NovelToon NovelToon
KARMA Sang Pemain Cinta

KARMA Sang Pemain Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Pelakor jahat / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Naura, seorang gadis desa, terjerat cinta pria kaya raya—Bimo Raharja, saat memulai pekerjaan pertama di kota.

Pada suatu hari, ia harus menahan luka karena janji palsu akan dinikahi secara resmi harus kandas di tengah jalan, padahal ke-dua belah pihak keluarga saling mengetahui mereka telah terikat secara pernikahan agama.

"Mas Bimo, tolong jangan seperti ini ...." Naura berbicara dengan tangis tertahan.

"Aku menceraikan kamu, Naura. Maaf, tapi aku telah jatuh cinta pada wanita lain."

Baru saja dinikahi secara agama, tapi tak lama berselang Naura ditinggalkan. Masalah semakin besar ketika orang tua Naura tahu jika Bimo menghamili wanita lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Badut

Malam itu hujan turun sangat deras. Langit gelap seperti mencerminkan isi hati Naura yang kelam.

Bahkan air meluap sempat membanjiri beberapa ruas jalan dan gang-gang perkotaan.

Malam itu, Naura sedang duduk di ruang tamu apartemen, membaca buku di sofa. Bimo sedang tidak ada di rumah, entah ke mana. Itu sebabnya ia membuat pengalihan agar tidak suntuk.

Hatinya sepi. Seolah memberi isyarat, akan ada badai besar malam ini.

Sejak kejadian foto tunangan di media sosial itu, hubungan mereka terasa renggang.

Bahkan keduanya mulai menjaga jarak.

Meski Bimo terus meyakinkan bahwa dirinya mencintai Naura, ada sesuatu yang tidak bisa hilang dari hati gadis itu—rasa tidak berharga.

Naura memandangi bayangannya di jendela kaca, dengan tatapan kosong.

"Apa aku ini cuma badut?" gumamnya pelan.

Mata yang semula berembun itu, seketika luruh. Airmatanya banjir deras melewati pelupuk mata.

"Sekadar hiburan di sela kesibukannya? Seseorang yang dia sembunyikan karena malu?" lirihnya sembari memeluk buku tadi sempat ia baca untuk menghibur diri.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dengan ragu, ia membuka pesan itu.

"Aku mantan Bimo. Kita harus bicara. Aku hamil anaknya."

Lagi.

Dunia Naura runtuh seketika. Napasnya tersengal, matanya membelalak membaca pesan itu.

Ia ingin menyangkal, tapi hatinya tahu—dengan segala ketidakjujuran yang sering Bimo tunjukkan, kemungkinan besar pesan itu benar adanya.

Tangannya gemetar, tapi ia enggan menanggapi.

Memilih berbicara langsung dengan Bimo akan lebih baik baginya.

*

Ketika Bimo pulang, Naura masih duduk di tempat yang sama. Matanya merah, wajahnya pucat. Matanyapun sembab.

Ia menoleh ke arah pintu ketika Bimo masuk, membawa kantong plastik berisi makanan.

"Palsu," pikirnya.

“Sayang, aku beli makanan kesukaanmu. Kamu pasti belum makan, 'kan?” kata Bimo dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana.

Naura tidak menjawab. Ia hanya menatap Bimo dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Naura?” Bimo mendekat, menyadari ada yang tidak beres.

“Kamu kenapa?” tanya Bimo berusaha memastikan jika Naura baik-baik saja.

Namun, karena emosi sudah tak sanggup lagi dibendung oleh gadis itu.

Akhirnya, Naura mengangkat ponselnya, menunjukkan pesan itu kepada Bimo.

“Apa ini benar, Mas?” tanyanya dengan suara bergetar.

Bimo membaca pesan itu, dan raut wajahnya berubah drastis. Ia tidak langsung menjawab.

Tapi semburat senyum di wajahnya mendadak pudar, lalu menghilang.

“Jawab aku, Mas,” desak Naura, air mata mulai menggenang di matanya.

“Naura, dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Bimo akhirnya, mencoba meraih tangan Naura.

Naura mundur, menjauh dari sentuhan Bimo. Ia bahkan menepis tangan suaminya saat ingin meraih dan memberi pelukan menenangkan.

“Jadi itu benar? Dia hamil anak kamu?!” Naura menatap tajam meski matanya banjir oleh air mata.

“Naura, aku bisa jelaskan. Aku dan dia sudah lama tidak ada apa-apa. Mungkin ... mungkin dia hanya mencoba menghancurkan hubungan kita,” kata Bimo dengan nada panik.

“Tapi kamu tidak menyangkal, 'kan?” suara Naura pecah, dan air mata semakin mengalir deras di pipinya.

“Naura ....”

“Berapa banyak lagi yang kamu sembunyikan dariku, Mas? Kamu bilang aku satu-satunya. Kamu bilang kita akan menikah secara sah. Tapi sekarang? Kamu membuat aku merasa seperti badut!” teriak Naura meluapkan kekesalannya.

Bimo mencoba mendekat, tetapi Naura mengangkat tangannya, menghentikannya.

