NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Segumpal Rasa Takut

Pagi-pagi sekali Luci sudah terbangun, dilihatnya ponsel yang sedari tadi berbunyi karena alarm yang tak henti-henti berdering, dengan sedikit mengusap wajahnya gusar iapun segera bangun dari tempat tidurnya.

ia segera mencuci muka dan menggosok gigi, kemudia ia memasak sedikit air untuk membuat secangkir kopi americano kesukaannya. Matahari belum terlihat, namun Luci yakin jika hari ini akan cerah, karena hari ini juga Sabrina akan menemuinya.

dituang air panas kedalam sebuah mug, kemudia ia cium aroma kopi itu dengan dalam yang membuat suasana hatinya menjadi cukup baik hari ini.

merasa tak memiliki kegiatan lain di pagi hari ini, Luci memutuskan untuk berolahraga saja. ia bergegas keluar kamarnya, mulai berlari kecil tak tentu arah. airpods yang terpasangan dikedua telinganya melantunkan musik yang membuat Luci merasa tak kesepian saat sepanjang mata memandang orang lain berolahraga dengan keluarga, sahabat atau bahkan dengan pasangannya hanya ia sendiri yang terlihat begitu menyedihkan.

"Huh... cukup melelahkan ternyata." gumamnya sembari duduk dipinggir trotoar sembari menyaksikan orang lain berolahraga.

Ting...

sebuah notifikasi masuk kedalam ponselnya, Luci kemudian melihat dan ternyata itu pemberitahuan dari rumah sakit jika besok masuk jatuh tempo pembayaran perawatan sang Ibu. melihat hal itu segera menyadarkan Luci untuk cepat-cepat membayarkan tagihannya.

namun baru saja akan membayar tagihan tersebut dengan m-banking, Luci tiba-tiba saja membatalkannya karena ia terpikir untuk membayar secara langsung sembari melihat kondisi ibunya yang hampir tiga bulan belum ia kunjungi.

jarak dari dirinya sekarang kerumah sakit tak terlalu jauh hanya sekitar satu kilo meter, sehingga ia memutuskan untuk berjalan saja selain lebih sehat hal itu juga cukup hemat untuk Luci.

sekitar 30 menit berjalan ia kini sudah berada di lobi rumah sakit, benci rasanya Luci mencium aroma khas rumah sakit, terlalu banyak hal buruk yang ia peroleh dirumah sakit ini salah satunya saat ia kehilangan sang ayah.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai ketika melihat Luci berdiri didepan sebuah meja administrasi.

"Saya akan melakukan pembayaran." jawab Luci.

"Baik, untuk pasien atas nama siapa?"

"Adele Hilton." jawab Luci singkat.

pegawai itu sibuk mencari nama yang baru saja ia sebutkan, sampai akhirnya...

"Apakah anda putrinya?" tanya pegawai itu menelaah.

"Ya saya putri sekaligus wali untuk Nyonya Adele Hilton."

sang pegawai mengangguk paham, kemudian ia mencetak beberapa lembar kertas sebagai bentuk rincian biaya yang harus Luci bayar. dengan cepat Luci memberikan uang secara cash dan menandatangani sebuah berkas jika dirinya telah melunasi tagihan rumah sakit bulan ini. sang pegawai pun sibuk menghitung uang yang Luci berikan memastikan jika uang yang diberikan tidak lebih apalagi kurang.

"Pembayaran sudah selesai, terima kasih." ujar pegawai itu dengan sopan.

Luci pun segera berjalan menuju lantai 8 dimana sang ibu dirawat. sebenarnya berat, namun ia tak mau juga mengabaikan satu-satunya keluarga yang ia miliki meskipun Luci yakin jika Ibunya tak mengingatnya sama sekali.

Ruangan 206 adalah kamar yang digunakan sang ibu sejak tiga tahun lalu. Luci belum berani masuk, ia hanya mengintip sedikit dari kaca kecil dibagian pintunya.

"Apa anda putri dari Nyonya Adele?" seseorang tiba-tiba menegurnya.

"A..ah iya, saya putrinya." jawab Luci dengan canggung.

"Ah.. perkenalkan sama Nail, dokter baru disini kebetulan saya juga dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien 206."

