matanya terus menyapu seluruh ruangan itu dan mengamatinya, ada sebuah foto keluarga di ruang tamu. Dia mengamati foto itu dan memperhatikan lelaki yang ada disitu, tanpa di sadari senyumnya mengembang.
"Ganteng banget, apa dia juga sekolah di sekolah baruku nanti ya?" batin falisya.
"Eh, Hendri. Apa kabarnya?" teriak lelaki paruh baya, yang langsung menjabat tangan Hendri dan juga Vina.
Falisya tersenyum manis sambil ikut menjabat tangan lelaki itu, lalu keluarlah seorang wanita yang falisya yakini adalah istri dari om yang berada di hadapannya. Wanita itu sangatlah cantik untuk seusianya, masih terlihat muda dan lalu memeluk ibunya. Memandangi falisya dengan senyum manisnya, falisya ikut menyiumi tangan wanita itu.
"Ini falisya? Masya Allah cantik sekali," Puji wanita itu.
"Iya, Tante! Terimakasih,"
"Bentar ya, Biar Tante panggilin anak tante dulu," Eva langsung pergi ke lantai atas untuk memanggil Mahendra.
"Mahen...... Mahendraaaa" Panggil eva.
Tidak ada jawaban membuat dia langsung masuk saja, saat melihat Mahendra yang masih nyenyak tertidur di atas ranjangnya membuat amarah Eva meluap. Dia langsung menarik selimut dan membuka jendela.
"Mama apaan sih, inikan hari minggu mahen masih ngantuk,"
"Bangun, ada yang mau mama kenalin sama kamu,"
"Arghh, Mahen males mau kenalan sama siapa pun,"
"Bangun, atau semua kartu kredit dan aset mama sita" Ancam Eva.
"Argh, mama gak seru mainnya selalu ngancem melulu! Iya-Iyaa ma ini mahen bangun, mandi dulu," Nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul dia berjalan menuju kamar mandi.
Brughhh, mahen menabrak pintu akibat berjalan sambil tertidur. Membuat eva menggelengkan kepalanya, Mahen langsung membuka matanya dan mengusap kepalanya yang sakit dan berjalan kembali memasuki kamar mandi.
"Cepetan! Mama tunggu di bawah," Teriak Eva.
Satu jam lamanya falisya sudah berada dirumah ini, namun lelaki itu belum juga muncul. Eva kembali gelisah dan izin memanggil Mahendra. Namun, belum sempat dia menaiki tangga sudah terlihat anak kesayangan nya itu berdiri di atas dan menatap mereka semua dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.
Manik mata falisya terpesona melihat ketampanan Mahendra, dia tidak menyangka jika anak dari sahabat bapaknya sungguh tampan sekali. Seperti biasa wanita umumnya, jika melihat lelaki tampan pandangan sulit di alihkan dan itu terjadi pada falisya saat ini.
"Ma, mereka siapa?,"
"Mereka calon keluarga kamu,"
"Maksud mama?" Tanya Mahendra sambil menautkan alisnya.
"Sudah salaman dulu sana," Eva mendorong tubuh Mahendra hingga tempat berdiri di depan Hendri.
Mahendra tersenyum kikuk dan langsung mencium tangan Hendri dan juga Vina, namun saat manik matanya menatap ke falisya dia langsung memasang wajah dingin kembali.
falisya langsung menaikkan satu alisnya melihat perilaku lelaki itu, respectnya langsung berkurang karena melihat seperti itu.
"Mahen, itu anaknya Tante vina namanya falisya, kenalan dong!," Ujar Eva.
"Udah tahu," Jawab Mahendra.
"Hah, Kalian sudah saling mengenal?"
Falisya langsung menggeleng kan kepalanya, dia tidak mengenal lelaki itu sama sekali. Saat Mahendra melihat reaksi wanita itu dia langsung tersenyum tipis dan menatap mamanya kembali.
"Kan mama yang ngasih tahu tadi," Jawab mahen dengan santai lalu duduk di samping namanya.
"Hendri, jadi gimana? apa sudah sepakat kita menjalankan perjanjian itu?" Tanya topit.
"Ya, Silahkan. Lebih cepat juga lebih baik, Mereka masih bisa merahasiakannya dan melanjutkan sekolah." Jawab Hendri.
"Ngak sabar aku punya menantu cantik," Sahut topit sambil tertawa renyah.
"Mantu?," Batin falisya terkejut.
"Mahendra kenalan dulu dan berjabat tangan dengan falisya," Perintah topit.
"Untuk apa, pa?,"
"Ya, Biar saling kenal,"