**Prolog**
Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.
Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Setelah pertemuan di balai desa, suasana terasa canggung. Rosalin berhasil membela Kilian di hadapan rakyatnya, tetapi tidak semua dari mereka sepenuhnya yakin. Kilian memilih untuk tidak banyak bicara, hanya mengangguk pada Rosalin sebelum meninggalkan balai desa.
Rosalin, di sisi lain, masih memendam kekhawatiran. Ia tahu bahwa situasi desa tidak akan berubah hanya dengan pembelaan. Ladang dan ternak harus segera pulih agar rakyat tidak terus menyalahkan Kilian.
"Aku harus memastikan segala upaya ini berhasil," gumamnya pelan.
...--- ...
Pagi berikutnya, Rosalin berjalan menuju ladang yang sudah mereka perlakukan dengan campuran sederhana yang disarankan oleh salah satu petani berpengalaman. Air kapur, abu kayu, dan larutan jeruk telah disiramkan di berbagai sudut ladang sebagai upaya pemulihan.
Sambil memeriksa setiap tanaman, Rosalin berjongkok di dekat salah satu petak rumput yang terlihat lebih subur dibandingkan lainnya. Ia mengamati daun-daun itu dengan seksama.
"Seharusnya ada tanda-tanda perbaikan di sini... Tapi kenapa beberapa tanaman ini tampak lebih buruk dari sebelumnya?"
Saat ia hendak menyentuh rumput yang terlihat lebih hijau dari biasanya, seekor kelinci kecil melompat mendekat. Rosalin tersenyum, membiarkan kelinci itu mencicipi daun-daun segar. Namun, senyum itu memudar ketika ia melihat kelinci tersebut tiba-tiba kejang-kejang.
"Apa yang terjadi?" Rosalin tertegun, melangkah mundur dengan ngeri.
Kelinci itu jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi. Rosalin mendekat, memeriksa tubuh kelinci itu. Ia menyadari ada lapisan licin di permukaan daun yang dimakan kelinci. Bau aneh menyeruak, meskipun sangat samar.
"Ada yang tidak beres di sini."
...--- ...
Rosalin membawa beberapa daun yang mencurigakan itu kembali ke rumah warga tempat ia menginap. Ia menyiapkan air panas, menuangkan sedikit abu kayu, dan mencelupkan daun tersebut ke dalam larutan itu. Tidak lama kemudian, cairan berubah menjadi hijau tua.
"Ini bukan hal yang alami... Ada campuran kimia yang sengaja dimasukkan ke sini," gumamnya, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Ia memutuskan untuk memberi tahu Kilian.
...--- ...
Di ruang utama, Kilian sedang berbicara dengan salah satu pengawal. Rosalin masuk tergesa-gesa.
"Kilian, kita punya masalah besar," katanya, menunjukkan daun yang telah berubah warna. "Tanaman ini diracuni."
Kilian mengerutkan alis. "Diracuni? Apa maksudmu?"
"Aku memeriksa tanaman di ladang tadi pagi. Beberapa dari mereka terlihat lebih hijau daripada biasanya, tetapi setelah seekor kelinci memakan daun itu, ia langsung mati. Aku mencoba menguji daun-daun ini, dan ada zat asing yang tidak seharusnya ada di sana."
Kilian menatap daun itu dengan wajah gelap. "Seseorang ingin menghancurkan desa ini... Tapi siapa? Dan untuk apa?"
Rosalin mengangguk. "Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, orang itu tahu persis bagaimana merusak tanaman dan hewan. Kita harus bertindak cepat sebelum lebih banyak yang diracuni."
...--- ...
Sore itu, Rosalin dan Kilian kembali ke ladang, membawa beberapa warga yang setia pada mereka. Mereka mulai mencari jejak atau tanda-tanda aktivitas mencurigakan.
Di salah satu sudut ladang yang agak tersembunyi, mereka menemukan sebuah wadah kecil yang tertutup kain lusuh. Kilian mengambilnya dengan hati-hati, membuka tutupnya. Bau tajam langsung menyengat.
"Ini... cairan beracun," ucapnya sambil menatap Rosalin.
Salah satu petani berseru, "Aku melihat seorang pria asing di dekat sini beberapa malam yang lalu, tapi aku pikir dia hanya lewat."
