Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cerah
Matahari tampak cerah pagi ini, begitu pula dengan semua penghuni rumah.
Kabar bahwa tuan dan nyonya muda yang sudah tidur seranjang tersebar dengan cepat,
Bahkan sopir pribadi yang berasa di rumah itu turut berbahagia.
Pram yang sudah rapi dengan setelan kerjanya keluar dari kamar.
Kemeja biru muda yang tampak segar menambah ketampanan Pram pagi ini,
Belum lagi wajah yang terlihat penuh cinta.
" Selamat pagi mas Pram," sapa Bu Yati saat Pram sudah sampai di meja makan.
" pagi Bu Yati, apa istriku sudah sarapan?" tanya Pram,
Karena Laras selama ini tidak pernah sarapan dengannya.
" kebetulan belum mas, karena mbak Laras bangun terlambat.." jawab Bu Yati dengan wajah tertunduk sopan.
Pram tersenyum mendengar itu,
" hari ini suruh dia makan lebih banyak Bu," ujar Pram,
" baik mas.. Tapi mbak Laras tadi sempat mengatakan kalau ingin menemani mas Pram sarapan.."
" oh ya?" Pram terlihat senang,
" baiklah, aku akan menunggunya.." Pram duduk dengan tenang sembari membuka HPnya.
Tidak lama terlihat Laras berjalan ke arah ruang makan.
Pagi ini seperti biasa, ibu hamil itu tampak cantik,
namun hari ini lebih manis dan ranum,
Apalagi usianya juga masih begitu belia,
sungguh tampak menggemaskan.
" Aku menunggumu ras.." ujar Pram melempar senyum pada istrinya yang sedang menggunakan daster berwarna kuning muda dengan corak bunga Lily putih itu.
Wajah Laras terlihat bersemu merah, namun perempuan itu tetap duduk disamping Pram.
Melihat pemandangan itu semua pembantu tampak takjub,
Berbulan bulan mereka bekerja dirumah ini, baru sekarang mereka bisa melihat keharmonisan tuan dan nyonya nya.
" Selamat pagi sayang sayangnya papa.." Pram mengelus perut Laras,
Laras hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu.
" boleh aku menyuapimu ras, aku ingin sekali saja menyuapimu.." tanya Pram,
Laras melirik para pembantu,
Lalu menjawab dengan suara yang lirih,
" boleh mas,"
mendengar itu Pram kembali mengulas senyum,
Pagi ini sungguh luar biasa, sungguh kebahagiaan yang tidak pernah ia sangka dan bayangkan.
Tanpa menunggu waktu Pram segera mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah di sediakan untuk Laras.
Pram menyuapi Laras dengan telaten, dan yang di suapi pun tampak patuh.
Kedua pembantu yang melihat itu tampak tidak mampu menyembunyikan rasa gembiranya,
Keduanya saling mengulas senyum sembari saling memandang.
Sementara Bu Yati, perempuan itu hanya menghela nafas lega, wajahnya tampak biasanya saja, bukan berarti ia tidak senang,
Namun di balik ke tenangan Bu Yati ada rasa senang yang tidak bisa ia gambarkan.
___
Setelah Pram berangkat, Laras duduk dengan tenang di teras depan seperti biasanya sembari memandangi bunga bunga yang serempak mekar.
" Hari ini cerah sekali.." suara Bu Yati membuyarkan pikiran Laras,
" iya Bu, cerah sekali.." jawab Laras pelan.
" apa ada yang sakit mbak?" tanya Bu Yati hati hati,
" tidak Bu, kenapa?" tanya Laras heran,
" mungkin pinggang mbak Laras sakit?"
Raut Laras berubah, sedikit bersemu merah,
" bukan maksud saya lancang, tapi setiap pagi sudah tugas saya membangunkan mbak Laras..
Jujur saya sedikit terkejut melihat mas Pram berada di tempat tidur mbak Laras,
Tapi saya sungguh senang sekali.." Bu Yati akhirnya mengulas senyum,
" sejak ikut kerumah ini, saya sungguh banyak berpikir,
Karena saya sudah di wanti wanti tentang apa yang akan terjadi pada sampean dan mas Pram,
bukan hal yang mudah bagi saya untuk tetap melayani mas Pram dan mbak Laras dengan baik tanpa menampakkan kesedihan saya..
meskipun saya tidak menikah,
Meskipun saya tidak punya anak..
tapi saya juga bisa merasakan kesedihan yang akan menimpa semua orang jika mas Pram dan mbak Laras benar benar berpisah.."
