Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Aku menggeliat merasakan badanku seperti tertindih oleh benda berat. Aku mengerjap mengingat apa yang semalam telah terjadi, ketika tersadar aku menoleh kesamping dan mendapati Ethan masih tertidur dengan pulas. Kemudian aku menyikap selimut yang membungkus kami, dan menemukan tangan laki laki ini tengah memeluk pinggangku dengan posisi menyamping. Aku menyingkirkan lengannya kemudian beralih melihat jam yang telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Buru buru aku menuntaskan kegiatan mandiku agar sampai dikantor lebih dahulu daripada lelaki ini. Aku takut para karyawan disana mengira jika aku memiliki hubungan gelap dengan bos tampannya ini.
Setelah berbenah, aku mulai memilih baju yang ada dilemari, namun tak satupun ada pakaian formal. Hanya ada gaun dan dress, lalu pakai apa aku ke kantor kalau begini caranya. Aku menghela nafas kesal, mengapa sekarang semuanya begitu rumit sih.
"Sweet cake kenapa sudah bangun?" aku menoleh padanya.
"Kenapa hanya ada gaun dan dress aja? Kemana pakaian kerjaku?" tanyaku padanya. Kemudian ia berdiri dan ikut denganku melihat lihat isi lemari. ia menggaruk pelipis bingung, ketika ia menoleh padaku kuhadiahi dirinya dengan tatapan tajam.
"Kalau begitu tidak usah bekerja hari ini"
"Mana bisa, aku sudah terlampau absen banyak" jawabku bersungut sungut.
"Kalau begitu kamu pakai yang ini saja" kemudian ia mengambil satu dress warna hitam selutut tanpa lengan.
"kamu yakin menyuruhku memakai ini?" ia mengangguk bersemangat.
"Ini kan tanpa lengan, mana sopan. Apa tidak ada blazer?" ia menggeleng.
"Sepertinya aku memiliki blazer dengan ukuran kecil" lalu ia beralih pada walk in closet disebelah lemariku. Ternyata ini juga kamar dia kah?
"Tunggu, kenapa bajumu ada disini juga?"
"Ini kan memang kamar kita sweet cake" lalu aku terdiam dan memperhatikannya yang sedang sibuk mencari keberadaan blazer tersebut.
"Ketemu!! Ini coba kamu pakai" serunya padaku. Kemudian aku mencoba memakainya, ternyata ini begitu pas membalut tubuhku.
TUNGGU.
Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan, kemudian aku melihat tubuhku dan betapa malunya aku ketika tersadar ternyata badanku hanya berbalut handuk saja. Kemudian aku berlari kearah kamar mandi dan segera memakai setelan yang telah dipilihkan olehnya.
"Ganti disini juga tidak apa sweet cake" sahutnya sambil mengerling jahil.
Setelah tuntas berganti dan berdandan, aku mulai memilih tas yang ada di walk in closet tadi, ternyata Ethan telah menyiapkan ini semua untukku termasuk sepatu, heels, dan make up. Pandanganku jatuh kepada Hand Bag warna merah berukuran sedang yang berlogo brand tersohor diberbagai dunia. Tinggal memakai sepatu saja kemudian aku siap untuk berangkat ke kantor. Lihat sekarang yang ada dihadapan cermin ini, seperti bukan diriku. Karena menurutku ini dandanan yang glamour untuk ukuran bekerja. Tapi apa boleh buat, Ethan mungkin lupa menyelipkan pakaian kantorku.
Kemudian aku melenggang pergi kebawah untuk sarapan dengan Keeynan.
"Sweet cake, kamu belum memilihkan dasi ini untukku" Kemudian aku menyambar dasi berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja warna merah maroon.
"Tinggal ambil sendiri saja masa tidak bisa" sinisku.
Setelah diruang makan, kami telah mendapati Ethan tengah makan dengan disuapi oleh pelayan.
"Keey, kan sudah bunda bilang makan sendiri. Katanya kamu sudah besar" ia yang kupelototi hanya menghela nafas lesu kemudian menyambar sendok yang dipegang oleh pelayan tersebut.
"Sweet cake biarkan saja" cup, aku terkesiap dengan perlakuan Ethan terhadapku terutama didepanku saat ini ada Keeynan.
"Keey mulai sekarang panggil om dengan sebutan Ayah ya sayang" aku melotot kearahnya.
"Apa kau memang Ayahku? Kata bunda, ayahku sudah lama diatas sana" aku tertohok mendengar pernyataannya. Ethan melirik ku tajam, namun segera ku lengos karena aku mendadak merasakan pengap disekitar dadaku.
"Keey sudah telat, diantar pak sopir saja ya. Bunda juga sudah telat" alihku. Ia mengangguk kemudian turun dari kursi dan bersiap akan berangkat sekolah. Setelah kepergian Ethan, aku melanjutkan makanku yang tertunda akibat obrolan kami tadi.
"Mengapa kamu bilang padanya jika aku sudah mati?" ia menatapku dingin, aku yang ditatap sedari tadi tak begitu menggubrisnya.
"Lalu aku harus bilang seperti apa padanya? Ayahnya selingkuh? Atau, Ayahnya pergi dengan wanita lain?" lalu ia terdiam membisu mendengar pernyataannya.
"Lalu jika aku berselingkuh bagaimana dengan kamu?" sontak aku menoleh kearahnya dengan tersenyum sinis.
"Aku? Oh jelas aku berselingkuh dan Ethan bukan anakmu" sahutku tak mau kalah.
"ANESSA! JAGA BICARAMU" aku terlonjak kaget mendengar nada tinggi darinya.
"Sudah kita berangkat saja"
"Kamu duluan saja, aku naik taksi online" lalu ia melotot kearahku dengan sangar.
"Tidak ada bantahan pagi ini!" ujarnya dengan dingin. Mau tidak mau aku mengikutinya daripada nanti berbuntut semakin panjang.
...****************...
Setibanya kami diparkiran gedung kantor, aku tidak berani untuk turun. Entah mengapa parkiran hari ini cukup ramai untuk ukuran manusia telat seperti kami. Atau jangan-jangan mereka juga terlambat kah??
"Mengapa diam saja?"
"Aku malu jika harus turun denganmu, apa kata orang orang nanti" ia menatapku dan tersenyum miring. Lalu ia keluar dan membuka paksa pintu penumpang disampingku.
"Ayo" seretnya
"Ethan!!" seruku dengan suara mengecil.
Coba tebak bagaimana orang orang diparkiran ini menatapku sekarang? Iya betul, mereka juga kaget melihat aku turun dari mobil Ethan. Terlebih aku menyadari jika Ethan masih menggenggam tanganku. Aku mencoba melepas paksa genggaman tangannya, namun ia semakin mempererat genggaman tersebut pada jemariku. Kemudian ia menyeretku untuk masuk.
Aku berjalan menunduk, pasalnya saat ini semua orang tengah menatap kami dengan pandangan curiga. Ethan yang ditatap seperti itu hanya bisa tersenyum lebar sembari menyapa para pegawainya. Terutama saat mataku berpapasan dengan resepsionis yang bernama Liona itu, ia menatapku begitu sinis. Ethan terus melangkahkan kakinya dengan menyeretku ke ruangan Ratna.
Sesampainya didepan ruangan tersebut, Ethan membuka pintu dengan pelan. Ratna yang memang sudah berada dikantor dari pagi kaget melihat kedatangan kami. Terutama saat ini aku diantarnya sampai ruangan.
"Kalian ini apa apaan?" aku hanya terdiam membisu, sudah tidak sanggup menanggapi pertanyaan Ratna. Aku sudah membayangkan bagaimana reaksinya ketika ia tahu jika kami semalam tidur bersama. Aku semakin menenggelamkan wajahku malu jika mengingat kejadian semalam, begitu beringasnya kami berdua.
"Titip isteri saya" sahutnya datar lalu melenggang pergi meninggalkan kami. Sepeninggal laki laki itu aku mulai berani menampakkan wajahku didepan Ratna. Sambil tersenyum tidak enak aku menunjukkan kedua jemariku membentuk tanda peace.
"Lo balikan ya?" aku bingung menanggapi pertanyaan Ratna tersebut, tidak mungkin jika aku berterus terang kepadanya. Aku takut jika ia akan mengamuk kepadaku.
"Enggak tuh" sahutku salah tingkah.
"Terus apa itu tadi? lo di gandeng Ness sampe sini. Bisa bayangin ga lo sericuh apa sekarang diluar sana?" tanpa Ratna bertanya pun aku sudah tahu, hiks.
"Terus gimana dong, gue malu banget Rat. Dari keluar mobil dia sudah begitu" kemudian aku menutup mulutku merasa keceplosan.
"LO BERANGKAT BARENG?" aku mengangguk malu.
"Ya gimana" sahutku sembari menggaruk pelipis
"Gue ga ikutan ya kalau lo jadi bahan gosip"
"Terus gimana, udah kepalang tanggung" kemudian ia menoyor kepalaku dengan kesal.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/