++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Mereka berdua terlarut dalam obrolan yang mengasyikkan, hingga waktu semakin siang dan Dian segera pamit karena sebentar lagi dia masuk kerja. Setelah mengantar Dian didepan rumah, Iwan menuju kearah sungai untuk berlatih.
Sesampai dipinggir sungai, Iwan duduk dibawah pohon besar dan memandang kearah air sungai." Bisa gak ya aku melihat dasar sungai?" Gumam Iwan. Dikerahkannya energi batin dimatanya, Iwan melihat banyak ikan yang berenang kesana kemari. Ingin dia membidik ikan ikan yang besar tapi diurungkan karena ia masih ingin mengetahui kekuatan penglihatannya.
Iwan terus memindai tapi ia tak juga mampu menembus kedalaman sungai yang berwarna kuning keruh dan berkedalaman sekitar dua meter.
Ingin ia mencoba menggunakan energi batin dikaki tapi takut tenggelam.
Akhirnya Iwan hanya menggunakan kekuatan energi batin di jarinya, dan membidik beberapa ikan gabus yang besar. "Ah... cukup hari ini, lumayan dapat tiga ikan gabus gumam Iwan.
Dengan nikmat Iwan memakan ikan gabus yang dimasaknya dengan kuah santan dan irisan cabe kecil kecil.
Selesai makan ganti rokok, kopi dan beberapa bungkus camilan menemani Iwan menghabiskan waktu disore itu. Setelah membaca pesan dari Dian, ia membalas pesan itu sambil tersenyum.
Iwan menghabiskan malam dengan lima orang yang membutuhkan jasa pijatnya, rata rata mereka hanya pijat pegal dan capek capek.
Sepi kembali ditempat Iwan, setelah orang terakhir yang dipijat meninggalkan rumahnya. Dilihatnya masih pukul sembilan malam, ia segera menutup pintu rumah dan mengendarai motornya untuk menikmati udara malam.
"Took .... Took... Took.....!" Iwan mengetuk pintu kamar kost Shinta. Shinta yang sudah kedatangan Iwan segera membuka pintu," Langsung belanja atau duduk dulu?" Tanya Shinta.
" Kita cari sarapan dulu terus belanja!" Kata Iwan.
Mereka berdua meninggalkan tempat kost untuk mencari sarapan, setelah itu mereka ke pasar dan membeli beberapa bahan makanan.
" Shin kita mampir sebentar yuk ketaman!" Ajak Iwan.
" Nanti keburu siang Mas masaknya!" Sergah Shinta.
"Cuma sebentar, biar pikiran dan tubuh kita segar!" Bujuk Iwan.
"Sebentar aja ya ke tamannya!" Kata Shinta memastikan.
Iwan memarkir motor dan membawa barang belanjaannya kearah bangku taman, sedang Shinta yang mengikuti dari belakang sangat kagum akan keasrian taman kota ini.
" Kita duduk disini, lihat banyak bunga dan tanaman hias disini!" Kata Iwan.
" Kamu sudah sering kesini Mas?" Tanya Shinta sambil memperhatikan aneka bunga didepannya.
"Baru tiga kali ini kesini!" Jawab Iwan.
Sudah setengah jam mereka berada ditaman dan Iwan mengajak Shinta untuk segera pulang kerumahnya.
"Ayok pulang Shin, nanti keburu siang masaknya!" Kata Iwan mengingatkan.
"Sebentar Mas!, masih betah disini!" Kata Shinta dan Iwan hanya tersenyum lalu mencium pipi Shinta.
Iwan melihat gadis berkursi roda dan wanita paruh baya sudah memasuki taman, " Ayo pulang Shin!" Ajak Iwan.
" Sebentar lagi masih betah disini !" Jawab Shinta.
" Sudah besok kesini lagi kalau kamu libur!, udah yok ini juga sudah siang!" Titah Iwan sambil menarik tangan Shinta dan akhirnya mereka pergi.
Iwan dan Shinta bertemu dengan gadis berkursi roda beserta wanita paruh baya, Iwan hanya menganguk menyapa dan dibalas dengan senyuman oleh kedua orang itu.
" Cantik ya anak itu?" Kata Shinta.
"Iya!" Jawab Iwan singkat.
Mendengar jawaban Iwan, Shinta mencubit pinggang Iwan gemas.
" Mas Iwan kok gak menawari pijat ke gadis itu?" Tanya Shinta sambil menoleh kegadis berkursi roda.
"Buat apa? Dianya gak minta!" Jawab Iwan santai.
Setelah berdebat kecil akhirnya mereka pergi meninggalkan taman.
