Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Abi sudah mengganti bajunya karena dia sudah selesai, seluruh tubuhnya terasa pegal luar biasa tapi dia diam saja. Dia tidak mau mengeluh di depan Justin karena itu memalukan.
Hal itu wajar dirasakan oleh pemula, walau dia lebih banyak beristirahat dari pada berolahraga tapi itu sudah bagus untuknya.
Tas diambil, dia sudah siap pulang. Dia harap Sarah tidak marah karena mereka tidak fitnes bersama dan memang Sarah menunggunya di bawah.
Ada yang mau dia minta Abi lakukan, tentu itu mengenai Justin. Dia curiga Justin memang tertarik dengan Abi dan jika demikian, dia ingin Abi tahu bahwa dia menyukai Justin sebelum Abi menyadari jika Justin tertarik dengannya.
Dia harus bertindak terlebih dahulu, dia tidak mau tersaingi lagi dari gadis gendut seperti Abi.
Abi menutup pintu locker, dia sudah sangat ingin pulang dan tidur karena dia membutuhkannya.
"Abi, bagaimana jika aku antar?" Justin mendekatinya, bisa dia lihat jika Abi sudah lelah luar biasa. Jangan sampai Abi pingsan saat di jalan.
"Tidak perlu Justin, aku tidak mau mereepotkanmu," tolak Abi sambil tersenyum manis.
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa repot sama sekali."
"Tidak apa-apa, aku akan pulang dengan Sarah," Abi masih menolak karena dia tidak enak hati.
"Baiklah, tapi apa kau baik-baik saja?"
"Hm," Abi kembali tersenyum, Justin begitu baik jadi dia tidak mau merepotkannya lebih dari ini.
"Baiklah, aku rasa aku harus membuatkan jadwal untukmu besok. Kau harus rajin berolaraga agar kau terbiasa."
"Jadwal?" Abi mengernyitkan dahi.
"Yes, kau tidak keberatan bukan melakukan beberapa kegiatan selain fitnes?" tanya Justin dan dia harap, Abi tidak keberatan. Itu dia lakukan agar berat badan Abi cepat turun.
Setelah ini dia akan pergi berkonsultasi dengan seorang ahli, itu dia lakukan untuk Abi. Dia ingin Abi bisa menurunkan berat badannya dalam waktu tiga bulan, walau tidak bisa begitu ideal tapi yang penting berat badan Abi tidak seberat saat ini.
Abi terlihat berpikir sejenak lalu tidak lama kemudian dia mengangguk.
"Tidak masalah, aku juga tidak melakukan apa pun di rumah. Aku juga sudah tidak sabar ingin segera kurus karena aku mau mencari pekerjaan," jawab Abigail.
"Bagus, aku senang mendengarnya."
"Thanks, jika begitu aku pulang dulu," ucap Abi.
"Kita turun bersama!"
Abi kembali mengangguk, mereka turun bersama-sama dan tentunya Sarah sudah menunggu di bawah anak tangga dengan rasa penasaran yang begitu tinggi.
Matanya menatap Abi dengan tajam saat gadis itu turun bersama Justin sambil berbincang. Mereka berdua benar-benar terlihat akrab lebih dari yang dia bayangkan. Entah kenapa pikiran buruk tentang mereka berdua muncul, bagaimanapun pria dan wanita berduaan di dalam ruangan patut dicurigai.
"Sarah," Abi memanggil saat melihat sahabat baiknya itu.
"Hai, apa sudah selesai?" Sarah basa basi, tersenyum dengan manis untuk menyembunyikan topeng aslinya.
"Sorry membuatmu menunggu, apa sudah lama?" Kaki Abi sudah berada di tangga terakhir dan menghampirinya.
"Tidak, aku juga baru selesai."
"Baiklah, ayo pulang," ajak Abi karena dia memang sudah sangat ingin pulang.
"Apa? Bagaimana jika kita pergi makan?" ajak Sarah.
"Selesai fitnes tidak boleh banyak makan!" sela Justin.
Sarah dan Abi memandangi Justin yang sedang menghampiri mereka.
"Segera pulang dan istirahat Abi, kau lebih membutuhkan istirahat dari pada makan," ucapnya sambil tersenyum lembut sampai membuat Sarah tidak senang.
"Thanks Justin, aku memang ingin segera beristirahat."
"Benar tidak perlu aku antar?" tanya Justin memastikan.
"Tidak!" jawab Sarah dengan cepat karena dia ingin membicarakan hal serius dengan Abi.
Abi dan Justin memandangi Sarah dengan heran, kenapa Sarah yang menjawab?
