Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27.Menikmati Suasana Pagi Hari.
"Nona Devisa. Putri dari penjaga perbatasan kerajaan Magthur. Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken dan Marchioness Vastielian Alacane Zaken." Sahut Leader yang mengetahui siapa latar belakang wanita itu.
"Anda,mengenalinya,Tuan Leader?" Bengong Aya menatap ke arah Leader dengan penuh keheranan.
Kenapa Leader tidak bicara sedari tadi,padahal Dia mengetahui siapa yang mereka ikuti. Aya, terbengong dengan mulut menganga lebar, bagaimana tidak? Jika sedari awal Leader mengatakan siapa wanita itu pasti mereka tidak akan mengikutinya sejauh ini.
"Saya, hanya memastikan bahwa wanita yang saya lihat itu benar putri dari penjaga perbatasan atau tidak. Karena wajahnya sedikit mirip dengan Ayahnya, tapi tidak yakin sebelum kita mengikutinya hingga ke kediaman ini." Seru Leader yang seakan mengetahui isi pikiran dari pelayan Tuan Putrinya.
Aya, manggut-manggut. Membalikkan tubuhnya dan mengikuti langkah kaki Leader untuk segera kembali ke tempat dimana Rain dan Raeba berada.
•••
Rain, membuka rantai yang mengikat kedua kaki remaja yang kini menatapnya dengan tajam, mungkin mereka berpikir bahwa Rain adalah teman dari orang-orang yang sudah menculik dan menyekap mereka di dalam Gua yang gelap dan lembab tersebut.
"Setelah kalian terlepas, ikutlah denganku! Setelah pelakunya tertangkap kalian akan di bebaskan,tapi harus mengikuti aturan untuk ikut sebagai saksi di hadapan Baginda Raja Esterick!" Tuturnya datar dan dingin.
Kedua remaja laki-laki itu,tidak benar-benar percaya dengan ucapan Rain sebelum mereka berhasil keluar dari tempat tersebut.
Raeba, keluar dari persembunyiannya saat pria yang kemarin di lihatnya hendak memukul tengkuk Rain dengan balok kayu.
Buk!
Satu tendangan mendarat di tulang rusuk pria tersebut. Raeba, mengikat kedua tangan dan pria paruh baya tersebut dengan tali yang di bawa dari kediaman.
"Akhirnya, satu-persatu dari kalian berhasil di tangkap!" Desis Raeba dengan suara datar penuh kegeraman.
"SIAPA KALIAN? BERANI SEKALI KALIAN MENJEBAKKU!" Marahnya, memberontak dengan kaki yang masih bebas berkeliaran.
Meskipun tulang rusuknya kini terasa begitu panas dan sakit, Dia tetap bersikukuh untuk segera berdiri dan melawan, Raeba.
"Kau ,mau tau siapa aku? Aku gadis berbakat dari Kota seberang, mungkin kau gau siapa aku." Balas Raeba tersenyum menyeringai. Satu tendangan kembali di layangkan pada pria tersebut, hingga mengenai tang keringnya. Meski tidak patah, setidaknya pria itu tidak bisa lagi memberontak saat mereka bawa nanti.
"Sudah selesai? Kita ke pusat kota!" Tegas Rain, membantu kedua remaja itu untuk melangkah, keluar dari dalam Gua.
Sedangkan Raeba, mendorong tubuh pria paruh baya itu untuk ikut keluar dari sana. Tepat saat mereka berada di bibir Gua Aya, dan Leader,pun sampai di sana. Mereka mengambil alih pelaku dan dua orang remaja laki-laki itu dari tangan Rain dan Raeba.
•••
Tepat di waktu dini hari. Leader, Aya,Rain dan Raeba, sampai di markas besar Zagra Narous. Mereka menitipkan pelaku dan korban di markas Zagra, karena kasus ini cukup panjang dan bukti belum sepenuhnya terkumpul. Mungkin mereka akan memindahkan ke istana kerajaan Magthur, setelah pelaku utamanya tertangkap.
"Kita kembali!" Datar Rain yang kini sudah kembali naik ke atas punggung kudanya.
"Berhati-hatilah di perjalanan,Tuan,Nona." Ucap Zagra Narous, melihat kepergian keempat sosok berpakaian serba hitam itu yang kini sudah membelah pekatnya malam, saat dini hari.
Zagra Narous, kembali masuk ke dalam markas setelah rombongan Rain tidak lagi terlihat. Matanya yang tadinya sangat mengantuk kini telah segar kembali.
"Siver. Malam nanti adalah tugas kita untuk mengintai kediaman keluarga Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken!" Ucapnya pada Siver yang ikut berjalan di belakangnya.
"Baik tuan muda,Zagra." Sahutnya dengan nada rendah.
Mereka tidak langsung pergi menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Tetapi,berjalan ke ruang kerja untuk merekap beberapa kasus dan surat yang akan di kirimkan kepada Viscount Geragna Narous. Ayahnya, Zagra Narous.
Sedangkan di Sebuah kedai makan, tepatnya di ruangan bawah tanah. Cintea Maglio, memasukkan serbuk racun yang di dapatnya ke dalam botol kaca untuk di berikan kepada,Raeba.
Besok pagi sebelum matahari terbit ia akan melakukan perjalanan menuju ke kediaman, Raeba, untuk mengantarkan racun itu dan meneliti lebih lanjut bersama ahlinya.