Makan siang akan dimulai " Toook Tooook Tooook...... Permisi!"
"Toook.... Toook...... Mas Iwan!" Seru seorang laki laki didepan pintu.
"Ya sebentar!" Seru Iwan sambil berdiri.
"Sebentar Shin!, aku temui tamu, kamu lanjut makannya!" Ujar Iwan lalu keluar menuju ruang tamu.
"Maaf Mas Iwan!, tadi pagi aku sudah kesini tapi Mas Iwannya gak dirumah!" Kata laki laki itu.
"Oh.... Tadi lagi cari sarapan Pak, mari silahkan masuk!" Kata Iwan.
" Ini badanku rasanya gak nyaman !" Kata orang itu.
" Silahkan Pak, kalau mau pakai sarung! Itu ada dirak!" Iwan menunjuk rak kayu dipojok ruangan tempat memijat.
Setelah selesai dengan pekerjaanya, ia segera pergi kedapur dan dilihatnya Shinta yang masih menunggu.
" Maaf Shin, ada gangguan!" Kata Iwan sambil mencuci tangan.
" Wah sedap sekali Shin, masakanmu!" Puji Iwan sambil melahap habis makanannya.
Shinta hanya tersenyum mendengar perkataan Iwan.
Shinta dan Iwan segera membereskan dan mencuci peralatan makan yang habis dipakai.
"Nah beres, terus kita mau kemana Mas?" Tanya Shinta.
Iwan tidak menjawab tapi langsung memeluk dan menciumi Shinta sambil membisikkan sesuatu
"Jangan Mas, masih kenyang ini!"Cegah Shinta. Iwan segera menghentikan aksinya lalu menggandeng Shinta kekamar dan mendudukkan diatas kasur.
"Lha.... tambah di bawa kesini!" Sungut Shinta. Iwan hanya memandangi Shinta, meskipun tidak cantik tapi sedap di pandang mata. Shinta hanya pasrah saat Iwan mulai aksinya, cumbuan perpadu dengan desahan mengalun mesra.
Sudah tiga kali Shinta terbang melayang, tapi Iwan tak ada tanda tanda mengeluarkan bendera menyerah. Iwan segera membalikkan tubuh Shinta, dan bersiap siap untuk menjalankan aksinya.
Iwan menghentak kadang menarik tali kekang supaya kuda yang ditungganginya bisa berlari kencang.
Shinta sudah merasa lelah dan ingin menyudahi permainan kuda kudaan Ini, berkali kali ia mencapai puncak hinga tangan yang semula menyanggah kini menjadi siku untung menahan.
Iwan masih terus memacu ketika garis finish tampak didepan mata, disentakan tubuhnya ketika bendera berkibar sebagai tanda kemenangannya.
Iwan berbaring di samping tubuh Shinta yang tengkurap karena kelelahan dan tertidur.
Iwan segera menyelimuti tubuh Shinta lalu ia keluar dan duduk diruang tamu merokok.
" Ah... Shinta sudah menyerah, padahal aku masih pingin lagi main kuda kudaan!" Gumam Iwan sambil menghisap rokok.
"wan!" Panggil seorang wanita dipintu.
"E.. Mbak Ju, ayo masuk Mbak!" Seru Iwan sambil berdiri.
"Badanku sakit semua Wan, dua hari ini warungku tutup!" Kata Mbak Ju sambil duduk dikursi.
"O... Mbak Ju bisa ganti baju dengan sarung didalam, kalau sudah Mbak Ju panggil aku!" Suruh Iwan.
"Waduh Wan, kok pakai sarung pijatnya!" Kata Mbak Ju kebingungan.
"Telanjang juga ndak papa Mbak Ju!" Kata Iwan datar.
"Gak bahaya ta!" Seru Mbak Ju.
"Gak bahaya, tapi dikit!" Jawab Iwan sambil senyum.
"Awas lho Wan, aku udah lama menjanda. Macem macem bisa aku lahap telurmu!" Kata Mbak Ju sambil melotot lalu berjalan kekamar.
"Gayamu Ju.... Ju....,ampun ampun baru tahu rasa kamu!" Batin Iwan.
Beberapa menit berlalu, dan pijatan Iwan selesai. Iwan sebenarnya masih pingin meneruskan yang enak enak, tapi ia teringat kalau Shinta ada dikamar.
Iwan segera keluar dari ruang pijat dan duduk dikursi, dinyalakan sebatang rokok sambil menunggu Mbak Ju keluar dari Ruang pijat. Lama Iwan menunggu hingga rokok yang dihisapnya habis, tapi Mbak Ju belum juga keluar.
***
Bersambung.....