“Kamu tidak tahu bagaimana rasanya, Mas. Aku menyerahkan segalanya untuk kamu. Harga diriku, keluargaku, hidupku. Bahkan aku berhenti kerja juga karena kamu. Tapi apa yang aku dapatkan? Kamu malu mengakui aku. Kamu memajang foto wanita lain di media sosial. Dan sekarang, ini?” Naura semakin berteriak histeris diiringi isakan tangis tertahan.

“Naura, aku mencintai kamu. Kamu harus percaya itu,” kata Bimo, suaranya melemah.

“Cinta? Apa cinta seperti ini, Mas? Membiarkan aku dihancurkan pelan-pelan tanpa aku sadari?” Naura berdiri, suaranya semakin tinggi.

“Aku tidak bisa seperti ini lagi.” Naura berlari menjauhi Bimo.

“Naura, tunggu. Jangan pergi. Kita bisa bicarakan ini,” kata Bimo, mencoba mencegah Naura yang mulai berjalan ke arah kamar untuk mengambil tasnya.

Naura menoleh dengan tatapan penuh luka.

“Apa yang harus kita bicarakan, Mas? Semua sudah jelas. Kamu tidak pernah benar-benar memilih aku. Aku hanya seseorang yang kamu sembunyikan. Seseorang yang tidak pantas diperjuangkan di mata keluargamu, teman-temanmu, bahkan di mata dunia.”

Bimo terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia ingin membela diri, tetapi semua kata-kata terasa nyata.

Naura masuk ke kamar, mengemasi beberapa pakaian dan barang-barangnya dengan cepat.

Ketika ia keluar, Bimo berdiri di ambang pintu, menghalangi jalannya.

“Naura, tolong. Jangan pergi,” kata Bimo, suaranya memohon.

Naura menggeleng. “Mas, aku mencintai kamu. Tapi cinta saja tidak cukup. Aku tidak bisa terus hidup seperti ini, merasa seperti aku tidak pernah cukup baik untuk kamu.”

“Naura, aku janji, aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan bicara dengan keluargaku, dengan semua orang. Aku akan memastikan mereka menerima kamu,” kata Bimo, mencoba meyakinkannya.

“Tapi apa itu akan menghapus semua luka yang sudah kamu buat? Apa itu akan menghapus rasa sakit ini?” Naura menatap Bimo dengan mata yang penuh air mata.

"Aku akan mencari cara, Naura," kolah Bimo sambil menghalangi.

“Mas, aku sudah lelah. Aku sudah terlalu banyak berkorban untuk seseorang yang bahkan tidak pernah berani memperjuangkan aku.”

Bimo mencoba meraih tangan Naura, tetapi gadis itu mundur.

“Naura, aku butuh kamu. Tolong jangan pergi.”

Naura menatap Bimo untuk terakhir kalinya, dengan air mata yang terus mengalir.

“Mas, mungkin kamu butuh aku. Tapi kamu tidak pernah benar-benar menginginkan aku. Nikahi saja dia, mantanmu itu! Ada anak kamu di dalam rahimnya. Aku tidak pantas di keluarga kamu 'kan? Maka aku pergi.”

Dengan kata-kata itu, Naura melangkah pergi, meninggalkan Bimo yang berdiri terpaku di tempatnya.

Di luar, hujan masih turun deras. Naura berjalan di bawah payung kecil, dengan tas di tangannya.

Hatinya terasa hancur berkeping-keping, tetapi ia tahu bahwa ini adalah hal yang harus ia lakukan.

Ketika ia menunggu taksi di pinggir jalan, sebuah pertanyaan terus terngiang di kepalanya.

“Apakah aku hanya seorang badut dalam hidupnya? Seseorang yang ada hanya untuk mengisi kekosongan?”

Hatinya sakit, tetapi ia tahu bahwa ia harus pergi. Karena meskipun ia mencintai Bimo, ia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang orang lain.

Tak lama berselang, sebuah mobil hitam berhenti di dekat Naura berdiri.

"Naura, sedang apa kamu? Ini sudah malam. Nyaris semu jalanan banjir!" teriak seorang pria yang suaranya familiar di telinga Naura.

Naura terkejut saat Raka mulai membukakan pintu mobil untuknya.

"Masuk," ajak Raka.

Naura diam mematung dengan airmata yang masih deras mengalir melewati pipi mulutnya.

"Nau, kamu kenapa? Ayo, masuk dulu. Hujannya deras, di depan banjir!"

(Bersambung)

1
Antonio Johnson
Lupain
Anne Clair
Sama Raka aja lah
Anne Clair
pembohong besar
Anne Clair
jangan cengeng lah
Samantha
Depresi itu
Samantha
bukan jahat lagi ini
Samantha
kasian
Samantha
kabur
Teddy
Kasian Naura
Teddy
Diapain enaknya tuh orang
Teddy
Sedih/Smug/
Nina_Melo
Jahat banget Bimo
Nina_Melo
Aku nangis bacanya /Sob/
Nina_Melo
Gak tanggung jawab
Antonio Johnson
lagi dong
Anne Clair
up
Samantha
next
Teddy
lanjut
Teddy
Bantu Like, Love dan Vote yuuuk, Guys biar semangat update Authornya
Daulat Pasaribu
Gilak sih Bimo
si Naura pun bodoh juga Uda di ingatkan
Lintang Lia Taufik: Wah makasih banget sudah mampir baca.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!