Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Rani pergi
"Mah apa tidak masalah kalau Rani pulang ke rumah mamah? Nanti Rani mau jawab apa pas ditanya papah?" Ucap Rani saat mobil yang dikemudikan oleh ibu mertuanya memasuki halaman rumahnya.
Greep
Sarifah meraih tangan menantunya dan menggenggamnya erat. Menatap wajah sang menantu yang sudah tampak sembab lantaran sepanjang perjalanan Anjani diam-diam menitikan air matanya.
" Sayang jangan menangis lagi,mamah tau putri mamah pasti kuat.Air matamu terlalu berharga jika untuk menangisi orang-orang seperti mereka." Ucapan Sarifah justru semakin membuat tangis Rani semakin pecah.
" Mah,Rani itu menantu mamah.Mas langit anak mamah,apa mamah tidak takut dibenci mas langit karna membelaku mah?" Tanya Rani,suaranya terdengar serak.Matanya sembab dan tampak merah.
Deg
Pertanyaan Rani seprti tamparan keras bagi Sarifah.
" Astaga,kenapa aku sampai melupakan hal itu.Tapi tidak,aku sudah berada dipihak yang benar,Langit memang putraku tapi dia sudah sangat bersalah dengan menghianati istrinya.Caranya sungguh sangat menyakiti dan melukai perasaan Rani dan juga perasaanku sebagai seorang wanita.Tidak akan ada perempuan yang mau dihianati apa lagi oleh adik kandung dan suaminya sendiri.Jika wanita itu orang lain mungkin rasanya tak terlalu sakit,entah apa yang mereka fikirkan.Mereka bersikap seperti seorang binatang."batin Sarifah yang terus berkecamuk.
Rani menatap wajah ibu mertuanya yang tengah bergelut dengan hati dan otaknya.
" Pasti mamah bingung menyikapi maslah ini.Ah aku memang tidak seharusnya pulang kesini.Tapi untuk sementara waktu sebelum aku mendapatkan kontrakan aku akan tetap disini.Mungkin nanti siang aku baru cari kontrakan,walau bagaimanapun mas langit adalah anak kandung mamah.Dia pasti akan tetap berpihak pada mas langit,aku tidak mau membuat hubungan orangtua dan anak menjadi buruk.Cukup hubunganku dengan suamiku saja." Gumam Rani dalam hati.
" Rani." Panggil Sarifah namun Rani bergeming.
" Rani!" Syarifah sedikit mengguncang pundak Rani.
" I-iya mah!" Jawab rani, wajahnya terlihat begitu terkejut.
" Kamu ngelamun nak? Ayo turun,kita masuk." Ajak Sarifah.
" Tapi mah aku..."
" Aku apa,Kamu putri mamah dan akan selamanya menjadi putri mamah.Meksipun langit adalah anak kandung mamah tapi apa yang dia lakukan tidak bisa dibenarkan.Anggap saja ini hukuman buat dia karna sudah membuat mamah malu.Orang pasti akan mempertanyakan ajaran mamah dan didikan mamah." Ucap mertua Rani dengan tatapan nanar.
Tes
Tes
Tes
Tanpa terasa air matanya menetes namun cepat-cepat diusapnya lantaran Sarifah tak mau sampai Rani melihatnya.
greeep
" Terimakasih mah." ucap Rani sembari berhambur ke pelukan ibu mertuanya.
Wanita beda usia itu saling menyembunyikan air matanya karna tak mau membuat satu sama lain merasa lemah.
Sarifah turun terlebih dahulu disusul oleh Rani.Setelah menurunkan koper-kopernya,sarifah lantas membantu Rani membawa semuanya kerumah.
Sesampainya diteras langkah Rani terhenti.
" Sayang kenapa lagi?" Tanya sarifah.
" Mah,papah." Ucap Rani dengan suara bergetar.
" Jangan hawatir nak,nanti mamah yang akan jelaskan semuanya sama papah." Sambung Sarifah
Syarifah lantas meraih tangan Rani dan menuntunnya kearah pintu.Sesampainya didepan pintu Sarifah bersiap mengetuk pintu namun baru saja mengangkat tangannya terdengar suara kenop pintu yang didorong keluar.
Cklek
" Papah." Sarifah terkejut saat melihat suaminya membuka pintu padahal dia sama sekali belum mengetuk pintu atau memberi kabar jika mereka akan pulang.
" Jangan kaget gitu mah,tadi papah denger suara deru mesin mobil tapi papah tanggung lagi solat jadi papah selesaikan solat dulu.Pas papah liat dari jendela ternyata mamah dan Rani.Ayo masuk mah,Rani sayang ayo masuk.Ini masih pagi,cuaca sangat dingin gak baik terlalu lama diluar." Arman lantas meraih pegangan koper yang dipegang Rani dan membawanya masuk kedalam rumah.
