Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 27
CARA YANG BEKU
"Maaf Tuan, tidak ada nama Ratna Clarissa." Kali ini kesedihan terlihat lewat ekspresi Hari. Kemana ibunya pergi?
"Tapi. Aku pernah bertemu dengan wanita bernama Ratna Scott." Hari dan Noah cukup terkejut mendengarnya.
"Ba-bagaimana orangnya?" tanya Hari, meski dia tak yakin ibunya masih hidup, jika boleh jujur dia tidak ingin itu terjadi karena jika benar, maka itu adalah sebuah kebohongan besar yang tak akan Hari maafkan.
Pria penjaga makam itu berusaha mengingat kembali wanita yang dia maksud. “Rambutnya sebahu, kulit langsat dan dia bersama suaminya.” Sedikit lega mendengarnya, itu bukanlah ibunya. Tak lama mereka berdua memilih pulang, karena sebentar lagi makan malam. Cepat bukan!
"Aku akan menyuruh orang mencarinya. Jangan risau, masih banyak pemakaman di Inggris." Noah mencoba menenangkan Hari yang sedari tadi diam.
"Benar juga, hffuuu. Bagaimana dengan ayahmu?" Noah masih fokus mengemudi, tapi telinganya masih berfungsi.
"Aku juga berusaha mencarinya."
Jika boleh di katakan. Antara ayah dan ibu, Noah akan memilih ayah daripada ibunya. Pria itu hanya ingin bertemu ayahnya dan menanyakan soal dirinya yang tiba-tiba pergi begitu saja setelah mendapatkan uang darinya dulu saat masih SD.
Karena terlalu lelah setelah mencari keberadaan makam Ratna Clarissa, Hari yang merasa sedih dan sendu juga malas memasak, tak ada pilihan lain buat mereka untuk beli makanan cepat saji malam ini.
Kini Noah dan Hari sudah sampai dan mereka tengah duduk di meja makan dengan hidangan yang ada. Pria itu menatap sejenak ke arah Hari yang masih memainkan makanan miliknya sambil melamun. Jujur saja, memang hubungan keduanya tak seakur pasangan lainnya, tapi percayalah kepada duo yang masih memiliki hati baik masing-masing.
"Jangan terlalu di pikir. Aku akan menyuruh orang mencarinya." Noah mencoba mencairkan suasana hati buruk Hari sambil mengutak-atik makanan miliknya agar menghilangkan rasa canggungnya sendiri.
Hari menatap Noah yang masih sibuk melahap. "Bukan itu." Balasan Hari membuka Noah penasaran sehingga kini keduanya saling memandang.
"Ucapanmu... Apakah ibuku memiliki nama lain?" seharusnya Hari tak boleh menanyakan hal seperti itu, itu sama saja mencurigai sang ibu. Noah memandang nya sejenak, lalu balik menunduk dan melahap makanannya.
"Mungkin." Jawab Noah-- bukan maksud Noah menjadi kompor, cuman hal seperti itu juga biasa terjadi di kalangan masyarakat. Apalagi di Jepang juga sama, mengganti identitas supaya orang lain dan keluarga mengira mereka meninggal padahal tidak. Itu sudah biasa terjadi, dan Hari juga sudah besar dan pasti tahu.
"Lupakan dulu. Setelah pernikahan kita usai, kau mau berbuat apa?" dan itu berhasil, Hari akhirnya melahap makanannya, ekspresi nya juga sudah kembali seperti biasanya.
"Entah."
"Boleh aku sarankan?"
"Apa?" pandangan keduanya kembali terjadi.
"Bukalah sebuah restoran! Masakan mu cukup enak untuk restoran bintang lima." Puji Noah tidak berbohong.
Hari sedikit tersenyum malu mendapatkan sebuah pujian pertama kalinya dari mulut seseorang pria.
Dengan semangat Hari menjawab. "Tentu! Aku juga berpikir seperti itu dan untuk itu... Kau akan menjadi juri ku!"
Noah terkejut mendengarnya sampai gumpalan makanan masih terkumpul di dalam mulutnya. "Apa?"
