Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 22 : Aura Misterius
Zhang Yu melanjutkan langkahnya setelah menemukan beberapa jasad orang Klan Zhang. Namun suara geraman yang terdengar membuat nya seketika menarik keluar pedang dari cincin penyimpanan.
Dia melebarkan kaki, membalikkan badan mencari sumber suara. Tepat pada saat ini muncul seekor macan tutul dari balik bebatuan.
"Binatang spiritual tingkat ketiga?!" Zhang Yu dapat merasakan niat membunuh yang pekat pada mata macan tutul tersebut. Di bibirnya terdapat noda darah yang dapat dipastikan adalah darah jasad orang-orang Klan Zhang.
Grr...
Macan tutul kembali menggeram. Berjalan semakin dekat hingga wujudnya dapat terlihat lebih jelas.
Zhang Yu membentangkan pedang semesta, energi kekuatannya mulai berseliweran memancar di sekitar tubuhnya.
Roar!
Tanpa diduga macan tutul menyerang terlebih dahulu. Berlari dengan cepat seperti kilat, mencakar dengan kuku yang tajam.
Zhang Yu dalam posisi yang sangat waspada. Merasakan bahaya datang kepadanya, spontan langsung melompat ke samping. Tak ayal serangan macan tutul tingkat ketiga hanya menyasar angin.
Namun serangan belum selesai, tepat satu detik setelah itu macan tutul berbalik dan kembali menerjang.
Zhang Yu berdecak pelan. Tidak menyangka gerakan macan tutul ini begitu gesit. Dia mendorong pedang semesta, mengeluarkan teknik pedang pembunuh.
Blam!
Suara dentuman yang cukup kencang diakibatkan ledakan kekuatan bayangan cakar berwarna merah.
Tubuh macan tutul terhempas belasan langkah tapi binatang spiritual tingkat tiga itu tampak hanya mendapat luka ringan.
Ekspresi wajah Zhang Yu menjadi serius. "Binatang spiritual tingkat ketiga memang tidak bisa diremehkan."
Tepat setelah itu Zhang Yu mengeluarkan serangan kedua. Tinju Batu. Siluet tinju berwarna keemasan langsung menghantam tubuh macan tutul tingkat ketiga yang masih diam.
Boom!
Untuk kedua kalinya tubuh macan tutul terhempas. Beberapa luka mulai membekas nyata di tubuhnya bahkan meneteskan darah.
Melihat hal tersebut Zhang Yu tampak puas. Tapi senyum di wajahnya tidak bertahan lama karena sejurus kemudian macan tutul tiba-tiba menghilang dari tempatnya.
Wush...
Satu kedipan mata macan tutul sudah berada dalam jarak tiga langkah. Mata Zhang Yu membulat sempurna, dia membentangkan pedang semesta ketika satu cakar hampir saja mengoyak tubuhnya.
Namun tidak berhenti sampai di sana, macan tutul menyerang lagi dan kali ini semakin membabi buta. Cakar, gigitan, menerjang. Setiap serangan sangat berbahaya.
Zhang Yu memfokuskan pikiran tidak ingin mengambil tindakan gegabah.
Di waktu yang sama, cakar macan tutul kembali hampir membuat kulit terkoyak. Kali ini Zhang Yu menahannya dengan pedang semesta. Dengan mengarahkan segenap kemampuannya, kekuatan macan tutul sepenuhnya dapat dipatahkan.
Roar!
Namun tidak tahu apa yang terjadi, secara tidak terduga macan tutul seperti kehilangan kendali dan mengamuk tanpa alasan.
Dua alis Zhang Yu terlihat menyatu. "Aura ini lagi ...."
Aura kekuatan yang sempat dirasakan di pintu masuk lembah. Beberapa saat lalu sudah tidak terasa, tapi sekarang kembali terasa dan semakin kuat.
Aneh!
Zhang Yu memperhatikan macan tutul. Terkhusus matanya yang merah, sekarang memancarkan aura dominan dan menakutkan.
Roar!
Macan tutul melompat menyerang setelah mampu mengendalikan diri.
Karena tidak tepat sasaran satu serangannya tidak sengaja mengenai satu pilar batu setinggi lima meter hingga roboh dan hancur.
Zhang Yu melompat ke samping, berguling menghindari bongkahan batu yang jatuh ke arahnya. Setengah berjongkok, memegang pedang semesta dengan mata menatap lurus ke depan.
Roar!
Macan tutul seperti mendapat kekuatan tambahan. Kecepatannya tidak lagi berada pada level yang sama seperti sebelumnya. Namun, Zhang Yu memiliki keterampilan bertarung yang mengagumkan.
Ditambah dengan pola pikir yang matang, sengaja membawa macan tutul ke tempat yang lebih sempit agar dapat membatasi gerakannya.
