"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Ayara, tunggu! Kamu mau ke mana?" tanya Vartan sambil mengejar Ayara dan menarik lengan gadis itu.
"Aku mau pulang," jawabnya dengan ketus.
"Kenapa buru-buru? Aku ke sini mengajak kamu 'kan ingin bersantai."
"Kalau aku tetap di sini, yang ada bukannya santai, tapi malah bikin tambah emosi. Kamu sama sekali tidak mengerti perasaanku."
"Ya sudah, aku minta maaf. Kita tidak usah membalas mengenai tadi lagi. Kita membahas hal-hal yang menyenangkan saja bagaimana? Aku hanya ingin menghabiskan waktu sejenak sama kamu," ujar Vartan sambil menatap ke arah gadis di depannya.
Ayara pun jadi tidak tega dan akhirnya mengangguk. Entah masalah apa yang dihadapi oleh Vartan kali ini. Dia ingin agar masalah itu cepat selesai dan pemuda itu bisa kembali seperti dulu. Keduanya pun kembali ke tepi pantai dan mencari tempat duduk yang lebih teduh di bawah pepohonan yang masih bisa memandangi ke lautan luas.
"Vartan, dulu kamu pernah bilang kalau cita-citamu ingin jadi seorang pilot agar bisa pergi ke mana pun yang kamu mau. Apa sampai saat ini masih tetap sama cita-citamu?"
"Sekarang sudah tidak lagi."
"Kenapa tidak? Bukankah itu keinginanmu dari dulu, bahkan kamu pernah memaksaku untuk jadi pramugari agar bisa bepergian bersama."
"Nyatanya apa yang aku pikirkan selama ini tidak sesederhana itu. Aku yakin setelah menjadi seorang pilot pasti tidak akan bisa sesantai sekarang. Pergi ke mana-mana juga atas arahan atasan, juga dengan jadwal tertentu, tidak bisa seenaknya memilih mau pergi ke mana. Tentunya bukan itu yang menjadi keinginanku."
"Lalu sekarang apa yang menjadi cita-citamu?"
"Aku ingin menjadi burung agar bisa terbang bebas ke mana pun yang aku mau tanpa ada yang bisa menghalangiku. Memang mereka bisa apa jika aku sudah mengepakkan sayapku dan terbang tinggi," ucap Vartan sambil menatap ke arah langit yang biru, seolah dirinya berada di sana.
Ayara menatap Vartan dengan intens, dia merasa aneh dengan jawaban pria itu. Namun, tidak ingin bertanya lebih jauh. Pasti ada alasan kenapa temannya itu berkata demikian. Vartan berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Ayara.
Gadis itu merasa bingung dengan apa yang diinginkan oleh Vartan, tetapi dia tetap meraih tangan pemuda itu dan ikut berdiri. Vartan mengajak Ayara berjalan di tepi pantai. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan, seperti layaknya pasangan kekasih yang sedang pergi berkencan.
Ayara yang diperlakukan demikian pun merasa jantungnya berdetak tidak beraturan. Andai saja pemuda di depannya ini belum memiliki tunangan, pasti Ayara merasa dirinya adalah wanita paling beruntung dan merasa paling dicintai. Akan tetapi, nyatanya Vartan sudah memiliki orang lain yang dipilih. Entah mereka saling mencintai atau ada sesuatu yang saling menguntungkan diantara keduanya. Biarlah kali ini Ayara egois dan merasa Vartan adalah miliknya dan melupakan mengenai siapa itu Alexa.
"Ayara, kamu lebih suka pergi ke pantai seperti ini atau pergi ke mall dan shopping?" tanyak Vartan di sela langkah mereka.
"Ke mana pun dan di mana pun tempatnya, asalkan bisa membuatku bahagia aku tentu akan senang karena semua tempat bagiku sangat menyenangkan, asal rasanya nyaman untuk diri kita sendiri."
"Kalau sekarang apa kamu bahagia?"
"Ya, tentu saja aku bahagia. Apalagi aku bisa berada di tempat seperti ini bersama denganmu."
Vartan menghentikan langkahnya dan menatap ke arah gadis itu. "Ayara, aku 'kan ...."