"Ya (mengangguk penuh semangat) aku akan membuat sebuah resep baru dan kau yang akan mencicipi pertama kali!"
"Akan ku usahakan. Siapa tahu kau akan meracuniku." Hal itu cukup membuat si wanita mulai kesal, Noah tak memperdulikannya dan mengabaikan ocehan Hari, memilih menghabiskan makanannya seolah tuli.
...***...
Harrison CorpL
Ruangan meeting masih berlangsung. Noah berada di dalam sana bersama dengan paman manager dan juga para direktur utama dari perusahaan lainnya yang hendak melakukan kerjasama. Di antara mereka juga ada beberapa teman Noah juga.
"Jadi semuanya sudah deal!"
"Ya!" mereka bersalaman dengan senyuman puas.
"Kami dengar kau baru menikah, kenapa tidak undang-undang?" tanya pria berbadan gemuk bernama Giant, selaku salah satu teman bisnis Noah yang berada di Inggris.
"Maaf! Kami hanya mengundang orang-orang terdekat di Jakarta!" sambil tersenyum kikuk.
"Kalau begitu... Bisakah malam ini kami berkunjung ke apartemen Anda? Istri Anda juga ikut bukan? Kami akan membawa pasangan kami, hanya sekedar mengobrol santai." Noah tertegun bukan main, masalahnya adalah-- istrinya tak seperti wanita lainnya.
"Aku belum pasti istriku mau menerima tawaran ini, dia sedikit sensitif terhadap orang baru!" sebisa mungkin Noah berbohong.
"Kau sangat takut istri mu sampai di rebut ya Noah!"
"Eh, bukan begitu-- " -'Wanita aneh itu tak akan mau menuruti perintahku, apalagi menyuruhnya untuk menyambut para tamunya.' Batin Noah merasa bingung. Sedangkan tamu Noah yang masih berada di ruang meeting tadi, masih berusaha mendesak agar malam ini mereka tetap akan datang berkunjung.
Siangnya. Seperti biasa Noah selalu pulang cepat, namun pikirannya masih kalut dengan kebingungan. Sebentar lagi menjelang malam dan para tamunya akan datang ingin menemui dia dan Hari. Seperti saat ini, Noah mondar-mandir di depan pintu kamar Hari, dimana wanita itu masih tertidur pulas setelah melakukan pekerjaan rumah dengan sangat baik.
Noah membuka pintu kamar Hari, mengintip sebentar untuk memastikan wanita itu masih tertidur.
"Aku harus bagaimana? Haisshh! Dia tidak akan mau melakukannya." Gerutu Noah kebingungan, mengacak surai-nya kasar dan Ting! Sebuah ide muncul di kepalanya yang sudah memanas.
Si rubah segera berjalan ke lemari es, membukanya dan melihat enam wadah Ice cream ukuran jumbo masih di tempatnya.
“Jadi tinggal enam ya! Baiklah!" ia meraih ketiga ice cream tersebut dengan satu sendok besar.
Tak ada pilihan lain lagi, Noah berdoa sejenak agar nyawanya terlindungi saat dirinya harus memakan keenam Ice cream berukuran jumbo itu dalam waktu singkat. Noah mulai memakan nya dengan wajah terpaksa, melahap hingga habis tak tersisa.
Sementara waktu masih berjalan dengan santai melewatkan satu jam setengah dengan santai, dan Noah baru menghabiskan satu wadah Ice cream dan bisa terlihat wajah Noah memerah karena kedinginan. Ia berhenti sejenak, membuka mulutnya lebar-lebar berharap rasa dinginnya hilang.
Otaknya merasa beku tak sesekali Noah meminum air hangat untuk menetralkan rasa beku dalam tubuhnya akibat Ice cream sialan milik Hari.
"Ayo Noah, kau pasti bisa!" semangatnya yang lanjut memakan Ice cream tadi. Pria itu begitu gesit melahapnya di ruang makan, sesekali juga dia mengintip ke arah kamar Hari.
...🛫📍🛬...