" Aku tidak boleh bertanya apapun pada Rani,dengan dia datang sepagi ini dan membawa koper-kopernya sudah pasti anakku telah berbuat salah dan membuatnya terluka.Jika istriku sampai membawanya pulang dan terlihat baik-baik saja maka sudah jelas disini siapa yang salah." Batin Arman sembari membawa koper-koper Rani masuk kedalam rumah.
Anjani masih mematung diambang pintu,antara bingung dan juga terkejut melihat raut wajah ayah mertuanya tetap tenang dan justru tidak bertanya apapun mengenai kedatangannya yang tiba-tiba dipagi buta.
Sementara dirumah Rani,Rena baru saja menyelesaikan masakannya.Setelah berkuat didapur cukup lama akhirnya semua menu sarapan sudah selesai dihidangkan dimeja makan.
" Nah udah beres sekarang giliran nunggu mamah mertua sama Kaka Raniku tersayang." Gumam Rena,namun saat mengatakan nama Rani wajahnya tampak lain.
Waktu sudah menunjukkan pukul 05.45 menit namun tak satu orangpun keluar dari kamar baik Sarifah ataupun Rani.
" Ko tumben mereka belum keluar, mustahil banget kalau mereka belum bangun.Ini sudah siang dan ka Rani pasti sebentar lagi berangkat ke kantor." Gumam Rena lirih sembari menatap pintu kamar Rani yang masih tertutup.
Cup
" Pagi sayang." Entah dari mana datangnya langit tiba-tiba langsung nyosor bibir Rena dengan secepat kilat.
" Kamu ini mas." Ucap Rena dengan wajah bersemu merah.
Aliran darahnya seperti berdesir hanya dengan kecupan singkat di bibirnya.
" Rani dan mamah mana sayang apa mereka diruang tamu? Mas masuk kamar sampai mas selesai mandi ko gak kedengaran suaranya." tanya Langit sembari menuangkan air hangat digelasnya.
" Apa! Kamu serius mas? Bukankah mamah sama ka Rani masih dikamar? Mas coba kamu cek dulu mas,kamu gak liat kali tadi mas." Ujar Rena,wajahnya mulai panik namun juga sedikit bingung.
" Ah becanda kamu ren,mana ada mas salah liat kaya kamar itu segede rumah sultan Andara saja sampai mas gak liat mamah dan Rani." Ucap langit.
"Mas aku serius." Ucap Rena.
Keduanya saling menatap dan detik berikutnya Langit lari dan masuk kedalam kamar.
Hal pertama yang dia lakukan adalah membuka lemari pakaian Rani.Matanya membulat sempurna kala ia tak menemukan sehelai bajupun milik Rani.Lemari Rani tampak kosong dan saat langit melihat ke arah meja rias Rani juga semua peralatan make up dan skincare Rani tak ada satupun diatas meja.
" Rena,rena!" Teriak langit dari dalam.
Ren yang baru saja hendak menuang air urung melakukannya,wanita hamil itu lantas meletakan lagi gelas kosongnya diatas meja.
Rena gegas menemui Langit dikamarnya.
" Ada apa si mas kenapa harus teriak?" Tanya Rena.
" Semua pakaian Rani tidak ada disini,itu artinya Rani pergi."ucap Langit dengan nafas terengah.
" Pergi kemana mas,paling kekantor." sangkal Rena yang masih belum tau arah pembicaraannya Kaka iparnya.
Detik berikutnya Rena menatap Langit yang wajahnya sudah tampak panik dan pucat.
" Mas jangan-jangan ka Rani dan mamah..."
Rena membekap mulutnya sendiri,dia tak sanggup melanjutkan ucapannya.
" Gak! Gak mungkin Rani tau Ren,atau jangan-jangan dia ada perjalanan bisnis keluar kota dan dia pergi buru-buru dan tidak sempat izin sama mas?" Pungkas Langit berusaha menenangkan dirinya sendiri, meskipun hati kecilnya mengatakan bahwa bahwa Rani sudah mengetahui kegilaannya namun egonya tetap menolak kenyataan itu.
" Mas perjalanan bisnis tidak akan membawa semua isi lemarinya mas." cicit Rena nada bicaranya sedikit meninggi karna panik.
Pasangan selingkuh itu saling diam dan larut dalam fikirannya masing-masing.
Detik berikutnya langit mengedar pandangannya dan setelah ia menemukan apa yang dicari langit lantas buru-buru pergi tanpa mengatakan apapun pada Rena.
" Mas kamu mau kemana mas?" Teriak Rena saat langit sudah menyalakan mesin mobilnya.
Namun teriakan Rena sama sekali tak di dengar oleh langit.Suami Rani justru tetap memacu kendaraannya dan melesat meninggalkan halaman rumahnya dan Rena yang masih mematung diambang pintu dengan tatapan menghunus.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."