Luci mengangguk, ia tak percaya jika dokter nya masih sangat muda dan tentu saja tampan. Luci juga sangat senang dengan cara bicaranya yang sopan dan santun membuat dirinya benar-benar kagum.

tanpa aba-aba dokter itu membukakan pintu kamar 206 dan mempersilahkan Luci untuk masuk. Luci tak siap sebenarnya namun ia tak boleh jadi pecundang, bagaimanapun ia harus melihat kondisi ibunya sekarang.

saat masuk, ia melihat kamar yang sangat rapi dan bersih, bahkan Luci juga melihat jika sang ibu sedang menata tempat tidurnya yang sudah rapi itu. awalnya ia tak peduli jika seseorang masuk hingga akhirnya perhatiannya teralihkan saat ia melihat Luci.

"Apa anda mengenal dia?" tanya dokter dengan santai.

"tidak." jawab Adele sembari menggelengkan kepalanya.

namun langkah wanita itu tidak berhenti mendekati Luci yang terdiam kaku, tak tau apa yang harus ia lakukan. perlukah ia memeluk ibunya, atau bersikap biasa saja seperti orang tak saling kenal.

"Dia mirip putriku..." ujarnya sembari mengelus wajah Luci. "Putri yang sudah diambil Suamiku yang tidak bertanggung jawab itu."

air mata Luci terjatuh, bagaimana bisa Ibunya terus-terusan menyalahkan sang Ayah yang sudah tiada. melihat Luci yang sudah emosional dokter Nail kemudian menarik Adele sedikit menjauh dari Luci.

"Dia putrimu, yang selalu mengunjungimu Nyonya Adele, dia tidak pergi." ucap dokter.

"TIDAK!! dia tidak mungkin datang, sejak dulu anak itu tidak pernah menyayangiku. ia hanya mencintai Ayahnya yang Brengsek itu." emosi Adele menjadi naik.

tak ingin terjadi sesuatu, maka dokter Nail meminta Luci untuk keluar dari ruangan ini. mulut Luci kelu, ia tak bisa mengatakan apapun, bahkan untuk menyangkal jika tidak hanya Ayahnya yang ia sayangi melainkan Adele juga ibu yang sudah melahirkannya.

ia duduk di sebuah kursi panjang, menangis sesegukan. tak lama dokter Nail datang memberikan sebotol air untuk menenagkan Luci.

"Sebagian orang pengidap demensia terkadang selalu berpikir terbalik dari yang sebenarnya karena keterbatasan ia mengingat. begitupun dengan Nyonya Adele. ia kehilangan sebagian ingatannya sehingga ia merasa dirinya diabaikan oleh orang yang sangat ia cintai." Dokter Nail mencoba menjelaskan dengan mudah kepada Luci.

"Apa dia bisa sembuh?" tanya Luci dengan tatapan yang nanar.

Nial diam, tak ada jaminan dan tak ada yang bisa ia jaminkan ia hanya seorang dokter yang berusaha membantu pasien untuk sembuh hasilnya bagaimana tentu saja itu semua atas keinginan pasien yang dikehendaki oleh tuhan.

"Kondisi pasien menjadi tidak lebih parah, bisa mengontrol emosi, dan sedikit demi sedikit mengingat memorinya yang sudah hilang menjadi sebuah anugrah. saya akan berusaha semaksimal mungkin."

mendengar jawaban itu, membuat Luci tak ingin berharap banyak sang ibu bisa hidup normal, asalkan sang ibu bisa hidup lebih lama Luci sangat berbahagia karena Luci tak akan siap dan juga takut jika harus kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Luci sudah merasa baik, sebelum meninggalkan rumah sakit, ia sedikit membasuh wajahnya yang nampak semerawut akibat menangis dan tak lama sebuah pesa masuk. yups itu dari Sabrina jika sekitar dua jam lagi ia akan menjemput Luci untuk mencari pakaian yang akan ia kenakan nanti malam.

Luci segera bergegas meninggalkan rumah sakit, karena jika pulang berjalan kaki akan memakan waktu yang lama ia akhirnya memilih menaiki taxi.

dengan waktu yang singkat kini Luci sudah sampai didepan gedung tempat tinggalnya, ia segera masuk untuk bersiap karena tak ingin jika nanti Sabrina harus menunggu.

kini Luci sudah siap, ia mengenakan jeans panjang dan kemeja berwarna putih tulang serta ia juga mengikat rambut panjangnya agar terlihat rapi. riasan tipis ia gunakan agar wajahnya tidak terlalu pucat.

"Aku sudah sampai." begitulah pesan yang Luci terima dari Sabrina.

dengan cepat Luci keluar menghampiri Sabrina, dan Sabrina segera menyuruh Luci untuk masuk kedalam mobilnya.

"Kita akan kemana?" tanya Luci penasaran.

"ketempat yang akan merubah seluruh penampilan kamu." jawab Sabrina sembari tersenyum tipis.

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!