NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nike Nikegea

Benci Jadi cinta mengisahkan perjalanan cinta Alya dan Rayhan, dua orang yang awalnya saling membenci, namun perlahan tumbuh menjadi pasangan yang saling mencintai. Setelah menikah, mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti konflik pekerjaan, kelelahan emosional, dan dinamika rumah tangga. Namun, dengan cinta dan komunikasi, mereka berhasil membangun keluarga yang harmonis bersama anak mereka, Adam. Novel ini menunjukkan bahwa kebahagiaan datang dari perjuangan bersama, bukan dari kesempurnaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Nikegea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : momen yang membuat dekat

Setelah pembicaraan dengan Damar, Reyhan dan Alya merasa ada perubahan besar dalam hubungan mereka. Reyhan merasa lebih bebas dan tidak lagi terikat dengan beban masa lalunya, sementara Alya semakin merasa dekat dengan Reyhan. Mereka mulai meluangkan waktu lebih banyak bersama, tidak hanya untuk menyelesaikan tugas atau masalah, tetapi juga untuk benar-benar mengenal satu sama lain.

Pada suatu sore yang cerah, mereka memutuskan untuk pergi ke pantai setelah kelas. Tidak ada agenda khusus, hanya ingin menikmati waktu bersama. Reyhan mengemudi mobilnya, sementara Alya duduk di sampingnya, menikmati perjalanan.

Alya melirik ke arah Reyhan, yang tampaknya sedang asyik dengan pikirannya. “Lo tahu, gue nggak pernah mikir kita bakal sampai sejauh ini, Rey. Gue nggak pernah nyangka lo bakal bisa benar-benar berubah,” kata Alya, suaranya lembut.

Reyhan tersenyum tipis tanpa menoleh ke arah Alya. “Gue juga nggak pernah nyangka kita bisa punya kesempatan ini. Gue bersyukur lo mau ngasih gue kesempatan kedua.”

Mereka sampai di pantai, dan berjalan menyusuri pasir sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Alya merasa tenang di sini, jauh dari keramaian kampus, dan hanya ada mereka berdua.

“Alya,” Reyhan memulai, suaranya lebih serius dari biasanya. “Gue nggak tahu kalau bisa hidup tanpa lo di samping gue. Gue bener-bener belajar banyak dari lo. Lo ngajarin gue buat lebih baik, buat lebih jujur sama diri sendiri.”

Alya merasa jantungnya berdebar mendengar kata-kata Reyhan. Meskipun mereka sudah dekat, mendengar pengakuan seperti itu membuat perasaannya semakin dalam. “Rey, gue juga belajar banyak dari lo. Lo ngajarin gue buat nggak takut sama masa depan, buat nggak terlalu khawatir sama apa yang orang lain pikirkan. Lo nggak tahu betapa berartinya itu buat gue.”

Mereka berhenti sejenak dan duduk di atas batu besar di tepi pantai. Laut yang tenang, langit yang mulai berubah warna, semuanya terasa begitu damai. Reyhan menatap Alya dengan tatapan yang lebih dalam dari biasanya, seolah mencoba mencari tahu apa yang ada di dalam hati Alya.

“Gue pernah mikir, Alya, kalau gue nggak bisa jadi diri gue yang terbaik, gue nggak bakal pernah bisa kasih yang terbaik buat lo,” Reyhan mengungkapkan. “Tapi gue mulai sadar, lo nggak cuma butuh yang terbaik dari gue. Lo cuma butuh gue untuk jadi diri gue sendiri.”

Alya menatapnya, perasaan itu mulai mengisi dadanya. “Lo benar, Rey. Gue nggak butuh yang sempurna. Gue cuma butuh seseorang yang bisa jadi diri mereka sendiri dan ada untuk gue, kayak lo.”

Reyhan meraih tangan Alya, menggenggamnya erat. “Alya, gue bener-bener sayang sama lo. Lebih dari yang gue kira. Dan gue pengen kita terus jalan bareng, nggak peduli apa yang bakal terjadi.”

Alya menatapnya, matanya berbinar. “Gue juga sayang sama lo, Rey. Gue nggak tahu apa yang bakal datang, tapi gue mau coba jalanin ini sama lo, bareng-bareng.”

Mereka saling tersenyum, dan dalam keheningan itu, mereka merasakan kedekatan yang lebih dari sekedar kata-kata. Ini bukan tentang janji atau harapan yang muluk-muluk, tapi tentang keberanian untuk terus melangkah bersama, meskipun masa depan masih penuh dengan ketidakpastian.