Ayara meletakkan jari telunjuknya di bibir pemuda itu dan berkata, "Tidak usah menjelaskannya, aku sudah tahu. Bukankah kamu bilang tadi lupakan apa yang terjadi untuk hari ini dan kita akan bersenang-senang saja di sini? Kita jangan memikirkan masalah di luaran sana. Hanya untuk hari ini karena besok akan kembali seperti sebelumnya."
Vartan tersenyum dan mengangguk. Dia pun kembali melanjutkan langkahnya dan masih bergandengan tangan dengan gadis itu.
"Vartan, aku lelah," ucap Ayara setelah cukup lama berjalan.
Vartan pun melepaskan genggaman tangannya dan berjongkok memunggungi gadis itu.
"Apa yang kamu lakukan, Vartan?"
"Katanya kamu lelah, ayo naiklah! Aku akan menggendongmu."
"Kamu yakin? Aku berat loh!"
"Tentu saja. Aku 'kan laki-laki jadi pasti kuat. Berat badanmu juga tidak seberapa, pasti aku masih sanggup menggendongmu. Sudahlah, ayo cepat naiklah! Aku lelah ini jongkok terus dari tadi."
Ayara mengangguk dan naik ke atas punggung Vartan. "Nanti kalau kamu lelah bilang saja, biar aku turun," ucap Ayara tepat di telinga Vartan dan itu menimbulkan rasa gejolak yang ada di dalam diri pemuda itu.
Dia lelaki normal, tentu saja dapat menimbulkan satu rasa yang tentu dimiliki setiap pria.
"Sudah, kamu tenang saja. Aku pasti akan kuat."
Vartan pun melangkahkan kakinya menelusuri pasir yang basah karena terkena air yang dibawa ombak. Ayara pun mengeratkan pelukannya agar tidak terjatuh. Dia percaya jika Vartan akanmenjaganya baik-baik dan tidak akan membiarkannya terjatuh. Akan tetapi, tetap saja pemuda itu takut jika tanpa sengaja terjatuh.
Ayara akan menyimpan baik-baik kenangan hari ini, yang mungkin tidak akan pernah bisa dia dapatkan lagi di masa mendatang. Vartan akan menjadi milik orang lain dan akan lebih mementingkan pasangannya kelak.
"Ayara, apa kamu punya sesuatu keinginan yang ingin kamu harapkan dariku?" tanya Vartan dengan pelan.
"Hah! Maksudnya?"
"Keinginan yang mungkin masih mengganjal di hatimu dan ingin agar aku memenuhinya."
"Tidak. Saat ini aku tidak ingin melakukan apa pun."
"Barangkali kamu punya sesuatu hal yang ingin aku lakukan. Selagi aku bisa aku pasti akan melakukannya."
Ayara tampak berpikir dan berkata, "Aku sebenarnya ada, tapi sepertinya itu tidak mungkin."
"Apa itu? Kalau aku bisa, aku pasti akan mengabulkannya."
"Tidak perlu. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani dengan keinginan konyolku."
Vartan menurunkan Ayara dan menghadap gadis itu sambil menggenggam kedua telapak tangannya. "Katakan saja. Selama aku bisa aku pasti akan melakukan apa pun keinginanmu. Anggap saja sebagai tanda terima kasihku karena selama ini kamu selalu berada di sampingku dan memberikanku semangat."
"Kamu yakin kamu bisa memenuhi keinginanku?"
"Tentu saja."
"Aku percaya padamu, tapi aku tidak ingin kamu merasa terbebani dengan apa yang menjadi keinginanku padamu."
"Katakan saja apa yang kamu inginkan. Selagi aku bisa, aku pasti akan memenuhi keinginanmu."
Ayara menatap Vartan begitu dalam, hingga akhirnya gadis itu memberanikan diri dengan mendekatkan wajahnya. Bib*r keduanya pun bertemu. Vartan membelalakkan matanya, tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Ayara. Namun, dirinya sama sekali tidak menolak. Dia bahkan memejamkan matanya dan mengikuti nalurinya.
"Itulah yang aku inginkan. Meskipun semuanya tidak berarti apa-apa sama sekali untukmu, tapi ini akan menjadi kenangan yang paling indah yang aku lewati bersamamu," ucap Ayara begitu menyudahi 'kegiatannya' sambil tersenyum.