Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDESA BATU CHADAS yang terletak diHOLLAND TENGAH. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja.
Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan.
Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja.
Melainkan bisa menghubungkan dunia lain, yaitu dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. Mampukah mereka melindungi manusia dari kehancuran???
Yukk kita baca sama sama dijamin seru...
Pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. MALAM YANG PENUH RAHASIA
Leo mengangguk sambil menatap Maxim dengan sorot yang meyakinkan. Tetapi, suasana menjadi tegang ketika suara ketukan kembali terdengar di jendela.
Tokkk…
Tokkk…
Tokkk…
Kali ini, ketukan itu lebih keras, seolah-olah tangan manusia sedang mengetuk dengan sengaja. Maxim menelan ludah. Tubuhnya menegang. Ia melirik Leo, yang kini juga terlihat waspada.
“Itu pasti hanya angin,” ujar Leo mencoba menghibur dirinya sendiri. dengan nada suaranya goyah, mengkhianati usahanya untuk tetap tenang.
"Iya itu pasti angin saja. maklum lah diluar udara nya sangat dingin. terasa bangeet sejuknya agak lain malam ini. "ucap lexa pulak.
"Aku cek dulu yah. aku mau memastikan nya.
Maxim berdiri perlahan, langkah kakinya berat. Dengan hati-hati, ia mendekati jendela. Ketukan itu berhenti. Tangannya bergetar saat hendak menyibak tirai. Leo menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi.
“Maxim, jangan…” suara Alexa terdengar lirih, nyaris seperti bisikan. Tapi Maxim tidak mendengarkan. Ia menarik tirai dengan cepat.
Kosong. Tidak ada apa-apa di luar. Hanya pohon tua yang bergoyang pelan ditiup angin. Tetapi, di sudut jendela, ada bekas seperti cakaran. Tiga garis panjang yang terlihat baru.
“Leo…” panggil Maxim pelan. Ia menunjuk bekas itu dengan jari yang bergetar. Leo menghampirinya dan memandang bekas tersebut dengan dahi berkerut.
“Itu… bekas apa?” bisik Leo, berusaha keras menyembunyikan rasa takutnya. apakah sebelum nya bekas itu ada dijendela ini??? Tanya Leo lagi.
Maxim tidak menjawab. Ia hanya mundur perlahan, menjauhi jendela. Ia tahu bahwa mereka ada yang mengawasi, Apakah ini roh Hiltja. Tidak mungkin. tidak mungkin dia. Apakah mahkluk lain lagi selain dia. ucap nya dalam hati yang penuh tanda tanya itu.
Suara apa itu???? apakah kalian mendengar nya??? itu bukan suara ranting kayu. tidak mungkin itu ranting kayu. "kata lexa.
Tentu kami pun tau. tidak mungkin suara ranting kayu mengetuk seperti itu. " jawap lexa dan Leo berbarengan.
Malam semakin larut. Angin dingin menerobos celah-celah jendela kayu pondok yang merupakan markas mereka itu. membuat tirai tipis bergoyang pelan.
Leo menatap Maxim dengan sorot mata penuh keyakinan. Kalimat yang baru saja mereka ucapkan, meski terdengar sederhana, memiliki bobot besar dalam hati mereka.
“Janji itu adalah kekuatan kita,” ulang Leo dengan nada tegas, menggenggam erat bahu Maxim.
“Kita tidak akan membiarkan rasa takut menguasai kita.” kalau kita bersatu dan bersama perasaan takut itu akan hilang dengan. ucap Leo lagi.
Maxim mengangguk perlahan. Matanya menatap ke arah gelap di luar jendela. Di luar sana, hanya ada kegelapan pekat dan bisikan angin malam.
Tetapi, jauh di lubuk hatinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar dingin dan gelap. Perasaan itu membuat bulu kuduknya berdiri. Omg... jangan bilang Hiltja yang mengawasi kami. "ucap nya dalam hati penuh was was.
“Kita hanya perlu terus bersama,” gumam Maxim, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Leo. “Dan percaya bahwa kita bisa melewati malam ini.”
"Leo, kamu yakin kita bisa melewati ini??? "Tanya maxim. suaranya terdengar berat. Bagaimana jika...
bagaimana jika ini lebih besar dari yang kita kira???
"Maxim.. selagi kita bersama pasti kita bisa melewati nya. walaupun itu bahaya yang lebih besar sekali pun. betul tak??? ucap Alexa.
