NovelToon NovelToon
Jejak Di Balik Kabut

Jejak Di Balik Kabut

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Penyeberangan Dunia Lain / Permainan Kematian / Penyelamat / Pendamping Sakti
Popularitas:354
Nilai: 5
Nama Author: Anggun juntak

dibaca aja ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun juntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gua yang terlupakan

Kabut semakin tebal saat Arka dan Maya meninggalkan rumah tua itu. Nenek misterius tadi tidak memberikan petunjuk lebih banyak, hanya mengucapkan satu kalimat sebelum mereka pergi:

“Jangan terlalu percaya pada apa yang terlihat. Mata kalian bisa menipu, tapi hati kalian tahu jalannya.”

Arka melangkah dengan peta di tangannya, kini terasa lebih berat daripada sebelumnya. Jalan setapak yang mereka ikuti tampak jelas di peta, tapi kabut membuat semuanya tampak kabur.

“Arka, kita benar-benar akan terus?” tanya Maya, suaranya terdengar lelah. “Kita bahkan tidak tahu apa yang ada di gua itu.”

“Aku tahu ini berbahaya,” kata Arka sambil menatap sahabatnya. “Tapi… aku merasa ini bukan sekadar perjalanan biasa. Ada sesuatu di sini, sesuatu yang harus kita temukan. Jika kau ingin kembali, aku tidak akan memaksa.”

Maya menghela napas panjang. “Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di tempat ini. Lagipula, aku juga ingin tahu apa yang ada di balik semua ini.”

Arka tersenyum tipis. “Terima kasih.”

Mereka melanjutkan perjalanan, menuruni lembah yang semakin curam. Di tengah perjalanan, suara gemericik air mulai terdengar, semakin lama semakin jelas. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah sungai kecil yang mengalir jernih, tapi arusnya cukup deras.

“Di peta ini, kita harus menyebrang sungai,” kata Arka sambil menunjuk titik di peta. “Gua itu ada di sisi lain.”

Maya menatap arus sungai itu dengan ragu. “Kau yakin kita bisa menyebrang? Itu terlihat cukup dalam.”

Arka mengamati sekeliling, lalu menemukan sebuah batang pohon yang cukup besar dan tumbang di dekat sungai. Dengan hati-hati, ia dan Maya menyeret batang pohon itu untuk dijadikan jembatan sementara.

“Ini tidak terlalu stabil,” kata Maya saat mereka menyeberang satu per satu. “Jika kita jatuh…”

“Jangan lihat ke bawah,” sahut Arka sambil melangkah pelan di atas batang pohon itu. Setelah beberapa menit yang menegangkan, mereka akhirnya sampai di sisi lain dengan selamat.

Namun, sebelum mereka bisa merayakan keberhasilan, suara gemuruh terdengar dari belakang. Mereka berbalik, dan melihat kabut di sisi sungai tempat mereka berasal mulai bergerak, menggulung seperti gelombang.

“Maya, lari!” seru Arka.

Keduanya berlari menembus hutan, menjauh dari sungai. Suara gemuruh semakin mendekat, membuat mereka berlari semakin cepat. Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah dataran terbuka. Di depan mereka, sebuah bukit batu menjulang tinggi, dengan pintu gua besar yang dihiasi simbol-simbol seperti di buku tadi.

“Gua itu!” seru Arka sambil menunjuk.

Namun, saat mereka mendekat, mereka melihat sesuatu yang membuat mereka tertegun. Di depan pintu gua, berdiri tiga patung besar berbentuk manusia, masing-masing memegang senjata berbeda: pedang, tombak, dan busur. Mata patung-patung itu tampak hidup, meskipun hanya terbuat dari batu.

“Apa ini?” bisik Maya.

Arka mendekati pintu gua, tapi sebelum ia sempat menyentuhnya, suara berat menggema di udara, seolah berasal dari patung-patung itu.

**“Hanya mereka yang membawa kebenaran di hati yang bisa masuk,”** kata suara itu. **“Apa yang kau cari di dalam gua ini? Jawablah dengan jujur.”**

Arka menoleh pada Maya, lalu menatap pintu itu lagi. “Aku… Aku ingin tahu kebenaran. Tentang diriku, tentang peta ini, dan tentang apa yang disembunyikan di sini.”

Patung-patung itu terdiam sejenak, lalu salah satu dari mereka, yang memegang pedang, berbicara lagi. **“Kebenaran memiliki harga. Jika kau tidak siap kehilangan sesuatu, kau tidak akan menemukan apa pun. Apakah kau masih mau melanjutkan?”**

Arka menelan ludah. Ia menatap Maya yang balas menatapnya dengan penuh keraguan.

“Kita bisa berhenti di sini,” bisik Maya. “Mungkin tidak apa-apa jika kita tidak tahu jawabannya.”

“Tapi… ini bukan hanya soal peta,” kata Arka dengan suara mantap. “Ini soal menemukan sesuatu yang lebih besar. Aku siap.”

Patung-patung itu berhenti bersuara. Lalu, perlahan, pintu gua terbuka, menampakkan kegelapan di dalamnya. Arka melangkah maju, diikuti Maya yang masih ragu.

Saat mereka masuk, pintu itu tertutup di belakang mereka dengan bunyi gemuruh, meninggalkan mereka dalam kegelapan yang pekat.

“Arka,” bisik Maya. “Apa yang kita lakukan sekarang?”

Arka menyalakan obor kecil yang ia bawa. Cahaya itu memantulkan dinding gua yang penuh ukiran-ukiran kuno, menceritakan kisah yang sulit dimengerti.

“Kita cari jawabannya,” jawab Arka.

Mereka melangkah lebih dalam, tanpa tahu apa yang menunggu mereka di dalam kegelapan.

---

1
SAF.A.NAPIT
bagus banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!