"Non,pakah Anda tidak mengantuk? Sebaiknya Nona Cintea beristirahat terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan yang cukup jauh,kita akan memerlukan tenaga untuk perjalanan hari esok." Perhatian Galena kepada Cintea Maglio yang masih bekerja hingga waktu dini hari.
"Sebentar lagi aku akan beristirahat,Galena. Apakah Bibi Jema sudah bangun?" Cintea mengalihkan pandangannya pada Galena yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya.
Galena, meletakkan secawan air hangat di meja, tepat di depan Cintea yang masih sibuk dengan beberapa botol sample racun yang akan di bawa saat pagi nanti.
"Sudah, Nona Cintea. Bibi Jema kini tengah berada di kedai,memasak seperti biasanya." Balas Galena dengan sopan.
Gadis itu ikut duduk di samping junjungannya, yang kini beralih ke secawan air hangat. "Terima kasih." Ucapnya setelah menghabiskan air tersebut.
"Sama-sama, Nona."
Mereka berbicara sebentar. Sampai waktunya Cintea,di serang rasa kantuknya,dan pergi ke kamarnya untuk segera beristirahat.
•••
Raeba,bangun lebih awal dari biasanya. Ia,berjalan menaiki tangga lantai dua dimana letak ruangan khusus,ia,meracik dan membuat obat penawar racun. Ruangan yang terbilang cukup luas,penuh dengan lemari dan rak di sekelilingnya, botol-botol kaca berukuran kecil berjejer rapi di rak dengan jenis yang berbeda.
Selama berada di kediaman ini, Raeba, meracik banyak obat-obatan,dan juga meneliti berbagai jenis racun yang di temukannya. Ia, mendekati meja bundar yang dimana ada sebotol obat penawar yang selama beberapa bulan ini di olahnya.
Dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya, mengangkat botol tersebut dan membawanya ke arah balkon.
"Semoga kerja kerasku tidak sia-sia. Ini penawar racun yang jauh lebih baik dari pada yang aku gunakan tempo lalu saat mendapatkan serangan. Semoga kau bisa pulih setelah mengkonsumsi obat penawar yang aku racik." Gumamnya, menatap ke arah matahari terbit dengan Kilauan emasnya.
Ada rasa bangga dalam dirinya terhadap sang Ayah. Karena Ayahnya,ia,juga bisa memiliki sedikit Ilmu tentang kesehatan dan pengobatan.
"Ayah? Apa kalian baik-baik saja di kediaman? Sepertinya aku harus menemui mereka untuk sekedar memberikan pelukan hangat, setelah kepergian kakak Ruyika." Lirihnya, duduk di bangku yang di sediakan di balkon, sambil menikmati waktu pagi.
Dari,atas sini Raeba bisa melihat ke arah bawah sana dimana Khairu yang sudah berdiri di dekat gerbang masuk. Sedangkan Neil sibuk membersihkan bunga yang layu dan menyirami tanaman-tanaman bunga milik Raeba.
Cukup lama menikmati pagi hari, hingga suara deritan pintu mengalihkan atensi Raeba pada seorang pemuda bertopeng yang memakai pakaian ala zaman dahulu.
"Apa yang kau lakukan,disini?" suara bariton berat dan rendah itu membuatnya merasa nyaman.
Raeba, tersenyum tipis menatap ke arah sumber suara. Menyimpan botol yang tadi di dalam genggaman tangannya dan berdiri menyambut kedatangan,Rain.
"Selamat pagi, pangeran kedua. Seperti biasa, menikmati pemandangan yang sejuk,di temani oleh Kilauan cahaya matahari terbit." Jawabnya,menarik tangan Rain untuk ikut duduk bersama, menikmati suasana yang mulai menghangat.
"Apa Kamu tidak lelah? Bangun lebih awal dan sudah berada di ruangan kerja?" Rain, mengalihkan pandangannya pada khairu dan Neil yang memiliki kesibukan tersendiri sesuai tugas mereka.
"Tidak. Sudah biasa seperti ini,menjadi sebuah kebiasaan untukku." Balasnya dengan suara kecil. ikut menatap ke bawah sana yang kini hanya terlihat Khoru saja.
"Apa mereka baik-baik saja selama menjadi bawahanmu? Maksudku mereka tidak menyusahkan,mu ?" Ucap Rain berkata lebih hati-hati seakan takut berkata yang bisa menyinggung perasaan,Raeba.
"Hem. Mereka aman, tanpa ada yang mengeluh padaku. Tapi tidak tau jika berada di belakangku apakah mereka menyesal atau bersyukur." Sahut Raeba menyandarkan kepalanya pada sandaran bangku. Matanya terpejam saat matahari pagi membuat matanya terasa silau.
Rain, tidak lagi bersuara. Dia,juga ikut melakukan apa yang di lakukan oleh Raeba. Keduanya seperti pasangan yang begitu romantis,berdua menikmati fajar yang mulai menyingsing naik.
Puas bersantai, Raeba,m ngajak Rain ke Labor miliknya. Mereka melakukan penelitian berdua. Seakan tidak ingin usai waktu kebersamaan keduanya hingga,Aya,datang untuk m manggil mereka, sarapan pagi.
"Tuan Rain,Nona Raeba? Silahkan turun, sarapan pagi sudah selesai." Ucap,Aya,tanpa mengangkat kepalanya menatap ke arah Rain dan Raeba.
"Hem." Jawab keduanya dengan serentak.
Mereka segera pergi untuk menuju lantai satu, setelah keduanya berjalan lebih dulu, barulah Aya ikut m nyusul langkah mereka.