---

Beberapa hari setelah perjalanan ke pantai itu, Reyhan dan Alya merasa hubungan mereka semakin kuat. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, tidak hanya untuk berbicara tentang masa lalu dan masalah-masalah besar, tetapi juga untuk menikmati momen-momen kecil yang membuat mereka semakin dekat.

Pada suatu malam, mereka duduk di atap kampus setelah makan malam, hanya berdua di bawah langit yang penuh bintang. Reyhan mengeluarkan dua cangkir kopi dari tas, menyerahkan satu untuk Alya.

“Gue nggak pernah nyangka bisa se-dekat ini sama lo, Alya,” kata Reyhan, suaranya lembut dan penuh kehangatan.

Alya tersenyum, menatap langit yang cerah. “Gue juga nggak pernah mikir bakal ada momen kayak gini, Rey. Tapi gue mulai merasa, kalau lo di sini, semuanya terasa lebih mudah.”

Mereka duduk berdua, membiarkan malam itu mengalir tanpa kata-kata, hanya ada rasa nyaman dan hangat di antara mereka. Reyhan mendekatkan dirinya ke Alya, sedikit lebih dekat dari sebelumnya, dan untuk pertama kalinya, Alya tidak merasa canggung.

“Lo tahu nggak, Rey?” Alya berkata pelan, “Kadang, gue merasa kalau kita berdua itu seperti puzzle yang pas banget. Kita punya banyak bagian yang berbeda, tapi semuanya saling melengkapi.”

Reyhan tertawa pelan, “Gue suka banget cara lo ngeliat itu, Alya. Mungkin kita emang puzzle yang saling melengkapi, tapi itu nggak berarti kita nggak punya tantangan. Gue siap ngadepin itu sama lo.”

Alya menatapnya, matanya penuh rasa sayang. “Gue juga siap, Rey. Kita nggak perlu takut sama apa yang akan datang. Selama kita punya satu sama lain, gue rasa kita bisa melewati semuanya.”

Mereka berdua saling menatap, dan dalam diam itu, ada rasa saling percaya yang lebih dalam daripada sebelumnya. Reyhan meraih tangan Alya dan memeluknya, merasakan hangatnya pelukan itu sebagai tanda bahwa mereka sudah melewati banyak hal bersama dan kini, mereka semakin dekat satu sama lain.

---

Dengan semakin kuatnya ikatan mereka, Reyhan dan Alya siap menghadapi segala ujian yang mungkin datang. Mereka tahu, selama mereka tetap bersama, mereka akan bisa menghadapinya dengan hati yang penuh keberanian dan cinta. Masa depan mungkin masih penuh dengan ketidakpastian, tapi yang mereka tahu pasti, mereka tidak akan pernah lagi merasa sendiri.

Hari itu, setelah beberapa bulan penuh dengan perjuangan, tantangan, dan pertumbuhan, akhirnya tiba juga hari yang dinanti oleh Alya dan Reyhan. Segala hal yang telah mereka lalui bersama—momen suka, duka, dan kesulitan—membuat hubungan mereka semakin kuat. Mereka tidak hanya saling mencintai, tetapi juga saling memahami, menghargai, dan mendukung satu sama lain.

Alya sedang duduk di bangku taman kampus, menatap buku yang terbuka di depannya, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari Reyhan. Mereka berdua sudah melalui banyak hal, dan meskipun banyak tantangan yang datang, mereka berhasil menghadapinya bersama. Kini, Alya merasa bahwa dia benar-benar telah menemukan tempat yang tepat untuk hatinya.

Reyhan datang mendekat dengan senyum lebar di wajahnya, membawa dua cangkir kopi—kopi favorit mereka. “Udah nunggu lama, ya?” tanyanya dengan nada ringan.

Alya menatapnya, senyum kecil tersungging di bibirnya. “Enggak kok, gue cuma lagi mikirin hal-hal… kita, maksudnya.”

Reyhan duduk di samping Alya, menyerahkan secangkir kopi padanya. “Gue juga mikirin itu. Tentang kita. Tentang apa yang udah kita capai, dan apa yang masih harus kita capai.”

Alya menyesap kopinya, merasa hangatnya kopi meresap ke dalam tubuhnya. “Apa yang kita capai, Rey, udah lebih dari yang gue bayangkan. Gue nggak nyangka bisa ada di sini, sama lo, setelah semua yang terjadi.”

Reyhan menatap Alya dengan penuh perasaan. “Gue juga. Gue nggak tahu gimana rasanya bisa punya seseorang yang ngerti gue kayak lo. Tapi gue tahu, gue nggak mau kehilangan lo. Gue nggak mau jalan sendiri lagi.”

