WARNING BUKAN UNTUK BOCIL ❤️❤️
YANG DIBAWAH UMUR
MOHON UNTUK JANGAN BACA NOVEL INI!!
KARENA INI NOVEL KHUSUS UNTUK KAUM IYA-IYA 😝
TERIMA KASIH!! SELAMAT MEMBACA!!
ANNABELLA TASYA KUSUMA pegawai di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang terletak di Jakarta ini sudah mengabdi di perusahaannya selama hampir 4 tahun.
Pekerjaannya lancar dan mengasyikan. Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dia orang yang mudah bergaul, itu yang membuat dia sangat akrab dengan rekan-rekan di devisinya, yaitu devisi keuangan.
Tapi semua itu berubah, ketenangan di usik. Dia merasa diawasi, dikekang, dan diperlakukan tidak adil oleh CEO baru di perusahaannya.
Mampukah Tasya bertahan, atau Tasya memilih untuk keluar dari perusahaan nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssyptr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 24 - DYLAN 2
YUK SEBELUM BACA PASTIKAN SUDAH
LIKE
COMMENT
VOTE
DAN JANGAN LUPA BERIKAN BINTANG l
LIMA.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
TERIMA KASIH CINTA-CINTAKU.
---------------------------------------------
Kepala sekolah itu mengangguk mengerti, memang hampir semua guru sudah tau dengan masalah keluarga Lula, ia hanya tinggal dengan kakaknya seorang dan tak memiliki saudara.
"Tunggu sebentar ya." Lula mengangguk. Sang kelapa sekolah mengetikan sesuatu di komputernya lalu menge-print-nya.
Ia mengambil selembar kertas yang keluar dari mesin printernya lalu menyerahkannya pada Lula. "Berikan ini ke ruang kesiswaan. Lalu kamu sudah bisa mendapatkan ijazahmu."
Lula tersenyum sumringah, berkali-kali ia mengucapkan terima kasih kepada sang kepala sekolah.
"Semoga dengan ini aku bisa meringankan beban kakak." gumamnya sembari tersenyum.
---------------------------------------------
"Sudah lama tidak makan bareng pada jam istirahat seperti ini ya Sya." katanya dengan senyum yang sedari tadi terpampang di wajahnya.
Tasya yang melihat senyum sahabatnya itu ikut tersenyum. "Iya, Lo aja yang ngulang. Sok-sokan gak bilang-bilang lagi kalau kecelakaan." kata Tasya kesal.
Dylan terkekeh kecil lalu mengelus sayang puncak kepala Tasya. "Gue cuma gak mau ngebebanin Lo Sya. Udah tenang aja yang penting kan gue udah sehat."
Tasya semakin kesal dengan jawaban bodoh Dylan. "Ya tapi kan Lo sahabat gue, jadi gue pasti khawatir."
"Udah-udah, kenapa jadi bahas gue sih. Gue sekarang tanya ke lo Sya. Kenapa pas gue tanya kabar Lo, Lo malah jawab 'kurang baik' ?"
Tasya menghela nafas sebentar lalu menatap mata Dylan sendu. "Lo tau kan, perusahaan bokap gue yang dipegang sama Tante Mega ?"
Dylan berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya. "Iya, tante Lo yang kayak nenek lampir itu kan ?"
Tasya mengangguk kecil. "Gue tadi pagi ditelfon pihak bank, katanya Tante gue minjem uang di Bank atas nama gue. Dan angsuran itu udah jalan 1 tahun dalam kurun waktu seminggu gue harus bayar uang itu, kalo gak rumah gue....hiks...hiks...bakal disita."
Dylan melototkan matanya kaget. "HAH?? Anjirr gila banget..." dengan cepat Dylan memeluk Tasya dengan erat.
"Cup...cup..udah jangan nangis, gue bakalan bantu. Gue ada sedikit tabungan, Lo bisa pake dulu Sya dan gue bakal nganter lu ke bank untuk minta keringanan. Emang berapa sih uang yang tante lo pinjam ?" tanya Dylan.
Tasya melepaskan pelukan Dylan dan menatapnya sendu "Du...dua..hikss...dua puluh milyar....hiks..."
"Astagaa!!! gila banget emang. Tenang Sya tenang, gue bakal lakuin apapun buat Lo!" ucap Dylan mantap.
Tasya menggeleng ditengah tangisannya. "Gue gabisa, plis Lo jangan berkorban buat gue....hiks....hiks..."
Dylan menghapus air mata Tasya. "Lo tau kan gue udah dari lama suka sama Lo! Gue bakalan lakuin apapun buat Lo. Gue cinta sama Lo Sya." katanya sambil menggenggam erat tangan Tasya.
Tasya diam mendengarkan penuturan Dylan, ia sudah tau dari lama jika lelaki yang duduk disebelahnya ini suka padanya tapi tak sekalipun ia menggubrisnya. "Gue gak pantes buat Lo. Lo berhak dapet yang lebih baik."