Rosalin memandang Kilian dengan cemas. "Tapi kenapa dia malah meninggalkan jejak, seharusnya jika dia ingin berbuat buruk kepada kita, setidaknya dia harus membersihkan jejaknya, Kita harus mencari tahu siapa orang itu. Jika kita bisa menangkap pelakunya, kita mungkin bisa menyelamatkan desa sebelum semuanya terlambat."
Kilian mengangguk, matanya menyala dengan tekad. "Aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan desa ini. Mereka harus membayar untuk apa yang telah mereka lakukan."
...--- ...
Malam telah turun, membawa kabut tipis yang melapisi ladang. Di balik bayangan pepohonan, seorang pria berdiri dengan jubah gelap, menyatu dengan kegelapan malam. Wajahnya tersembunyi di balik tudung, hanya matanya yang tampak, memandangi aktivitas di kejauhan.
Kilian, Rosalin, dan warga desa bekerja keras di ladang meskipun cahaya rembulan hanya remang-remang. Mereka tampak fokus, memeriksa tanaman dan berbicara satu sama lain, seolah mengatur strategi.
"Hmph... Mereka lebih cerdas daripada yang kukira," gumam pria itu, suaranya rendah dan dingin.
Ia memperhatikan Rosalin dengan saksama. Perempuan itu berbicara kepada Kilian dengan gestur tegas, menunjuk sesuatu pada ladang yang sebelumnya terlihat subur, lalu memperlihatkan daun yang telah berubah warna.
"Perempuan itu… Dari mana dia tahu cara menangani ini?"
Pria itu mengepalkan tangan. Dalam pikirannya, rencana yang dirancang untuk menjatuhkan Kilian seharusnya sudah berhasil. Racun yang ia sebarkan diam-diam ke ladang dan sumber air ternak seharusnya memusnahkan semua panen dan ternak mereka, memaksa rakyat desa untuk berbalik melawan pemimpin mereka. Tapi nyatanya, malah sebaliknya.
"Kilian seharusnya kehilangan kepercayaan rakyat. Tapi dia justru bekerja bersama mereka… Bahkan rakyat mulai kembali berpihak padanya. Ini tidak boleh dibiarkan."
...--- ...
Ia melangkah mundur ke dalam bayangan, jubahnya berkibar ringan tertiup angin malam. Di tangannya, tergenggam sebuah liontin kecil yang tergantung di rantai tipis berwarna perak. Pria itu mengusap liontin itu dengan ibu jarinya, seolah itu adalah jimat keberuntungan.
Liontin itu terbuka sedikit, memperlihatkan ukiran huruf-huruf kecil yang berbentuk simbol kerajaan. Simbol yang hanya dikenakan oleh orang-orang yang melayani keluarga kerajaan secara langsung.
"mereka pasti tidak akan senang jika mendengar ini," katanya pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. "Tapi mungkin ini adalah ujian untuk menunjukkan siapa sebenarnya lawannya."
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku harus melaporkan ini… dan mungkin, kita perlu pendekatan yang lebih drastis untuk menghancurkan mereka."
...--- ...
Sebelum pergi, pria itu mengamati lagi aktivitas di ladang. Ia melihat Rosalin yang sesekali tersenyum pada para petani yang terlihat lelah, memberikan semangat kepada mereka. Kilian berdiri di sisi lain, berbicara dengan beberapa warga. Meskipun sikapnya tegas, ada ketulusan dalam cara dia memimpin.
"Jika perempuan itu terus berada di sisinya, Kilian akan semakin sulit dijatuhkan."
Ia menyipitkan mata, lalu berbalik dan berjalan perlahan ke dalam hutan. Langkahnya tidak menimbulkan suara di tanah yang lembab. Ketika ia menghilang ke dalam gelap, hanya suara bisikannya yang tertinggal di udara:
"Sepertinya waktunya tiba untuk menyerang sesuatu yang lebih dari sekadar ladang."
bayangan itu pergi dengan santai, dan tanpa ada satu orang pun yang menyadari keberadaannya
...***...
thank you for reading this story, i love you guys❤️
Like komen dan vote
semoga ceritanya sering update