Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Hukuman Novita
Hiu yang menyerang Novita segera dimasukkan kembali ke tempat asalnya. Sangkar burung dengan cepat diangkat dari dalam kolam. Kaki Novita terluka, Novita menjerit ketakutan. Novita keluar dari dalam sangkar.
Beberapa orang medis datang mengobati luka yang ada di kaki Novita. Novita terlihat memarahi petugas sea world karena lalai dalam keselamatan pengunjung.
Novita tidak melihat Arsen. Novita menuju ruang ganti untuk berganti pakaian. Tiba-tiba saja dari arah belakangnya, seseorang menutupi wajahnya dengan sebuah kain. Novita mencium aroma obat-obatan. Dalam sekejap Novita tidak sadarkan diri. Orang itu mengeluarkan Novita dari ruang ganti dan keluar dari sea world lewat jalan khusus.
Novita dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa ke suatu tempat. Pria berbadan kekar itu mengangkat Novita dan masuk ke dalam sebuah kamar hotel. Di dalam kamar sudah menunggu seorang wanita. Novita direbahkan di atas tempat tidur.
Wanita itu mengganti pakaian Novita dengan pakaian super minim dan transparan. Tidak lupa kedua tangan Novita di ikat dengan tali panjang di kiri kanan sisi tempat tidur. Di samping tempat tidur dipasangi kamera perekam.
Wanita dan pria itu kemudian keluar dari kamar Novita. Beberapa menit kemudian lima orang pria yang menggunakan topeng berdada bidang tanpa pakaian hanya menggunakan boxer masuk ke dalam kamar Novita.
Mereka memulai permainan. Satu dari mereka membelai wajah Novita. Dia juga menciumi Novita. Novita menggeliat membuka mata. Novita menatap seorang pria yang ada di atasnya. Dia tersenyum penuh nafsu.
Novita tersentak. Novita mencoba bangun tapi kedua tangannya terikat. Novita juga melihat dia memakai lingerie. Kedua kakinya dibelai oleh dua orang pria lainnya.
"AAAAAAAA! Apa yang kalian lakukan!" Novita berteriak sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Jangan takut, kami akan memuaskanmu," pria itu mulai mencumbui Novita.
Tubuh Novita disiram dengan minuman beralkohol. Para pria itu menjilati tubuh Novita. Mereka juga mulai mengelus-elus tubuh Novita.
"Toloooooooooong!" teriak Novita.
Kelima pria itu membuat Novita bergidik. Novita menangis, menjerit, memohon agar melepaskannya. Kelima pria itu memainkan perannya dengan baik. Mereka berhasil membuat Novita histeris ketakutan. Novita diancam akan mereka jual ke rumah bordil.
"Berapapun yang kalian minta akan aku kasih. Lepasin aku. Please," mohon Novita.
"Baiklah, tapi sebelumnya bermain-main lah dengan kami. Tubuhmu sangat menggoda kami," teman pria itu mulai memainkan tangannya ke bagian paha Novita.
"Aku akan membayar kalian lebih. Tapi tolong lepasin aku!" teriak Novita.
"Ok, kami akan bebaskan kamu. Jangan berani-berani menipu kami! Lihat di sana ada kamera. Apa jadinya bila rekaman itu tersebar. Keluargamu akan malu!" ancam salah satu pria.
Ikatan tangan Novita dilepas. Novita dengan cepat menutupi tubuhnya dengan selimut. Novita meminta tasnya kepada mereka. Salah satu pria memberikan tas Novita. Novita meminta nomor rekening dan langsung mentransfer uang dengan jumlah yang besar.
Kelima pria itu tertawa meninggalkan Novita. Novita sambil menangis mencari sesuatu yang bisa dia pakai. Novita membuka lemari yang ada di kamar itu, hanya ada baju mandi yang tergantung di sana. Novita langsung memakainya.
Pintu kamar Novita diketuk beberapa kali. Pintu pun terbuka, Novita sembunyi di belakang pintu. Novita takut kelima pria itu akan kembali dan melakukan hal-hal yang diluar kendali.
"Novi," Arsen masuk ke dalam kamar.
"Kak Arsen," Novita memeluk Arsen sambil menangis.
Arsen melepaskan pelukan Novita. Arsen sedikit menjauh. Arsen duduk di pinggir tempat tidur sembari menatap tajam ke arah Novita.
