Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalah
“Jeslyn, apa kau tahu, kalau hari ini kita kedatangan pemilik rumah sakit kita?” tanya Sarah.
Jeslyn yang sedang menyiapkan perlengkapan dan obat-obatan yang akan dibawa ke acara bakti sosial menoleh sejenak pada Sarah. “Benarkah? Aku tidak tahu,” bohong Jeslyn. Dia terpaksa berbohong karena tidak ingin yang lain curiga padanya.
“Iyaa. Aku dengar dia akan ikut acara bakti sosial kali ini. Aku penasaran sekali siapa pemilik rumah sakit kita. Apa kau tidak penasaran juga?” tanya Sarah antusias.
“Tidak, aku tidak peduli.”
“Kau ini selalu saja cuek. Aku dengar wajahnya tampan sekali, hanya saja dia sikapnya dingin dan acuh.”
“Kau dengar dari siapa?” tanya Jeslyn.
“Tentu saja dari mulut orang-orang yang ada di rumah sakit. Katanya ada salah satu dokter wanita yang pernah melihatnya, tetapi dia tidak diperbolehkan untuk memberitahukan identitas pemilik rumah sakit kita,” jelas Sarah sambil mendekatkan tubuhnya pada Jeslyn.
"Jangan terlalu percaya dengan gosip yang beredar." Jesyn menganggapi Sarah dengan acuh.
“Kalian sedang apa?” tanya Dion, ketika dia baru saja datang dan melihat Jeslyn dan Sarah tampak berbincang serius.
“Dion, apakah benar pemilik rumah sakit kita akan ikut kita dalam bakti sosial kali ini?”
Dion mengangguk. “Hhmmm,” gumam Dion pelan. “Sebentar lagi dia akan datang. Kita diminta untuk berkumpul di ruang rapat untuk mendapatkan pengarahan sebentar.”
Wajah sarah langsung berbinar. “Waah, aku jadi tidak sabar ingin segera mengetahui seperti apa rupanya,” ucap Sarah dengan wajah girang.
Dion geleng-geleng kepala melihat tingkah Sarah. “Lebih baik kita segera ke ruang rapat. Jangan sampai terlambat.” Mereka berjalan beriringan menuju ruangan rapat.
Ruangan rapat terlihat sudah mulai ramai, ada beberapa dokter dan perawat yang ada di dalam runagan tersebut. Jeslyn duduk bersebelahan dengan Dion. Mereka sedang menunggu kepala rumah sakit dan pemilik rumah sakit datang
“Selamat pagi semua." Terdengar suara yang berasal dari laki-laki paruh baya yang baru saja memasuki ruangan diikuti oleh Dave di belakangnya. Seketika pandangan mereka tertuju pada lelaki muda yang memakai kemeja lengan pajang berwarna hitam dengan lengan kemeja yang di gulung setengah di padukan dengan celana bahan berwarna abu muda. Dave terlihat tampan mengenakan setelah tersebut.
Jeslyn langsung mengalihkan pandangannya ketika Dave terus menatap ke arahnya. Mereka sangat terkejut saat mengetuahui kalau Dave adalah pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.
Beberapa Dokter wanita dan perawat terlihat menatap tanpa berkedip ke arah Dave. Mereka terus menatap dengan tatapan kagum dan memuja. Setelah melakukan perkenalan diri dan mengucapkan beberapa kata, rapatpun diakhiri karena mereka akan segera berangkat untuk ke acara bakti sosial.
Semua persiapan sudah selesai. Mereka sedang berkumpul di depan rumah sakit untuk menaiki mobil yang akan mereka gunakan menuju tempat bakti sosial akan diadakan.
Ada 8 dokter dan 8 perawat yang ikut ke acara tersebut. Mereka di bagi menjadi 3 kelompok. “Jeslyn,” panggil Dion ketiak melihatnya baru saja keluar dari rumah sakit. Jeslyn tersenyum lalu menghampiri Dion. “Ada apa?” tanya Jeslyn saat dia sudah berada di depan Dion.
“Kau ikut di mobilku, kita satu tim,” ucap Dion dengan senyum tipis.