Alya merasa hatinya berdebar mendengar kata-kata Reyhan. Selama ini, dia selalu tahu bahwa mereka berdua memiliki ikatan yang kuat, tetapi mendengar pengakuan seperti itu membuat hatinya semakin yakin bahwa inilah jalan yang benar. “Gue juga nggak mau kehilangan lo, Rey. Gue nggak mau takut lagi untuk menghadapi masa depan. Karena gue tahu, kita bisa bareng-bareng hadapi apapun yang datang.”

Mereka duduk diam sejenak, menikmati kedamaian yang ada di sekitar mereka. Suara angin yang berhembus pelan, suara anak-anak yang bermain di kejauhan, semuanya terasa begitu sempurna di momen itu.

“Kita udah jauh banget, kan?” Reyhan akhirnya berkata, suaranya lebih serius. “Tapi menurut gue, ini baru permulaan. Gue mau terus berkembang, mau terus jadi orang yang lebih baik buat lo.”

Alya tersenyum, menatap Reyhan dengan penuh kehangatan. “Gue juga. Kita udah belajar banyak dari satu sama lain. Dan gue percaya, apapun yang terjadi, kita bisa terus maju, bareng-bareng.”

Saat itu, Reyhan meraih tangan Alya, menggenggamnya erat. Ada rasa aman yang mengalir dari genggaman itu, seperti janji bahwa mereka akan terus berjalan bersama, tidak peduli apapun yang akan datang di masa depan.

“Jadi… lo siap buat langkah selanjutnya, Alya?” Reyhan bertanya dengan senyum penuh harap.

Alya menatapnya, matanya penuh keyakinan. “Gue siap, Rey. Dan gue tahu, ini langkah yang benar.”

Mereka saling menatap, dan untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka, mereka tidak merasa ragu. Mereka tahu bahwa meskipun masa depan penuh dengan ketidakpastian, mereka sudah menemukan satu sama lain. Itu sudah cukup untuk membuat mereka merasa kuat dan siap menghadapi apapun yang akan datang.

---

Beberapa bulan kemudian, Reyhan dan Alya semakin dekat. Hubungan mereka tumbuh semakin dalam, dan mereka mulai merencanakan masa depan bersama. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama di sebuah apartemen kecil, tempat di mana mereka bisa berbagi momen-momen kehidupan sehari-hari. Mereka tidak terburu-buru, tetapi mereka tahu bahwa mereka ingin melangkah lebih jauh bersama.

Mereka belajar banyak hal selama perjalanan mereka, mulai dari cara saling mendukung, mengatasi ketakutan dan keraguan, hingga bagaimana menerima kekurangan satu sama lain. Tidak ada hubungan yang sempurna, tetapi mereka tahu bahwa mereka bisa saling melengkapi dan tumbuh bersama.

Alya melihat ke arah Reyhan yang sedang memasak makan malam, tersenyum kecil. “Gue nggak pernah nyangka, lo bisa masak, Rey.”

Reyhan tertawa ringan, “Jangan salah, gue punya banyak kelebihan yang lo nggak tahu, Alya.”

Alya tertawa, merasa hangat di hati. “Gue nggak sabar untuk lihat semua kelebihan lo. Tapi yang jelas, gue nggak akan pernah lelah mendukung lo.”

Reyhan mendekat, meletakkan tangan di bahu Alya, dan menatapnya penuh kasih. “Gue nggak akan pernah lelah buat jadi yang terbaik buat lo, Alya. Karena lo udah jadi bagian terpenting dalam hidup gue.”

Alya merangkul Reyhan, merasakan kehangatan itu mengalir dari pelukan mereka. “Dan lo juga bagian terpenting dalam hidup gue, Rey. Kita udah lewati banyak hal, dan gue yakin, kita akan terus lewatinya bersama.”

Dengan penuh harapan dan cinta, mereka saling berjanji untuk terus berjalan bersama, menuju masa depan yang cerah, apapun yang mungkin datang. Karena bagi mereka, selama mereka bersama, segala hal bisa dihadapi—dengan cinta, keberanian, dan keyakinan bahwa ini adalah akhir yang baru, sebuah awal yang penuh potensi.

_ _ _

1
Niat
suka banget, aku suka ngebacanya 🤩
semangat kak 🤗
Niat
ini novel pertama yang ku baca 😊
sumpah aku jadi ketagihan bacanya 😁😁
Tae Kook
Thor, ini cerita adalah yang pertama kali aku baca dan membuatku ketagihan.
Coralfanartkpopoaf
Meresapi setiap detail dalam cerita ini. 🧐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!