KESHI SANCHEZ tidak pernah tahu apa pekerjaan yang ayahnya lakukan. Sejak kecil hidupnya sudah bergelimang harta sampai waktunya di mana ia mendapatkan kehidupan yang buruk. Tiba-tiba saja sang ayah menyuruhnya untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang di sekelilingnya di tumbuhi hutan belukar dengan hanya satu orang bodyguard saja yang menjaganya.
Pria yang menjadi bodyguardnya bernama LUCA LUCIANO, dan Keshi seperti merasa familiar dengan pria itu, seperti pernah bertemu tetapi ia tidak ingat apa pun.
Jadi siapakah pria itu?
Apakah Keshi akan bisa bertahan hidup berduaan saja bersama Luca di rumah kecil tersebut?
***
“Kamu menyakitiku, Luca! Pergi! Aku membencimu!” Keshi berteriak nyaring sambil terus berlari memasuki sebuah hutan yang terlihat menyeramkan.
“Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku.” Luca terus mengejar gadis itu sampai dapat, tidak akan pernah melepaskan Keshi.
Hai, ini karya pertamaku. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasyhamor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Keshi Sanchez, dia adalah seorang gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas beberapa minggu yang lalu, ia mempunyai tujuan dan cita-cita untuk masa depannya. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, Keshi berniat akan kuliah dan masuk ke dalam jurusan hukum.
Tetapi ayahnya, Rio Sanchez, melarang dan memarahinya. Keshi pun tidak tahu mengapa ayahnya bisa semarah itu saat ia mengatakan ingin kuliah di jurusan hukum. Keshi memiliki cita-cita ingin menjadi seorang jaksa dan dapat membantu orang-orang di sekitarnya.
Ibu Keshi bernama Alea, wanita berparas ayu itu sudah lama tiada saat Keshi lahir ke dunia ini. Sehingga gadis itu hidup hanya bersama dengan ayahnya saja. Keshi tidak pernah tahu apa pekerjaan ayahnya, ia hanya tahu bahwa sang ayah selalu mendapatkan uang yang banyak dan bisa membelikan apa pun yang selalu Keshi inginkan.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke sembilan belas tahun. Sang ayah mengajaknya makan-makan di sebuah restoran di tengah kota yang baru saja buka beberapa minggu lalu.
“Apa kamu suka dengan makannnya, Keshi?” ayahnya bertanya dengan lembut, sebentuk senyum tipis hadir di wajahnya.
Keshi tersenyum lebar dan mengangguk semangat. “Aku sangat suka! Ini enak sekali. Bolehkah aku memesan lagi untuk di bawa pulang?”
Ayahnya terkekeh pelan dan mengangguk mengiyakan. “Tentu saja boleh, apapun untuk putri cantik ayah.”
Selama hidupnya, Keshi sudah sangat bahagia dengan tinggal bersama ayahnya. Apa pun yang ia inginkan selalu di turuti oleh ayahnya. Keshi berharap hari bahagia ini akan selalu hadir dalam kehidupannya dan Keshi selalu berdoa semoga ayahnya dapat hidup sehat bersamanya.
Makan malam bersama itu selesai pukul delapan. Keshi dan ayahnya kini berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil saat seorang supir membukakan pintu untuk keduanya. Mobil sedan hitam itu melaju pelan membelah jalanan yang ramai.
“Ayah, apa aku boleh kuliah jurusan kedokteran?” Keshi membuka percakapan dengan ayahnya selama mereka berada di dalam mobil.
Ayahnya menoleh. “Kau ingin jadi dokter?”
Keshi meringis pelan mendengar pertanyaan itu, ada rasa gundah jika ia memikirkan untuk menjadi seorang dokter. Butuh otak yang pintar serta uang yang banyak saat berkuliah pada jurusan itu, ayahnya tentu akan mampu membiayainya, tetapi bagaimana dengan otak Keshi?
Gadis itu memang pintar, selalu mendapatkan ranking lima besar saat sekolah. Tetapi jika memikirkan ulang untuk kuliah di kedokteran, apakah ia akan sanggup?
Keshi sadar sepertinya ia tidak akan sanggup. “Tidak jadi, ayah. Aku takut tidak sanggup kuliah di sana.” gadis itu tersenyum malu karena berbicara sembarangan.
Ayahnya terkekeh pelan, tangannya mengelus puncak kepala Keshi dengan sayang. “Tidak apa-apa. Pikirkan matang-matang jurusan yang ingin kau tempuh, sayang.”
Keshi mengangguk, membiarkan kepalanya terus di elus lembut oleh tangan kasar ayahnya. Kepalanya menoleh dan matanya memandangi jalan raya yang mereka lalui.
Mobil sedan hitam itu akhirnya sampai di depan sebuah mansion besar yang berada di tengah-tengah lapangan golf besar sejauh mata memandang, di bagian selatan mansion itu ada kebun anggur yang selalu Keshi kunjungi serta di bagian baratnya terdapat kandang kuda untuk Keshi berlatih saat usianya sepuluh tahun.
“Selamat malam, Sir Sanchez.” suara seorang pria membuat Keshi menoleh saat ia sudah keluar dari mobil sedan hitam itu.
Dahi gadis itu berkerut kasar karena merasa bingung dengan seorang pria asing bersetelan jas hitam yang sudah berdiri di sebelah mobilnya. Tubuhnya terlihat sangat tinggi, mungkin sekitar 190 cm? Wajahnya terlihat sudah berada di usia kepala tiga, tetapi wajahnya benar-benar masih terlihat tampan.