Ini berhasil. Melihat pola gerakan macan tutul yang tetap pada lima titik yang sama, dia mengeluarkan teknik pedang pembunuh dan dengan yakin mengarahkannya ke sisi kanannya.
Whut...
Boom!
Ketika macan tutul yang bergerak sangat cepat dihantam kekuatan dahsyat, tak ayal tubuhnya langsung terpental menabrak tebing batu dengan sangat keras.
Goncangan ringan terjadi. Debu berwarna putih keperakan jatuh dari puncak tebing disertai dengan kerikil kerikil halus.
"Apa sudah selesai?" Zhang Yu hendak mendekat untuk memeriksa. Tapi bayangan dalam kepulan debu membuatnya seketika waspada.
"..."
"Apa serangan itu belum juga membuatnya tumbang?" Zhang Yu sudah menghabiskan separuh dari Qi di tubuhnya dalam pertarungan ini. Jika binatang spiritual tingkat tiga awal saja sudah memaksanya sejauh ini, tidak dapat dibayangkan binatang spiritual di tingkat yang lebih tinggi.
Bruk!
Bersama dengan debu yang terbang terbawa angin, tubuh macan tutul ambruk setelah susah payah berdiri.
Ekspresi serius Zhang Yu berganti dengan senyum mengembang, dia menyimpan pedang semesta lalu berjalan ke mayat macan tutul tingkat ketiga.
"Kristal inti," Hal pertama yang ada dalam kepala Zhang Yu adalah mengambil inti macan tutul tingkat ketiga. Karena sejatinya itu adalah motivasinya bertarung hingga menguras separuh Qi dalam tubuhnya.
Zhang Yu merobek pangkal leher macan tutul dengan tangannya yang dilapisi Qi. Dia berhasil mendapatkan kristal trigonal berwarna merah cerah.
Akan tetapi, kristal inti macan tutul ini mengandung aura asing yang pekat. Hampir sama dengan aura yang terasa beberapa waktu sebelumnya.
Zhang Yu menyimpan kristal inti itu dalam cincin penyimpanan. Saat akan pergi dia mendengar suara langkah kaki yang bergerak ke tempatnya. Itu berasal dari arah masuk lembah bunga. Kemungkinan besar adalah kelompok Klan Zhang.
Zhang Yu tidak berharap orang-orang Klan Zhang melihat jasad macan tutul tingkat ketiga, jadi dia memasukkannya juga dalam cincin penyimpanan.
Hanya enam sampai tujuh tarikan nafas, kelompok Klan Zhang sudah terlihat di kejauhan.
"Yu'er!"
Pupil mata Zhang Yu melebar mendengar suara ayahnya. Sungguh tidak disangka pemimpin kelompok ini adalah Zhang Long, ayahnya sendiri.
"Ini buruk," batin Zhang Yu.
Zhang Long mempercepat langkahnya kakinya ketika melihat Zhang Yu di depan. Sempat mengira sosok itu bukan putranya, tapi semakin dekat matanya tidak mungkin berbohong kepadanya.
"Zhang Yu, kenapa kau di sini?" Tetua keempat yang berada dalam kelompok bertanya terlebih dahulu.
Belasan orang lainnya juga menatap Zhang Yu heran. Dalam pengetahuan mereka, patriark hanya mengumpulkan orang-orang di tingkat grand master. Sementara Zhang Yu jelas bukan bagian dari kelompok tersebut.
"Tetua Keempat, aku ...."
"Pulanglah ke Klan, di sini terlalu berbahaya untukmu." Zhang Long tidak memberi kesempatan Zhang Yu untuk bicara. Langsung memotongnya saat tahu putranya itu sedang mencari alasan.
Zhang Yu menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal. Benar-benar tidak beruntung harus bertemu dengan kelompok ayahnya di sini. Dia masih ingin melanjutkan perjalanannya, tidak mau kembali. Tapi alasan apa yang harus ia gunakan?
Pada saat Zhang Yu masih mencari alasan, satu dentuman keras menarik perhatian semua orang yang ada di sana.
Tetua keempat mengangkat wajahnya menatap ke atas, semua orang di sana secara bergantian mengikutinya.
"Apa itu!"
"Apa itu naga?!"
Sementara semua mata tertuju pada siluet cahaya berwarna emas yang turun dari langit, Zhang Yu merasakan kembali aura yang beberapa saat lalu dirasakannya.
"Aura ini lagi!" Zhang Yu mengeluarkan pedang semesta, lalu melesat ke arah pancaran cahaya emas. "Ayah, kita harus melihatnya!"
Zhang Long seperti bangun dari mimpi ketika mendengar suara Zhang Yu. Sejurus kemudian dia menunjuk ke depan seraya berteriak lantang.
"Yu'er! Tunggu!"