"Apa-apaan ini?" teriak Alea
"Nikah sama aku!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa
"Kamu nolak siap-siap aku hancurin karier kamu juga kehidupan kamu!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
Pesawat pribadi milik Nicholas sudah mendarat. Setelah pesawat berhenti bergerak, ketiganya keluar dari dalam pesawat. Alexa bergelayut manja di lengan Nicholas membuat Emma makin panas karena terbakar api cemburu. Apalagi Nicholas sama sekali tidak menunjukkan rasa keberatan.
"Antar kami pulang ke apart!" perintah Nicholas pada Arif.
"Baik, Tuan," ucap Arif.
"Tuan, tuan. Kamu jahat sekali. Dia temanmu, tapi kamu membiarkan dia memanggilmu dengan sebutan 'tuan," protes Alexa.
"Kenapa? Dia juga tidak keberatan," balas Nicholas tanpa rasa peduli.
"Kamu memang—"
"Tutup mulutmu atau aku paksa." Nicholas menukas ujaran Alexa.
"Iya, iya," sungut Alexa.
Mereka kembali mengayunkan langkah kembali setelah berhenti. Namun, Alexa kembali menghentikan langkahnya lantas menoleh, melihat Emma berada di belakang mereka.
"Tunggu dulu! Apa kamu akan selalu mengikuti kami ke manapun kami akan pergi, nona Emma?" tanya Alexa sarkas.
"Kenapa memangnya?" Emma bertanya tanpa rasa malu.
Nicholas berdecih mendengar jawaban dari Emma.
"Apa kamu tidak merasa malu, terus melakukan ini?" ucap Alexa. "Suamiku sudah tidak ingin bersamamu lagi. Jangan ganggu kami, oke," ucap Alexa.
"Sudah aku —"
"Arfi suruh orang untuk mengantar nona Emma kembali ke kediamannya," perintah Nicholas dengan nada dinginnya.
"Baik, Tuan," sahut Arif.
"Aku tidak mau. Aku hanya ingin pulang bersamamu," tolak Emma.
Mata Alexa membulat, mulutnya menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Emma.
"Aku tidak percaya ini. Kamu mengatakan pada semua orang jika aku ini pelakor, tapi pada kenyataannya sebaliknya," maki Alexa. "Kamu seperti wanita tidak punya harga diri dengan mengejar suami wanita lain," imbuh Alexa.
"Lupakan dia. Ayo kita ke mobil." Nicholas melingkarkan tangannya di sepanjang pinggang Alexa membawanya pergi dari landasan pesawat, masuk ke mobil yang sudah menunggu mereka, meninggalkan Emma yang masih berdiri dalam kemarahan.
Sementara itu Nicholas dan Alexa sudah berada dalam satu mobil yang sama lantas arif melajukan meninggalkan area bandara, tidak lupa menghubungi seseorang untuk mengantar Emma pulang.
Jam menunjukan pukul 7 malam keadaan jalanan sangat ramai. Apalagi malam itu malam minggu. Jika saja tubuhnya tidak merasa lelah, Alexa ingin menghabiskan malam minggu itu di luar rumah. Rasa lelah yang Alexa rasakan membuatnya kembali memejamkan mata, menyandarkan kepalanya di pundak sang suami. Tanpa sadar Alexa memejamkan mata dengan begitu mudahnya.
Perjalanan meraka terasa sunyi. Biasanya Alexa akan sangat cerewet membuat Nicholas pusing sendiri. Tetapi kali ini tidak, Nicholas melirik ke arah Alexa, benar saja perjalanan mereka sunyi karena Alexa tertidur. Ada senyum tipis bergambar di bibir Namun, senyum itu luntur saat menangkap mata Arif sedang memperhatikan melalui kaca spion di hadapannya. Nicholas langsung memberikan tatapan tajam kepada Arif.
"Mengemudilah yang benar," suruh Nicholas.
"Baiklah!" Arif menunjukkan senyuman bodoh dengan menunjukkan deretan giginya, lantas menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Mobil yang dikendarai oleh Arif masuk ke dalam basement gedung apartemen. Nicholas memilih pulang ke apartemen karena jaraknya lebih dekat dari bandara.
"Hei, bangun! Sudah sampai." Nicholas menepuk pipi Alexa berulangkali untuk membangunkan wanitanya.
"Aku masih sangat mengantuk,” ucap Alexa dengan mata yang terpejam.
"Mau bangun atau kamu tidur di dalam mobil saja," tawar Nicholas.
"Gendong," rengek Alexa.
"Jangan bermimpi!" Nicholas beranjak dari tempat duduknya, langsung keluar dari mobil.
Tubuh Alexa roboh karena tidak ada tempat untuk bersandar lagi. Mulutnya menganga tidak percaya dengan perlakuan sang suami.
"Dasar suami tidak berperasaan," maki Alexa dari dalam mobil, tetapi dirinya tidak tahu Nicholas tersenyum di balik tubuhnya.
Alexa pun keluar dari mobil menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan.
"Apa dia sungguh tidak punya perasaan. Dia meninggalkan aku begitu saja seperti ini?" gerutu Alexa.
Alexa mengerucutkan bibirnya sebal lantas menyusul Nicholas yang menunggu di depan lift.
-
-
Sampai di apartemen Nicholas langsung mandi. Tidak lama keluar dan berganti pakaian rapi.