Laras diam, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyembunyikan matanya yang berkaca kaca.
" saya mengenal mas Pram sejak kecil,
Bohong kalau saya tidak tau..
Mas Pram menyimpan perasaan pada mbak Laras, jauh sebelum mas Elang.
Mungkin karena usia mbak Laras yang masih begitu muda, mbak Laras tidak bisa menangkap perasaan mas Pram dengan baik..
Tapi mas Pram tetaplah mas Pram,
Suka mengalah dan memendam perasaan..
Apapun yang dia punya sanggup dia berikan pada mas Elang,
Dalam hatinya penuh dengan kekecewaan akan perselingkuhan pak Cokro dengan ibu mas Elang,
Namun hatinya tetap tulus menyayangi mas Elang,
Ia menjaga mas Elang dengan baik..
Bertindak seakan akan dirinya tidak pernah kecewa dan sakit hati."
Laras tertunduk, memang benar, ia masih begitu muda, memang benar ia masih belum bisa membaca perasaan dan sikap orang lain kepadanya dengan baik.
Mana Laras tau kalau Pram sudah memendam perasaan Padanya,
Karena yang Pram lakukan selama ini hanya diam tanpa menjelaskan apapun.
" Jangan tinggalkan mas Pram ya mbak.." suara Bu Yati terdengar memohon,
" mas Pram mencintai sampean.." imbuh Bu Yati membuat Laras membeku dengan wajahnya yang penuh keresahan.
" pak Cokro pasti menentang..
Karena ia lebih menyayangi mas Elang,
Bagi pak Cokro senyum mas Elang lebih berharga dari pada senyum mas Pram..
Tapi ingatlah dua anak yang akan mbak Laras lahirkan..
Mereka akan sedih jika tumbuh besar tanpa ibunya..".
___
Hesti bisa melihat dengan jelas wajah Pram yang penuh semangat pagi ini.
Tentu saja Hesti kesal, karena laki laki tampan yang setiap hari ia lihat itu belum juga bisa ia miliki.
" Selamat pagi pak," sapanya pada laki laki yang usianya jauh lebih muda darinya dua tahun itu.
" pagi hes, kita keliling dulu ke pabrik sebelum meeting," ujar Pram, padahal ia baru saja duduk di kursinya.
" bukankah tidak ada rencana untuk itu hari ini pak?"
" aku ingin berkeliling sebentar melihat para pekerja dan menyapa mereka," jelas Pram.
Hesti tentu saja hanya bisa patuh,
" Kau saja yang ikut, biarkan yang lain bekerja." imbuh Pram,
" baik pak.." jawab Hesti sembari mengangguk.
Setengah jam kemudian Pram sudah berkeliling ke gedung gedung dimana para pekerja sibuk dengan pekerjaannya.
Pram menyapa beberapa ibu ibu yang sedang bekerja, bertanya tentang kondisi dan kesulitan mereka saat bekerja.
Melihat putra pemilik pabrik yang masih muda dan gagah tentu saja ibu ibu yang sedang lelah bekerja itu seperti mendapatkan angin segar.
Tak jarang dari pekerja pekerja yang masih muda memimpikan kalau kalau Pramudya bisa tertambat pada salah satu diantara mereka.
Namun melihat Hesti yang cantik dan molek, seketika harapan dari para pekerja muda itu sirna.
Hesti yang secantik itu saja tidak sanggup mengambil perhatian Pram, apalagi para pekerja kecil yang selalu memakai masker dan membungkus rambut mereka dengan topi.
Tampak wajah Hesti yang tidak ramah, terlihat jelas Hesti tidak senang Pram berada disekitar pekerja pekerja wanita itu.
Namun Pram mengabaikan hal itu, karena Hesti bekerja dengan sangat baik selama ini.
Pram merasa tidak perlu untuk mempermasalahkan pribadi Hesti, karena mencari sekertaris yang bisa bekerja dengan benar itu sulit,
Dan Pram tidak mau beradaptasi dengan orang baru lagi.
Selama Pram mengabaikan sikap Hesti yang jelas jelas berharap padanya, Pram merasa semua akan baik baik saja.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini