Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dirawat
Part 17.
Lamborghini milik Zafran meluncur meninggalkan apartement, melaju ke jalan raya. Zafran menjalankan sendiri lamborghininya, dia jarang sekali menggunakan jasa supir. Pagi ini Zafran mengantar Asaka mamanya ke bandara. Dia tidak ingin mamanya berlama-lama di Indonesia, bisa-bisa semua rahasianya terbongkar.
"Mama hati-hati, salam buat papa." Zafran menyalami dan mencium punggung tangan Asaka, kemudian menarik tubuh wanita setengah baya itu dalam pelukannya.
"Mama tunggu berita baiknya dalam bulan ini." Asaka mengurai pelukan putranya.
"Beres ma!" Zafran mengacungkan jempol kanan ke arah Asaka.
Setelah mengucapkan kata perpisahan dengan lambaian tangan, Zafran memutar tubuhnya kembali ke parkir, masuk ke lamborghini, menakan pedal gas dan meluncur meninggalkan bandara menuju kantor.
Begitu sampai ke kantor, zafran turun dari lamborghini, melangkah masuk ke ruang utama, masuk lift dan naik ke lantai tiga. Begitu lift terbuka. Zafran menyusuri koridor kantor menuju ruangannya.
"Kenapa aku yang harus mengerjakan ini semua. Aku ini sekretaris," terdengar suara Alena sedikit melengking.
Ruhi baru saja mengantarkan setumpuk berkas laporan manual kepada Alena. Dia meminta Alena menghitung ulang laporan itu.
"Itu memang pekerjaan sekretaris," suara Ruhi tak kalah tingginya.
"Ada apa?" Tanya Zafran pura-pura tidak tahu. Pada hal dia yang telah merencanakan itu dan meminta Ruhi mengerjai Alena.
"Bang! Dia memerintahkan Alena mengerjakan semua laporan itu." Alena bangkit dari duduknya, dengan wajah memelas dia bergelayut manja di lengan Zafran.
"Maaf Tuan. Pekerjaan ini sesuai dengan kontrak perjanjian kerja yang ditanda tangani nona Alena semalam, kalau semua laporan tanggung jawab sekretaris." Ruhi menyodorkan pasal sepuluh ayat satu dari kontrak perjanjian yang di setujui dan terbubuh tanda tangan Alena.
Sejenak Zafran menatap lembaran kertas itu, mulutnya komat kamit, seperti orang sedang membaca pasal yang ditunjuk Ruhi, dia pun manggut-manggut tanda setuju dengan apa yang dikatakan Ruhi.
"Benar ini ranah tanggung jawab kamu Alena, tidak bisa diwakilkan ke siapa pun." Zafran menepis tangan Alena hingga terlepas.
"Tapi. Bang!...
"Tidak ada tapi-tapi. Satu bulan masa percobaan kamu harus mengerjakan sesuai prosedur kontrak perjajian kerja. Jika tidak, kamu wajib membayar denda satu milyar." Jelas Ruhi lagi seraya melirik kearan Zafran.
"Hah! Apa-apaan ini." Alena menarik dokumen kontrak perjanjian kerja yang masih dipegang Zafran.
"Buka saja halaman terakhir," ujar Ruhi memberitahu, agar Alena tidak harus membaca satu persatu.
"Abang! Ini tidak benar. Masa iya ada perjanjian kerja seperti ini." Alena semakin kesal. Apa lagi melihat Zafran tidak mengambil tindakan apa pun.
"Apa Zafran lupa, kalau aku ini calon istrinya," batin Alena menatap intens ke arah Zafran.
"Itu urusan kamu dengan Ruhi. Bukan saya." Zafran menatap Ruhi seraya mengedipkan mata dan kali ini dia memberi senyuman pertama pada asistennya itu, kemudian dia berpaling ingin beranjak.
Tentu saja Ruhi terkejut mendapati kalau Zafran ternyata bisa tersenyum, selama ini dia mengira urat senyum Zafran sudah putus.
"Bang! Tunggu! Aku mau kontrak perjanjian kerja ini diperbaharui." Alena mencekal lengan Zafran, hingga langkah Zafran terhenti.