Tubuhnya terlihat kekar dan Keshi hampir tersandung jatuh saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata gelap pria asing itu.
“Oh kau! Ini hari pertamamu bekerja ‘kan?” ayahnya terlihat tersenyum lebar saat menyapa pria itu.
Kemudian ayahnya menoleh pada Keshi saat putrinya sudah memutari badan mobil dan berdiri di sebelahnya. Tangannya terangkat dan ia taruh di punggung putrinya. “Ini putriku, namanya Keshi. Mulai besok kau akan selalu mengawasi dan menjaga putriku dari jarak dekat.”
Keshi melototkan matanya terkejut. Selama ini ia tidak pernah memiliki pengawal yang menjaganya dengan jarak dekat, tetapi untuk pertama kalinya ia kini memiliki seorang pengawal. Mengapa ayahnya tiba-tiba saja menaruh seorang pengawal untuk menjaganya?
“Tunggu, ayah. Apa tidak terlalu berlebihan jika aku memiliki pengawal yang menjaga dari jarak dekat?” Keshi bertanya.
“Tidak berlebihan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita tidak tahu kapan akan mendapatkan musibah. Kamu putri tersayangku, ayah tidak ingin ada yang berani melukaimu selama kamu kuliah nanti.” balas ayahnya.
Keshi hanya bisa memanyunkan bibirnya mendengar perkataan ayahnya, matanya kemudian naik untuk menatap kembali wajah pengawal barunya. Gadis itu menelan salivanya melihat bagaimana wajah datar pria itu, apa dia tidak bisa tersenyum? Apa dia tidak tahu bagaimana tersenyum?
“Ya Ampun, aku sampai lupa memberitahumu siapa nama pengawal barumu. Nah, karena sekarang putriku adalah majikanmu, kau harus memperkenalkan diri pada putriku.” Rio, ayah Keshi tertawa pelan dan telunjuknya menunjuk putrinya.
Pengawal itu mengangguk singkat, ia menundukkan kepalanya hormat pada majikan barunya. “Nama saya Luca.”
Keshi mendelik di dalam hati, apa itu bisa di sebut perkenalan diri? Gadis itu menatap ayahnya dan bertanya. “Ayah, berapa usia dia?”
Ayahnya menoleh kearah putrinya. “Hm? Kau bisa bertanya secara langsung, Keshi.”
Gadis itu kembali cemberut, ia lalu mengalihkan tatapannya dari ayahnya kearah Luca. “Berapa usiamu?”
Luca membalas tatapan majikannya dengan raut datar. “30 tahun.”
Perbedaan umur yang sangat jauh. Keshi mengangguk. “Baiklah. Ayah, aku ingin masuk ke dalam kamar.”
Rio mengangguk dan mempersilahkan putrinya untuk berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke dalam rumah.
...\~\~\~...
Keshi berjalan gontai menaiki undakan tangga yang terasa jauh ini, matanya sudah mengantuk tetapi ia harus tetap jalan untuk sampai di dalam kamarnya. Gadis itu mengerang kesal karena mansion ini terlalu besar dan jarak dari luar ke dalam kamarnya terasa sangat jauh.
“Nona Keshi, apa Anda ingin mandi dengan air hangat? Atau air dingin?” seorang pelayan sekaligus pengasuhnya sejak ia kecil datang mendekati dirinya, wanita itu berusia pertengahan enam puluh.
“Bibi Daya, aku tidak ingin mandi dan langsung tidur saja.” Keshi menjawabnya dengan kedua mata yang terpejam dan terbuka, keduanya kakinya melangkah untuk memasuki kamarnya.
Daya mengangguk dengan senyum tipis, ia membiarkan majikannya berjalan melewatinya untuk memasuki kamarnya. Bibi pengasuh Keshi itu bersiap akan berjalan menuruni tangga, matanya membulat saat melihat seorang pria asing sedang menaiki tangga, berlawanan arah dengannya.
“Ada yang bisa saya bantu?” Daya bertanya pada pria asing itu.
Luca membalas tatapan wanita paruh baya itu. “Ini milik Nona Keshi.” pria itu mengulurkan sebuah gantungan kunci yang terjatuh di dekat mobil sedan hitam yang tadi sempat ia lihat.
Bibi Daya meraihnya. “Oh, benar. Ini milik Nona Keshi. Terima kasih, Tuan.”
Luca mengangguk dan memutar tubuhnya untuk menuruni tangga, membiarkan Bibi Daya berjalan menuju kamar gadis itu.
“Nona Keshi.” Bibi Daya mengetuk pintu kamar gadis itu.
Selang beberapa detik kemudian gadis itu keluar dengan sudah berganti pakaian menjadi gaun tidur. Wajahnya tersirat akan kebingungan melihat bibi pengasuhnya berdiri di depan pintu kamarnya. “Ada apa?”
Bibi Daya mengulurkan gantungan kunci berbentuk bunga kehadapan majikannya. “Ini terjatuh. Seorang pria tadi menyerahkannya pada saya.”
Dahi Keshi berkerut bingung. “Pria? Siapa?”
Bibi Daya menggeleng pelan. “Saya tidak tahu namanya, dia terlihat asing dan memakai jas hitam. Sepertinya dia pengawal baru.”
Saat mendengar itu, Keshi membulatkan matanya. Pengawal baru, sudah dapat ia tebak bahwa itu adalah Luca. Gadis itu menunduk dan menatap gantungan kunci yang kini ada di tangannya. Bagaimana bisa gantungannya jatuh?
...***...
...Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa untuk simpan, like dan vote🥰...
...Keshi...