Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sukacita dan Dukacita
Semua keluarga Andes dan Makalew sangat sibuk, tidak terasa bulan Novemberpun telah tiba, bulan untuk Sadralh dan Pris.
"Pak Tom, sudah beres semuanya? seluruh keluarga besar kita sudah diundang? Yang di luar negeri juga?" ucap Oma Hada.
"Sudah semuanya Nyonya."
"Rekan bisnis ?"
"Semuanya sudah, tidak terlewatkan satupun."
"Aku begitu senang, cucuku yang bontot ini akan menikah, dia mengalahkan Nathan dan Absalom." sambil tertawa lepas.
"Maksud Oma, kami yang tua ini, kalah dari yang muda." ucap Absalom yang membuat Oma Hada Kaget. Lalu menjewel telinganya.
"Kau mengagetkan oma saja. Sejak kapan kau ada disini?"
"Sejak tadi Oma, aku mau menjemput Easter untuk menghadiri seminar di Jakarta."
"Wow, siapa yang akan mengawasi rumah sakit , jika kalian pergi"
"Tenang, ada calon cucu mantu dr. Pris yang mengambil alih tanggung jawab kami."
Oma Hada tertawa bahagia. "Semuanya sudah memiliki pasangan, rasanya aku sangat lelah dan ingin istirahat."
Absalom memeluk Oma Hada dan berkata "Aku belum ada pasangan oma, jangan dulu pergi."
"Kau sudah ada, tapi kurang berani saja." menepuk punggung Absalom dan memberikan dukungan.
"Oma, selamat pagi. Aku pamit mau ke seminar di Jakarta." ucap dr. Easter.
Oma Hadapun memegang tangan kedua anak ini dan menyatukan dalam genggamannya. Wajah mereka berdua berubah menjadi merah merona dan hal itu membuat Oma tertawa lepas.
Absalom dan Easterpun pamit dan menuju bandara. Sebenarnya sebelum berangkat Easter mengalami sakit kepala yang sangat mengganggunya, dia ingin membatalkan untuk ikut, tapi pak Tom memberitahu jika dr. Absalom sudah menunggu.
Pada saat akan bording rasa sakit itu mulai mengganggu, tapi dengan cepat Easter meneguk obat pada saat antri dan itu diperhatikan Absalom.
"Easter, kau duduk saja, biar aku yang antri."
Easterpun duduk menunggu Absalom, kemudian mereka ke ruang tunggu. Akhirnya menaiki pesawat. Selama perjalanan Easter tertidur dan ketika terbangun, dia meneguk lagi obat. Absalom menjadi curiga.
"Apakah kamu sakit?" menatap khawatir.
"Tidak. Hanya kecapean."
"Istirahatlah."
Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Nathan dan dr.Marco telah menunggu mereka.
"Ab, siapa yang bertanggung jawab disana?"
"Tenang, ada calon adik ipar cantik."
"Pris?!"
Mendengar nama itu Marco terdiam. Namun penasaran, tapi dia tidak etis menanyakannya. Merekapun segera menuju hotel Nusantara cabang Jakarta. Seminar juga diadakan disana.
Sesampai dihotel, Nathan menyerahkan kunci kamar Absalom dan Easter. Mereka menuju kamar dan ternyata berhadapan. Saling pamit dan istirahat.
"Kenapa kau meminta kamar didepan Easter?" tanya Nathan penasaran.
"Aku merasa dia sakit. Aku khawatir."
"Apakah kau jatuh hati padanya?"
"Nathan, akupun kurang paham dengan rasa dihatiku. Jalani saja dulu."
Percakapan lewat telephonepun terhenti. Absalom keluar kamar dan membunyikan bel kamar Easter tapi tidak ada reaksi. Dia mencoba menelephone tetapi juga tidak ada jawaban. Rasa khawatir semakin besar, hingga nekat membuka pintu kamar dengan kartu cadangan yang diberikan Nathan.
Easter sedang berjalan perlahan , sambil memegang tembok karena kepalanya benar-benar sakit, menuju lemari mengambil obat dan langsung ditepis Absalom.
"Ab, tolong berikan obat pereda sakit itu. Aku tidak tahan." sambil memegang kepalanya.
Absalom membantunya duduk dan memberikan obat itu, tapi diapun kaget membaca nama obat tersebut. Sebagai seorang dokter dia tahu dan obat ini termasuk tipe obat yang jika dikonsumsi terus -menerus bisa menjadi seperti kecanduan, namun bukan narkoba.
"Easter, kau tahu efek dari obat ini. Kau akan seperti kecanduan. Sudah berapa lama kau menggunakannya?"
"Hanya obat ini yang bisa meredakan sakit kepalaku. aku sudah menggunakannya selama 1 tahun."
"Harus dihentikan." Absalom mengambil stok obat tersebut, Easter mencoba melawan tapi tidak bisa.
"Besok kita periksa lab kepalamu."
"Jangan, aku takut."
"Kau dokter, kenapa harus takut?"
"Karena itu aku takut, jangan ada apa-apa dalam tubuhku ini. Sudahlah, gejala hanya seminggu saja kemudian hilang."
"Bahkan sudah berulang-ulang. Ini tidak bisa dibiarkan."
"Tidak apa-apa Absalom, toh aku hanya sabatang kara, tidak akan ada yang sedih jika aku mati. Intinya aku sudah hidup sampai bisa menjadi dokter cukup. Setidaknya jika kematian menjemputku, aku berharga."