"Aku tidak mau tahu. Apa pun yang sudah menjadi kontra perjanjian kerja dan sudah di tanda tangani. Itu artinya sudah menjadi tanggung jawabmu sekarang. Kalau kamu keberatan tinggal bayar denda ke Ruhi." Tegas Zafran.
"Kenapa Ruhi yang berkuasa di sini. Bukannya Abang CEOnya." Alena mulai kesal dengan keputusam Zafran yang tidak masuk akal menurutnya.
"Benar aku CEOnya dan Ruhi pengambil kebijakannya." Zafran mencengkram dagu Alena, lalu menarik wajah Alena sangat dekat dengan wajahnya, hingga nafas Zafran menyentuh pipi Alena. Alena memejamkan mata, saat dia menduga Zafran akan memberikan ciiuman untuknya.
"Apa kamu paham sekarang," ujar Zafran melepaskan cengkramannya, lalu pergi. Alena terkejut, dugaanya salah.
"Pasti Zafran masih jual mahal," pikir Alena.
Ruhi terkekeh melihat tingkah laku Alena, tadi dia juga mengira kalau Zafran akan mendaratkan bibirnya ke bibir Alena, ternyata tidak
"Alena! Alena ! Dasar diri dikitlah."
"Apa maksudmu?" Alena bertanya pura-pura tidak tahu ke mana arah pembicaraan Ruhi. Kalau bukan karena ingin menarik simpati Zafran pasti sudah disobek-sobeknya lembaran kontrak ini.
"Sudah! Jangan banyak bicara. Sekarang bekerja saja sesuai kontrak perjanjian kerja yang sudah Nona setuju," bentak Ruhi dibuat lebih galak dari Alena. Ruhi pun meninggalkan Alena dalam keadaan kesal dan wajah ditekuk.
"Agrhh." Alena menghempaskan bokongnya ke kursi. Dia harus melakukan sesuatu agar asisten itu dipecat dengan tidak hormat oleh Zafran.
Sementara Zafran yang sudah masuk keruangannya, mencari sosok Kayesa. Namun, tak ditemukannya. Pada hal jam sudah menujukkan pukul sepuluh.
"Ke mana Kayesa? Kenapa belum datang? Cutinya kan cuman dua hari," batin Zafran.
Sambil merogoh saku celananya, Zafran duduk di sofa, mengambil ponsel dan mengecek pesan whatsapp yang masuk, tidak ada whatsapp dari Kayesa. Zafran meletakkan ponsel itu di meja sofa, merogoh saku kemejanya, mengambil ponsel rahasianya, menggeser layar ponsel dan mulai membaca pesan masuk.
(Tuan! Maafkan saya. Hari ini tidak bisa masuk kantor, Kiano diare, sekarang dirawat di rumah sakit) pesaan masuk dari Kayesa satu jam yang lalu.
Setelah membaca pesan whatsapp itu, Zafran langsung meraih kunci mobil, keluar dari ruang kerja, menuju ruang kerja Rayzad, memintanya menghendel semua pekerjaan hari ini. Setelah keluar dari ruamgan Ray, dia berjalan menuju lift, turun ke lantai dasar, langsung ke parkir.
Lamborghini milik Zafran kembali meluncur di jalan raya. Zafran memacu lamborghininya dengan kecepatan tinggi, jarak tempuh yang biasa dilewati tiga puluh menit, menjadi lima belas menit.
Zafran memasuki rumah sakit dan memarkir mobilnya. Seorang scurity mendakat dan menyapanya ramah, lalu mendampingi pemilik tiga puluh persen saham rumah sakit itu menuju ruang rawat Kiano.
"Ayah!" Seru Kiano saat melihat Zafran masuk.
"Kiano sayang." Zafran merentangkan kedua tangan dan membawa tubuh mungil itu dalam pelukan.
Tentu saja dokter, perawat dan scurity terkejut mendengar Kiano memanggil Zafran ayah dan Zafran begitu hangat memeluk Kiano.
"Maaf Tuan. Maafkan Kiano anak saya. Dia terlalu rindu dengan sosok ayahnya." Mata Kayesa berkaca-kaca. Dia merasa tidak enak hati dengan kelakuan putranya.
"Hay! Kenapa kamu bicara begitu, dari kemaren saya tidak keberatan kalau Kiano memanggilku ayah," ujar Zafran menyela ucapan Kayesa.