"Bagaimana rasanya? Sakit? Takut? Malu?"
Novita memandang Arsen seolah tak mengerti maksud perkataan Arsen.
"Novi, berjam-jam Jihan terkurung di dalam kandang yang di depannya ada singa yang kelaparan. Kemudian kamu tega menculiknya dari rumah sakit dan menjualnya ke club malam!"
Novita hanya tunduk terdiam. Arsen selama ini tidak pernah marah kepada dirinya. Novita meremas-remas tangannya gemetar menahan ketakutan. Novita tak percaya, Arsen begitu cepat mengetahui siapa penculik Jihan.
"Kamu hanya beberapa menit di dalam kolam hiu. Dan pria-pria tadi juga tidak sepenuhnya melakukan tindakan asusila padamu. Semua tidak sebanding dengan apa yang Jihan rasakan!"
CRAAAAANG!
Arsen melempar botol minuman yang ada di atas nakas. Novita memejamkan matanya. Pecahan kaca itu berhamburan di lantai dan terinjak olehnya. Novita menahan rasa sakit.
"Jihan mengalami trauma berat. Dia akan kesulitan menjalani hari-harinya. Apa salah Jihan hingga kamu berbuat seperti itu!" Arsen kembali berteriak.
"Ampun Kak, ampun, maafin aku," Novita mengatupkan kedua tangannya.
"Om dan Tante sudah tau segalanya. Aku sudah mengirimkan bukti-bukti kamu yang melepaskan singa itu dan menjual Jihan ke club malam. Aku harap Om dan Tante memberikan hukuman yang berat padamu!"
"Kak Arsen, ampuni aku, Kak ...." Novita berlutut di hadapan Arsen.
Arsen berdiri meninggalkan Novita di kamar hotel. Arsen tidak perduli dengan lutut dan telapak kaki Novita yang berdarah akibat pecahan botol. Novita terus saja menangis menyesali perbuatannya dan menanti hukuman yang akan diberikan orang tuanya.
Arsen kembali ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Arsen sedih sekaligus malu kepada Jihan dan saudara iparnya. Apa yang harus Arsen katakan kepada mereka. Sepupunya sendiri tega menyakiti istrinya. Arsen sangat menyayangkan mengapa semua ini terjadi di saat mereka sedang berbulan madu.
Arsen masuk ke dalam ruangan Jihan. Jihan dengan senyuman menyambutnya. Jihan duduk di atas tempat tidur. Arsen menghampiri Jihan dan memeluknya.
"Sayang, maaf, maaf, aku menyesal ini semua terjadi. Aku sudah memberi hukuman kepada Novi," Arsen menangis.
Jihan juga meneteskan air mata. Tubuh Jihan bergetar hebat.
"Sayang, maaf. Apa yang harus aku lakukan untukmu. Aku menyesal, aku menyesal," Arsen mengecup kening Jihan berkali-kali.
"Aku ingin pulang," lirih Jihan.
"Pulang? Kamu ingin pulang?" tanya Arsen.
Jihan mengangguk lemah. Di depan pintu, Alan dan Erwin datang membawa koper besar. Koper yang mereka ambil dari rumah Arsen.
"Arsen, semua pakaian kalian sudah dikemas dalam koper ini. Kata Assisten rumah lu, semua lengkap tidak ada yang ketinggalan. Malam ini juga kita akan pulang," kata Alan.
"Bagaimana dengan Jihan? Apa dia akan baik-baik saja selama perjalanan?" nampak kekhawatiran di wajah Arsen.
"Dokter sudah memberikan izin. Ayo kita ke roof top. Sebentar lagi helikopter akan menjemput," Alan terlebih dahulu meninggalkan ruangan Jihan.
Erwin mengambil kursi roda untuk Jihan. Arsen mengangkat Jihan dan mendudukkannya di atas kursi roda. Arsen perlahan mendorong Jihan menuju lift. Mereka berdiri di depan pintu lift.
Seorang anak kecil menghampiri mereka. Dia memandangi Arsen. Jihan melambaikan tangan ke arahnya. Anak kecil laki-laki itu terus memandangi Arsen. Dia mendekati Arsen dan memegang telunjuk Arsen.
"Papa," panggilnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...