"Apa maksud Lo Sya, gue cuma cinta sama Lo. Gak sama wanita lain, cuma sama lu Sya." ucapnya mantap.
"Gue kotor...hiksss. Gue gak pantes banget sama Lo."
"Ha? maksud Lo apaan sih Sya, kalo Lo emang mau nolak gue. Sorry Sya, tapi apapun alasan Lo gue bakalan tetep mencintai Lo. Hati gue gak bisa dipaksain Sya."
Tasya menghapus air matanya kasar. "Gue udah gak suci, gue udah diperk*sa." ucapnya pelan.
Setelah mengatakan itu Tasya pergi meninggalkan Dylan yang masih diam mematung di Cafe tadi.
Setelah Tasya masuk dalam taksi, Dylan langsung sadar dan hendak mengejar Dylan tapi ia sudah terlambat.
"Gue gak peduli Sya, gue udah cinta sama Lo, apapun gue lakuin buat Lo." gumamnya.
---------------------------------------------
Setelah membayar makanan dan minuman yang ia pesan, Dylan berjalan menuju mobilnya untuk kembali ke kantor.
Namun saat hendak memasuki mobil, ada 3 pria berbadan kekar yang menghalangi jalannya. Dylan hendak berlalu tapi satu diantara ketiga orang itu langsung memukul tengkuk leher Dylan dengan keras sehingga membuat Dylan tak sadarkan diri.
"Cepat segera bawa laki-laki ini ke mobil."
Dengan cepat kedua orang itu membopong tubuh Dylan hingga masuk ke mobil Dylan lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Ia membawa Dylan menuju mansion yang sama dimana Tasya disekap dulu.
Dylan membuka matanya karena ada siraman air yang mengenai wajahnya. "Woy bangun!!!!"
"Eungh....." gumam Dylan.
Setelah 7 menit Dylan sudah sepenuhnya sadar dari pingsannya. "Hah?? aku dimana?? kalian siapa ? kenapa kalian menyekapku ?"
"Kita disini gak pengen lama-lama bermain sama Lo. Lo tau cewek ini kan ?" tanya satu pria berbadan kekar. Ia melempar sebuah foto tepat dihadapan Dylan.
Dylan melebarkan matanya. "Jangan kalian sentuh adik saya!!" katanya tegas.
Tiga pria berbadan kekar itu tersenyum remeh kearah Dylan. "Kita gak bakal nyentuh adik Lo, asalkan Lo jatuhin Tasya. Jika sampai Lo berani menatap apalagi berbicara padanya, Lo bakal tau sendiri akibatnya."
Dylan hanya mengangguk patuh. Meskipun sangat mencintai Tasya tapi ia tak ingin mengorbankan adiknya sendiri.
---------------------------------------------
Dylan sudah berada didalam lift perusahaannya. Ia memencet lantai devisi keuangannya untuk memberikan laporan bagian Dylan yaitu Pemasaran kepada bagian keuangan.
Saat lift terbuka Dylan berkali-kali menghela nafas lelah. Ia berjalan menuju devisi keuangan dengan langkah kaki yang terasa berat.
"Eh bang Dylan ngapain ke sini? mau nyari neng Tasya ya?" goda Vino.
"Yaiyah dong, masa mau nyari si Mela ?" sahut Bagas dengan tawa kencangnya.
"Apaan sih Gas, garing banget lo jadi orang." jawab Mela sinis.
Dylan hanya tersenyum kikuk tak berani menjawab godaan dari teman-teman Tasya itu.
"Ini Vit, laporan yang lo minta. Udah ya gue balik duluan, kerjaan gue numpuk banget." ujar Dylan seraya pergi meninggalkan ruangan itu.
Setelah Dylan meninggalkan ruangan itu, Mela berjalan mendekati Tasya laku ia berbisik. "Lo lagi berantem sama Dylan ya?" Tasya hanya menggeleng singkat lalu lanjut mengerjakan tugasnya.
Tasya yang sedari tadi mendengar perbincangan mereka dengan Dylan hanya bungkam, hatinya sakit kala melihat Dylan sangat cuek, bisanya jika Dylan datang ke devisinya laki-laki itu akan sangat senang menggoda Tasya. Tapi sekarang setelah ia tau masalah Tasya malah laki-laki itu menghindarinya.
Tak terasa air mata Tasya mengalir di pipinya. "Lo sahabat satu-satunya yang gue punya, tapi kenapa Lo jahat banget sama gue....hiks..." gumamnya.
---------------------------------------------
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN ❤️
KALO SUKA BOLEH YA SEKALIAN DI VOTE
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA INI.
DUKUNG CERITA INI DENGAN CARA VOTE+KOMEN+LIKE.