"Kamu mau pergi lagi?" tanya Alexa, heran melihat Nicholas sudah sangat rapi.
"Hmm, ada pekerjaan," jawab Nicholas tanpa melihat ke arah Alexa.
"Sangat penting hingga membuat kamu tidak beristirahat lebih dulu?" Alexa membantu memakaikan jam tangan ke pergelangan tangan Nicholas.
"Sangat," jawab Nicholas. "Oh iya, jangan lupa rapikan barang-barang kita. Pindahkan barang-barang kita ke dalam lemari," suruh Nicholas.
"Iya, iya, Tuan Nicholas," celetuk Alexa.
"Rapikan dengan benar. Aku tidak suka berantakan," suruh Nicholas lagi.
"Dasar tukang memerintahkan. Lakukan ini, lakukan itu," gerutu Alexa.
"Jangan menggerutu saja. Lakukan dengan cepat!" suruh Nicholas.
Alexa menghentikan gerakkan bibirnya, berbalik untuk menatap suaminya dengan menekuk satu sikunya di pinggang.
"Kalau tidak sabar, kerjakan saja sendiri, Tuan," ucap Alexa sebal.
"Aku tidak ingin berdebat. Lakukan pekerjaanmu dengan cepat. Aku pergi dulu," ucap Nicholas.
"Tapi aku lelah, Nicholas. Tidak bisakah ini dikerjakan besok saja," rengek Alexa.
Nicholas tersenyum lantas menarik pinggang Alexa, mengikis jarak di antara mereka.
"Aku hanya menggodamu." Nicholas mengecup pipi Alexa. "Besok Diana yang akan membereskannya. Sekarang istirahat," ucap Nicholas, nada bicaranya pun sudah berubah lembut. "Ada hal yang harus aku kerjakan," imbuh Nicholas.
"Kamu mau pergi ke mana sebenarnya?" Alexa mendongak untuk melihat wajah Nicholas.
"Tidak perlu tahu. Yang harus kamu lakukan saat ini hanya beristirahat," jawab Nicholas.
"Apa kamu ingin meninggalkan aku sendiri di sini? Lalu bagaimana jika ada orang yang akan —"
"Tidak akan ada orang yang berani macam-macam dengan singa betina sepertimu," ledek Nicholas.
"Terus saja mengejekku." Alexa mendorong dada Nicholas, membuat jarak di antara mereka.
Alexa mengerucut sebal tetapi Nicholas justru terkekeh. Melihat itu Alexa semakin kesal.
"Istirahat. Ingat jangan membuka pintu sembarangan. Kunci juga pintu kamar." Nicholas membungkuk kembali mengecup kening Alexa.
"Tapi kena---" Alexa tidak jadi bertanya karena Nicholas sudah lebih dulu pergi. Pria itu keluar dari kamar itu tanpa memberitahukan ke mana dia akan pergi.
"Dasar pria menyebalkan! Seenaknya saja menyebutku singa betina dan juga pergi begitu saja," maki Alexa seraya melempar pakaian milik Nicholas yang sedari tadi berada di tangannya. "Ya sudah pergi saja sana! Aku akan lega jika kamu tidak ada," imbuh Alexa.
Letih berteriak Alexa mendudukkan diri di tepi tempat tidur, menopang dagu dengan tangannya.
"Padahal aku ingin bertanya kenapa dia menyuruhku untuk tidak membuka pintu sembarangan. Tadi juga wajahnya terlihat cemas? Ck membingungkan sekali," gerutu Alexa.
Sementara itu Nicholas sudah berada di dalam mobil bersama Arif. Mereka dalam perjalanan ke suatu tempat. Mereka berencana untuk menemui pengacara mendiang sang ayah. Pengacara dan keluarganya sedang dalam bahaya lantaran Daniel mencoba mendesaknya agar mau bekerja sama untuk mengubah surat wasiat itu. Karena sang pengacara tidak mau, Daniel berniat melenyapkannya juga keluarganya.
"Kamu sudah menempatkan penjaga di apart?" tanya Nicholas pada Arif.
"Sudah, tapi menurutku kamu juga harus menceritakan situasi saat ini pada Alexa. Aku yakin dia pasti kebingungan. Juga agar dia lebih waspada jika bertemu dengan Daniel," saran Arif.
"Aku akan mengatakannya nanti," ucap Nicholas.
"Beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar jika Daniel mencari tahu semua tentang Alexa," ungkap Arif.
"Dia mengatahui sesuatu?" tanya Nicholas.
"Aku rasa belum," jawab Arif.
"Jangan biarkan dia menggali informasi lebih dalam lagi mengenai Alexa!" perintah Nicholas.
"Itu sudah pasti," sahut Arif.
"Satu lagi. Apa kamu tidak berencana mengakui kesalahanmu pada Alexa?" tanya Arif.
"Tidak sebelum aku menyingkirkan Daniel," jawab Nicholas. "Masih terlalu berbahaya untuk Alexa jika aku mengungkapkan alasan sebenarnya aku menikahi dia."
"Ya kamu benar. Jika Daniel sampai tahu jika Alexa adalah kelemahanmu, maka bisa dipastikan Alexa akan menjadi sasaran Daniel untuk menyerangmu," imbuh Arif.
sabaaaar yaaa ,,sebentar juga malam
ditunggu jawabannya thoor ,,kalo bisa jangan kelamaan hehe
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang