Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XVII Jebakan
Calvin berlari keluar diikuti oleh Kenzo untuk melihat apa yang ada diatas atap, Kenzo memeriksa air darah yang jatuh lalu mencium baunya.
" ini hanya cairan berwarna merah, bukan darah." kata Kenzo, Calvin mengepalkan tinju, siapa yang berani bermain-main dengan membuat permainan seperti ini dan mereka dengan bermain tebak-tebakan bersama penulis itu.
" Sial." kata Calvin kesal.
" Kita harus menenangkan mereka." kata Kenzo karena didalam banyak yang masih menjerit karena terkejut.
Calvin berteriak menenangkan semua orang dan mengatakan bahwa itu hanya cairan berwarna merah bukan darah, tidak ada apapun dan tidak perlu merasa ketakutan karena disini ada dokter dan polisi jadi tidak perlu khawatir kata Calvin, mereka perlahan tenang dan keluar cafe satu persatu.
Louis menatap Calvin curiga lalu mendekati pria itu, " Aku dokter mayat bukan dokter hidup." bisik Louis ditelinga Calvin.
" Yang penting gelarmu dokter, bisa atau tidak mengobati itu tidak penting, sekarang harus menenangkan orang disini." jawab Calvin tersenyum bangga, Louis ingin sekali memukul wajah Calvin karena kesal, jika ada seseorang yang meminta pertolongan bukankah akan membuat masalah. Baru setelah ia berfikir seperti itu seseorang tiba-tiba berteriak.
" Dokter, disini ada yang asma." teriak wanita itu.
" Hah?" kata Louis dan Calvin spontan, mereka berdua saling menoleh. Louis menyenggol bahu Calvin dengan keras lalu berlari pada orang yang meminta tolong.
Keadaan sudah terkendali, Han dan Kenzo mencari kepala toko untuk bertanya, mereka menemui Managernya, manager adalah wanita muda yang masih muda dan terlihat sopan.
" Maaf, boleh kami bertanya?" kata Kenzo, wanita itu tersenyum pada Kenzo, lalu mengangguk.
" Apa anda mendengar sesuatu atau melihat seseorang sehari sebelumnya, atau kejanggalan yang terjadi."
" Kemari aku pulang malam, aku memang mendengar suara diatas genteng, tetapi aku fikir itu hanya orang yang iseng, karena itu bukan pertama kalinya karena memang kadang ada anak-anak nakal melempar jadi aku tidak menghiraukannya." Jawab wanita itu.
" Kalaupun itu direncanakan bagaimana ia bisa menebak bahwa kita akan kesini, mempersiapkan semua ini?" kata Han, Kenzo juga berfikir hak yang sama.
" Aku melihat ada tangki diatas yang menjadi penyebab hujan cairan merah ini." kata Kenzo.
" Itu adalah tangki kosong sudah lama tidak digunakan karena rusak, aku tidak tau bahwa seseorang telah menggunakannya untuk berbuat jahil seperti ini, aku tidak membuangnya karena terlihat bagus dan menghargai hiasan lama." ia terdengar menyesal dan sedih, Kenzo mengerti bahwa tempat ini memang terlihat indah karena desain tempat yang masih terlihat asri dan terkesan untuk bernostalgia.
" Kalau begitu terima kasih informasinya."
" Kalau begitu boleh aku meminta kontakmu, jika aku melihat sesuatu aku akan menghubungimu." kata Wanita itu lagi, Kenzo menatap wanita itu lalu mengeluarkan ponselnya, Wanita itu menyerahkan ponselnya pada Kenzo dan Kenzo memberikan kontaknya pada Wanita itu.
" Terima kasih." kata Wanita itu saat Kenzo menyerahkan ponselnya.
" Aku Ayrum." ia langsung mencoba menghubungi Kenzo, setelah yakin bahwa ponsel Kenzo berdering ia tersenyum.
" Kenzo." kata Kenzo lalu pergi, Adriana melihat mereka dari awal hingga akhir, ia tidak tau kenapa perasaannya merasa tidak enak dan seperti ingin menerkam wanita itu tetapi ia tidak berdaya dan hanya diam disana menonton seolah tidak mengetahui apapun.
" Apa kau cemburu?" batin Adriana, tetapi ia memang merasa sangat kecewa melihat mereka mengobrol dan bertukar nomor kontak.
Han dan Kenzo pergi dari sana, Han langsung merebut ponsel miliknya ditangan Kenzo, Kenzo tersenyum nakal.
" Kenapa memberikan nomor kontakku?" kata Han kesal, ia awalnya terkejut saat Kenzo mengeluarkan ponsel miliknya dan memberikan nomornya pada wanita itu, tetapi ia tetap tidak mengatakan apapun karena tidak ingin mempermalukan wanita itu.
" Aku terpaksa." jawab Kenzo.
" Kau..." Han menunjuk Kenzo, pria itu tertawa kecil. Saat mereka masih membaca web untuk menganalisis tempat yang diceritakan Han memang memberikan ponselnya pada Kenzo untuk dilihat, dan kejadian itu begitu cepat hingga ia tidak sadar ponselnya tidak ada padanya, pantas saja saat wanita itu meminta nomor ia mengeluarkan ponsel, memangnya ada orang yang masih tidak hafal nomor kontaknya sendiri apalagi Kenzo memiliki ingatan yang tajam.
Louis kewalahan mengurusi orang yang terkena asma, dia ingin sekali memukul kepala Calvin saat ini juga karena menjebaknya seperti ini, dan wanita yang terkena asma tidak membawa obatnya membuat Louis kerepotan.
" Tarik nafas panjang, tetap tenang..." Kata Louis membimbing wanita penderita asma itu, ia membantu wanita itu untuk duduk tegak, membimbing sampai medis datang tak lama setelah itu.
Setelah semua kekacauan selesai, tidak ada korban tetapi tidak bisa membuat orang melupakan apa yang terjadi hari ini, Kenzo meminta Khayra pulang diantar oleh Zavino saat kekacauan itu terjadi, kejadian hari ini sungguh tidak terduga, tempat ini kini telah sepi, hanya mereka berlima disana untuk beristirahat, mereka berlima duduk dimeja dengan lelah. Berbagai pemikiran datang, Kenzo menyerahkan sebuah surat kecil yang ia kepal.
" Seorang anak kecil memberikannya padaku saat kekacauan terjadi." kata Kenzo, mereka melihat surat itu, tidak bisa menyembunyikan wajah terkejut mereka.
" Apa yang terjadi, apa kau mengenal orang ini?" tanya Calvin tidak percaya bahwa jelas penjahat ini membenci Kenzo, untuk alasan apa ia tidak mengerti. Kenzo menggelengkan kepalanya, ia juga tidak mengerti kenapa penjahat itu menargetkannya.
" Apa maksud perkataannya, seolah ia sangat mengenalku, siapa dia? Apa motifnya? Apakah dia juga yang membunuh Kenzo? Kenapa dia menyiapkan permainan anak-anak seperti ini?" Kenzo memijit pelipisnya yang terasa sakit memikirkan semua dugaan yang ia juga tidak mengerti.
Calvin, Han, Adriana dan Louis lebih tidak mengerti keterkaitannya, Jika Kenzo bahkan tidak bisa menebak orang ini, mereka menjadi sakit kepala memikirkannya. Terlalu banyak orang yang terlibat dan menjadi korban, apa maksud dari perbuatan DIA?.
" Apa kau memiliki musuh?" tanya Han, Kenzo menggelengkan kepala, dia merasa tidak pernah membuat musuh apalagi dia baru dikota ini, dimasa lalu dia masih anak sekolah.
" Aku rasa pembunuh dan pengiriman permainan hari ini dilakukan oleh orang yang berbeda." kata Louis tiba-tiba, Mereka semua menatap Louis, Ingin mendengar lebih jelas pendapatnya.
" Pembunuh itu jelas berdarah dingin, ia membunuh untuk kepuasan dan permainannya, kalian semua sudah melihat korbannya, sedangkan permainan ini seperti ingin menarik perhatianmu, seperti seseorang yang menginginkan kasih sayang agar diperhatikan ia menjadi nakal, lambang bisa ditiru siapapun." jelas Louis.
" Menginginkan perhatian atau untuk mengecoh kita?" kata Han.
" Aku tidak tau." jawab Louis, mereka menghela nafas lelah, Adriana sedari tadi diam tidak mengatakan apapun tidak seperti biasanya. Kenzo menatap Adriana yang diam membisu dan hanya mendengar.
" Apa kau punya pemikiran lain?" tanya Kenzo pada Adriana, karena ia masih diam seperti melamun Kenzo menyentuh bahunya, Adriana terperanjat terkejut saat disentuh bahunya oleh Kenzo.
" Kau sedang memikirkan apa?" kata Calvin melihat Adriana terkejut.
" Aku sedang memikirkan sesuatu, saat kekacauan terjadi aku melihat seseorang berdiri menonton kita, ia berdiri diseberang jalan menutup wajah menggunakan topi." kata Adriana.
" Ayo." kata Kenzo.
" Kemana?" tanya Han, Calvin, Louis dan Adriana serempak.
" Memeriksa cctv disana." jawab Kenzo.
" Oh." jawab mereka serempak lalu berdiri keluar dari tempat itu setelah berpamitan pada Ayrum, Adriana kesal melihat sikapnya jelas sedang ingin menggoda Kenzo.
" Kenapa kau kesal?" tanya Han pada Adriana, Han sangat mengenal Adriana, ia bisa melihat ekspresi kesal Adriana walaupun gadis itu berusaha menyembunyikannya.
" Tidak." kata Adriana cuek.
" Tenang saja, Kenzo tidak memberikan kontaknya pada Ayrum, itu nomorku." kata Han pelan yang hanya bisa didengar mereka berdua, saat Ia dan Kenzo berbicara dengan Ayrum, Han menang menyadari Adriana yang melihat padanya ia tentu bisa menebak pemikiran Adriana. Adriana terkejut menatap Han.
" Aku bisa melihatnya, siapa yang tidak bisa melihat kau sedang menyukainya, karena setiap hari kau mencarinya, tatapanmu padanya membuatku merinding." jawab Han seolah menjawab semua pertanyaan Adriana yang tidak bisa terucapkan. Adriana menahan senyum lalu berjalan mengikuti Han yang mendahului Adriana mengejar Kenzo yang berjalan didepan, Adriana mengejar karena mereka jalan paling belakang.