Leo tidak menjawab langsung. Ia menatap Maxim dengan sorot mata penuh keyakinan, meski hatinya juga digelayuti keraguan. Ia tahu, jika ia menunjukkan ketakutan, mereka berdua akan runtuh.
“Kita pasti bisa,” jawab Leo akhirnya, dengan nada tegas. “Kita hanya perlu tetap bersama. Jangan biarkan rasa takut menguasai kita.”
Tapi, keheningan itu tidak bertahan lama. Tokk… Tokk… Tokk… Ketukan itu terdengar lagi. Kali ini dari pintu depan.
Leo ,Alexa dan Maxim saling berpandangan. Ketiga nya tahu bahwa ini bukan kebetulan. Suara itu bukan hanya angin atau ranting pohon. Ada sesuatu di luar sana. Sesuatu yang sedang mengawasi mereka.
“Maxim, kita harus tetap di sini. Jangan buka pintu itu,” bisik Leo, memegang lengan Maxim dengan erat. Namun, Maxim hanya diam. Ada dorongan aneh dalam dirinya untuk mendekati pintu itu. Seolah-olah suara ketukan itu memanggilnya.
“Leo, bagaimana jika…” kata Maxim perlahan, tapi Leo memotongnya.
“Tidak, Maxim. Jangan coba-coba!” Leo menariknya kembali. “Kita harus tetap bersama. Ingat janji kita.”
Maxim mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi keraguan. Mereka berdua memutuskan untuk mengabaikan suara itu. Tapi, ketukan itu tidak berhenti. Bahkan semakin keras, semakin mendesak. Tokkk…
Tokkk…
Tokkk…
“Leo…” suara Maxim bergetar. “Aku rasa kita tidak bisa mengabaikannya.”
Leo menelan ludah. Ia tahu Maxim benar. Tapi ia pun juga tahu, kalau membuka pintu itu akan membawa bahaya besar untuk mereka. Mereka saling berpandangan satu sama lain berharap menemukan jawapan dari semua nya.
Akhirnya, dengan keberanian yang ada, Leo berdiri. Ia meraih tongkat kayu yang tersandar di sudut ruangan. “Kalau begitu, kita buka bersama,” ujarnya. Maxim mengangguk dan mengambil senter.
Mereka berjalan perlahan menuju pintu depan. Jantung mereka berdegup kencang. Setiap langkah terasa seperti ribuan kilometer. Ketika mereka sampai di depan pintu, Leo menghitung mundur.
Tiga…
Dua…
Satu…
Leo membuka pintu dengan cepat. Tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya angin dingin yang menyapa mereka.
Maxim menyorotkan senternya ke luar. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tetapi, di lantai teras, ada sesuatu. Sebuah sobekan kertas buku kuno. Maxim mengambil kertas itu dengan tangan gemetar.
Mereka saling berpandangan. Rasa takut semakin nyata, namun mereka tahu, malam ini belum selesai. Mereka harus bertahan, apapun yang terjadi.
Aku menemukan ini??? apa maksudnya dan dari mana ini datang nya??? tanya Maxim.
Sobekan buku kuno. lexa dan Leo pun saling pandang. bagaimana sobekan kertas itu ada didepan pintu siapa yang meletakkan nya disitu.
"Apakah sesuatu telah mengawasi kita. Apakah dia tau rencana kita mau datang kerumah tua itu lagi. ??? Tanya lexa.
"Entah lah aku juga tidak tau. Aku pun heran bagaimana sobekan ini ada didepan pintu. Dan cakaran tangan itu cakaran siapa?? manusia atau bukan??? menurut kalian apa itu??? maxim pun berbalik Tanya
Malam itu semakin dingin padahal jam masih pukul 22.00 malam. Kalau jam segitu biasanya penduduk warga desa pun masih banyak yang keluar lalu lalang.
Walaupun jam masih pukul 22.00 tapi seperti sudah jam 02.00 pagi. Terasa begitu aneh dan sejuk nya tidak seperti biasanya.
Dijalan utama lorong terlihat sunyi. Memang tidak seperti biasanya. Seperti ada sesuatu. Pikiran menghantui mereka bertiga. Mereka merasa ada yang aneh.
(Apakah sebenarnya yang terjadi???)
BERSAMBUNG...