Absalom keluar dari kamar Easter, dia tidak tahan mendengar perkataannya, Absalom kembali ke kamarnya dan segera menghubungi Nathan dan menceritakan semuanya. Merekapun berencana selesai seminar besok, Easter akan langsung diantar periksa lab.
Absalom kembali lagi ke kamar Easter dan memintanya untuk bersiap makan malam bersama Nathan dan Tabitha.
Merekapun segera ke resto hotel dan bertemu disana, selagi berbincang-bincang datanglah dr. Marco bergabung bersama.
"Siapa yang bertanggung jawab di Manado, semua pemimpin ada disini?"tanya Marco.
"Calon adik ipar kami, tunangan Sadrakh." jawab Absalom.
"dr. Pris Makalew, Sp.A." tegas Nathan.
Wajah Marco merah padam dan hatinya begitu hancur seakan runtuh.
"Aku juga membawa undangan pernikahan mereka." Absalom menyerahkannya kepada dr. Marco.
Marco menerima dan membukanya, dilihatnya foto Pris dan Sadrakh. Membangkitkan rasa cemburu begitu besar, tapi dia tahu pengaruh besar keluarga Andes jika bergabung juga dengan keluarga Makalew maka dia sama dengan bunuh diri.
Acara makan malam itupun selesai dan mereka kembali ke tempat masing-masing.
Marco memesan tiket ke Manado untuk penerbangan pertama.
Sekitar 40 dokter dari rumah sakit ternama berkumpul untuk ikut seminar yang mendatangkan beberapa Profesor Dari luar Negeri. Seminarpun berjalan lancar, namun dr. Marco tidak hadir sebagai pihak pelaksana.
Easterpun dibawa paksa Nathan dan Absalom, apalagi Prof George dari Amerika hadir, jd langsung ditangani.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Seorang pria tampan sedang memperhatikan dari jauh menggunakan masker , kacamata dan topi. Tatapan penuh kerinduan dan permintaan maaf menatap Pris dari kejauhan. Wanita cantik ini begitu sibuk dan ketika dia lelah dan duduk di cafe rumah sakit, ada seorang pria menyapanya,. Marco sadar itu adalah Sadrakh calon suami Pris.
Sadrakhpun pamit , mengecup kening Pris. Diapun tetap melambaikan tangannya. Melihat itu Marcopun langsung pergi , dia percaya Sadrakh adalah cinta pertama yang perna diceritakan padanya.
Sadrakh menggunakan simbol cinta dan melemparkan ke arah Pris. Namun tiba-tiba suara tembakkan terdengar. Di depan Pris dan beberapa orang yang ada di lokasi menyaksikan Sadrakh jatuh dan mengalir darah dibagian kepala.
"Tidakkkkkkk!!!" Pris berlari keluar histeris, dan security bergeralk maju juga dokter dan perawat. Kejadian ini sungguh menggemparkan.
Nathan, Tabitha, Absalom dan Easter menuju Manado menggunakan jet pribadi. Belsazar dan Nana dari Bunaken langsung bertolak ke Manado. Tuan Mordekhai dan Istrinya bahkan menggunakan helikopter pribadi menuju Manado.
Di Rumah Sakit Harapan Kasih, Pris berteriak histeris, kemudian pingsan. Mama Dorkas duduk dikursi roda dengan infus, sementara Tuan Yusuf duduk dengan tangisan.
Tuan Yehuda menghubungi semua kenalannya disatuan untuk penyelidikan.
"Kenapa, kejadian Ayub terulang lagi? TUHAN kenapa cucuku sekarang, KAU adil TUHAN , pelakunya juga harus KAU Tangkap dengan cara-MU.!" Menangis tersedu-sedu.
Belsazar dan Nana tiba, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sadrakh sudah dirapikan dengan Jas pernikahan yang tinggal menghitung hari.
"Anakku, begitu tampan engkau, bahkan TUHANpun menginginkanmu pulang. Aku mama yang melahirkanmu, tapi apalah kuasa mama dibanding TUHAN? Kau dititipkan untukku, tapi DIA TUHAN ALLAH mengiginkanmu menghadap-NYA sekarang. Terima kasih sudah hadir dalam hidup mama Sadrakh Andes." mencium jenazah anak bungsunya dengan penuh air mata.
Jenazahpun langsung dibawa ke kediaman Andes. Semua pekerja di rumah itu menangis dan suasana pernikahan berubah menjadi duka mendalam.
"Ade, ade, kakak pulang. Ade bangun ayo semua persiapan telah siap. Pris menunggumu De." suara Nathan penuh kesedihan.
"Siapa yang melakukan ini?! Siapa yang jahat?! Kami tidak perna menyinggung siapapun!" TUHAN, TUHAN, kasihanilah kami, berat TUHAN!" Nathan meringis pedih hati.
Pris berlari memasuki tempat jenasah diletakkan dengan menggunakan pakaian pengantin. Melihat itu semua keluarga menangis keras. Perlahan-lahan dia maju mendekati Sadrakh yang tertidur lelap, mengambil cincin dan menyematkan dijarinya, dan dia menyematkan cincin dijarinya sendiri.
Tuan Ahas memeluk anaknya ini dan menangis, dia tidak tahan melihat keadaan ini.
"Aku hanya bermimpi, aku hanya bermimpi, tolong bangunkan aku, tolong bangunkan aku, seseorang bangunkan aku!" teriakan histeris Pris.