"Kami pulang dulu Justin, sampai jumpa besok," Sarah meraih lengan Abi dan mengajaknya keluar dari tempat itu.
Abi melambaikan tangan ke arah Justin, begitu juga dengan Justin. Pria itu juga melambaikan tangan sambil tersenyum, setelah Abi dan Sarah keluar dari tempat itu, Justin mencari Ben karena dia mau mengajak Ben pergi ke suatu tempat.
Di luar sana, Sarah mengutarakan niatnya pada Abi tanpa ragu. Jangan sampai dia didahului oleh Abi, dia harus mendapatkan Justin dan tentunya Abi yang akan membantunya.
"Abi, maukah kau membantuku?" tanya Sarah saat mereka berjalan menuju halte bus.
"Membantu apa?" tanya Abi pula.
"A-Aku menyukai Justin," Sarah menunduk, dia pura-pura malu.
"Apa?" Abi terkejut dan memandangi Sarah dengan tatapan tidak percaya.
"Aku menyukai Justin sejak lama, Abi. Aku sungguh senang bisa bertemu dengannya lagi jadi apakah kau mau membantu aku?" Sarah menatap Abi dengan tatapan penuh harap.
"Kau menyukai Justin? Aku sungguh tidak tahu," Abi benar-benar tidak menyangka. Apa hal ini yang membuat Sarah tidak mau berpacaran?
"Hm, ya," Sarah kembali terlihat malu-malu.
"Jika begitu apa yang bisa aku lakukan?" tanya Abi, sebagai sahabat baik tentu dia akan mendukung Sarah.
"Bi-Bisakah kau tanyakan pada Justin apa dia sudah punya pacar atau tidak?"
"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri?" tanya Abi pula. Seharusnya itu bukan hal sulit bagi Sarah.
"Hei, aku malu!"
"Tapi aku?"
"Please Abi, kau sahabat paling baik yang aku miliki. Kau mau membantu aku, bukan? Kau juga akan selalu bersama dengan Justin jadi please, kau mau membantu aku, bukan?" Sarah memegangi lengan Abi dan memandanginya dengan tatapan memohon.
Abi berusaha tersenyum, sesungguhnya dia merasa tidak enak hati menanyakan hal ini karena dia takut Justin salah paham tapi demi membantu sahabat baiknya dia rasa tidak ada salahnya. Lagi pula dia tidak bisa menolak permintaan Sarah.
"Abi, please," Sarah kembali memohon.
"Baiklah," jawab Abi setuju.
"Oh, aku tahu kau akan membantu aku. Kau memang sahabat paling baikku!" Sarah memeluk lengan Abi kembali dan terlihat senang.
Akhirnya dia mengutarakan niatnya, dengan begini Abi tidak akan memiliki perasaan dengan Justin karena sahabat baiknya itu sudah tahu jika dia menyukai Justin dan dia juga yakin, Abi akan menolak Justin seandainya Justin mengungkapkan perasaannya.
Semoga saja Abi membantunya, mendekatkan dirinya dengan Justin. Sangat mudah memanfaatkan gadis polos seperti Abi dan lihatlah, dia tidak menolak sama sekali.
"Bagaimana jika kita pergi makan? Kau boleh makan apa saja karena sudah membantu aku," ajak Sarah.
"Terima kasih Sarah, tapi aku mau pulang istirahat. Mulai sekarang aku hanya makan makanan sehat, aku tidak mau makan junkfood lagi," tolak Abi.
"Apa?" Sarah tampak tidak percaya, baru kali ini Abi menolak ajakan makannya. Biasanya Abi akan sangat senang apalagi jika mendengar dia akan makan sampai puas.
"Ayolah, ini tidak seperti dirimu! Kita pergi makan burger kesukaanmu sampai puas," Sarah masih berusaha membujuk.
"Sorry, Mommy sudah membuatkan burger untukku. Aku tidak mau Mommy menyambutku dengan centong nasi lagi karena Mommy akan marah jika dia tahu aku makan junkfood lagi," Abi berjalan menuju halte dengan cepat karena bus yang akan mereka tumpangi sudah tiba.
Sarah memandangi Abi dengan ekspresi linglung. Apa Abi benar-benar ingin menguruskan berat badannya?
"Abi, tunggu!" Sarah berlari mengejar Abi.
Tidak bisa, bagaimana jika Abi berhasil menguruskan berat badan? Jika sampai hal itu terjadi, perhatian yang biasanya hanya tertuju pada dirinya seorang akan berpindah pada Abi.
klara