"Aku sudah menganggap Kiano seperti anak ku," ujar Zafran seraya mengurai pelukannya.
"Maaf Tuan! Kiano mau diperiksa sama dokter Mike dulu," ujar dokter anak yang berparas cantik.
"Kiano tidak mau dicuntik (disuntik), Sakit! Hiks.. Hiks... Hiks." Kiano bersembunyi di belakang Zafran, dia menangis, Sepertinya Kiano trauma kena jarum suntik saat memasang infus tadi. Zafran meraih tubuh Kiano dan memeluknya.
"Kiano tidak disuntik lagi kok, cuman mau diperiksa sama dokter sakitnya di mana," dokter mike memberi penjelasan.
Mendengar penjelasan dokter Mike, Kiano menatap Zafran. Zafran menyeka air mata Kiano, lalu mengangguk.
"Tidak usah takut ada ayah," ujar Zafran memberi perlindungan. Kiano pun tidak takut lagi.
Zafran menggeser tubuhnya, memberi ruang pada Mike dan dua orang perawat untuk memeriksa keadaan Kiano. Kemudian dokter mike menyuntikkan obat di dalam botol infus.
"Bagaimana keadaann Kiano. Dok?" Tanya Zafran, dia terlihat khawatir.
"Setelah beristirahat beberapa saat dan cairan infus masuk ketubuh Kiano, dan cairan ditubuhnya sudah terganti, Kiano akan pulih," ujar dokter Mike, kemudian pamit memeriksa pasien lain, diiringi dengan dua perawat.
"Ayah! Ayah di sini saja dengan Kiano. Bial (biar) bunda saja yang pergi kelja (kerja)." Kiano mengenggam erat jemari Zafran.
"Kiano sayang. Biarkan ayah kembali ke kantor. Kiano di sini sama bunda ya."
"Kiano mau sama ayah bunda."
"Tapi..."
Sett... Zafran meletakkan telunjukkan di bibir, melarang Kayesa untuk melanjutkan ucapannya. Zafran lalu duduk di tepi ranjang Kiano, tangan kanannya mengusap lembut kepala Kiano yang sudah berbaring kembali. Mata Kiano terlihat redup dan mengantuk, mungkin efek obat mulai bekerja dan dia pun tertidur.
"Tuan! Maafkan anak saya," ujar Kayesa begitu Kiano sudah pulas.
"Tidak perlu minta maaf. Aku menyukai anakmu, dia sangat lucu dan menggemaskan." Kali ini zafran mengecup kening Kiano. Dia semakin yakin kalau Kiano itu putranya.
"Terima kasih. Tuan tidak keberatan menjadi sosok ayah buat Kiano."
"Aku yang harus berterima kasih padamu, Karena memberiku ruang untuk mengenal Kiano," ucap Zafran lalu beranjak mendekati Kayesa.
"Apa yang kamu berikan pada Kiano, hingga dia diare?" Zafran memberikan pertanyaan yang tak terduga pada Kayesa, seakan dia menyalahkan Kayesa yang tidak bisa menjadi ibu yang baik.
"Rasanya tidak ada yang aneh," jawab Kayesa.
"Jadi orang tua harus peka pada anaknya. Apa-apa saja yang tidak boleh diberikan pada anak seusia Kiano. Jangan apa-apa dikasih," gerutu Zafran, membuat Kayesa kesal.
"Bisa-bisanya ngomelin aku. Emamg kamu punya hak apa pada pada anakku. Keluar sana," ujar Kayesa lalu mendorong tubuh Zafran agar keluar dari ruang rawat Kiano.
"Jangan marah padaku. Aku hanya khawatir saja pada Kiano. Apa lagi Kiano hanya punya bunda. Aku kasian padanu merawat Kiano sendirian," ujar Zafran.
Kata-kata Zafran membuat Kayesa terbawa perasaan, dia pun meminta maaf, karena tadi sempat marah dan ketus pada Zafran.
"Aku tahu, kamu melakukan itu, karena kamu teramat sayang pada Kiano."
"Iya! Dia satu-satunya alasan. Aku masih hidup sampai sekarang," ujar Kayesa dengan mata berkaca-kaca.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.