“Baiklah,” Jeslyn memasukkan tangannya ke saku jas dokternya lalu mengikuti langkah Dion dari belakang.
Sebelum Jeslyn sampai di mobil yang dia naiki, tangannya sudah ditarik oleh seseorang. “Kau ikut denganku,” ucap Dave sambil menarik tangan Jeslyn. Jeslyn langsung menoleh lalu mengedarkan pandangannya untuk melihat sekitar.
Dia sangat terkejut dengan tindakan Dave yang tiba-tiba. “Dave.. Lepaskan..!” Dave tidak menghiraukan ucapan Jeslyn. Dia terus saja menarik tangan Jeslyn menuju mobilnya. “Dave Lepaskan!” teriak Jeslyn lagi. Dia tidak ingin kalau sampai ada yang salah paham pada mereka.
“Tunggu! Apa kau tidak dengar dia memintamu untuk berhenti.” Seketika langkah Dave langsung terhenti ketika tangannya ditahan oleh seseorang. Dave menoleh dengan wajah marah. “Jangan ikut campur urusanku!” ucap Dave dengan suara tinggi.
“Apa kau tidak lihat kalau dia kesakitan karena kau menarik tangannya?” Dion menatap tajam pada Dave yang tampak belum juga melepaskan tangan Jeslyn. “Dion, aku bisa mengatasinya. Kau tidak perlu ikut campur. Pergilah,” ucap Jeslyn sambil menatap Dion. Dia tidak ingin kalau ampe Dave lebih marah lagi.
“Aku tidak akan pergi tanpamu. Kita akan pergi bersama, apa kau lupa kita satu tim. Kau harus ikut denganku.” Dion tidak mau membiarkan Jeslyn pergi dengan Dave.
Dave tersenyum mengejek. “Kau tidak punya hak untuk membawanya. Dia akan ikut denganku.” ucap Dave.
Dion menghempaskan tangan Dave. “Kau pikir kau punya hak untuk membawanya?”
“Dion, sudah.. Tolong tinggalkan kami berdua. Aku akan menyelesaikannya sendiri,” Jeslyn berusaha untuk membujuk Dion agar dia tidak memperpanjang masalah. Dion tampak mengabaikan permintaan Jeslyn.
Dave menyeringai. “Apa kau tidak tahu siapa aku?” tanya Dave dengan angkuh.
“Jangan kau pikir aku takut denganmu hanya karena kau pemilik rumah sakit ini.” Dion merasa emosi ketika melihat Jeslyn ditarik paksa oleh Dave.
Dave berdiri dihadapan Dion dengan tatapan tajam tertuju padanya. “Sepertinya kau belom mengerti akan posisimu.”
“Aku tahu betul di mana posisiku. Seharusnya aku yang mengatakan itu pada anda. Bukankah anda sudah menikah? Tidak seharusnya anda membawa Jeslyn bersama dengan anda. Itu akan menimbulkan rumor buruk nantinya.”
Dave menatap tajam pada Dion. “Itu bukan urusanmu. Lebih baik kau fokus saja pada urusanmu sendiri.”
Jeslyn menarik tangan Dion menjauh dari Dave. “Dion, tolong tinggalkan kami berdua. Aku janji akan jelaskan padamu nanti,” ucap Jeslyn memohon.
Dion diam sejenak. Dia menoleh pada Dave dan menatap tajam padanya, kemudian beralih pada Jeslyn lagi. “Jeslyn, aku harap kau tidak menutupi sesuatu dariku.”
Dave tampak masih berdiri memperhatikan gerak-gerik mereka. “Iyaa, nanti pasti akan aku ceritakan semuanya,” janji Jeslyn.
“Baiklah, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa jangan lupa langsung hubungi aku.” Jeslyn mengangguk cepat. Dion berjalan meninggalkan Jeslyn dengan dengan wajah tanpa senyum.
Jeslyn menghampiri Dave lagi, setelah Dion pergi. “Dave, kenapa kau menarikku tadi?”
Dave beralih menatap Jeslyn. “Kau ikut dengan mobilku!” ucap Dave tegas. “Maaf Dave, aku tidak bisa. Apa kata mereka jika aku ikut dengan mobilmu! Mereka akan curiga nanti padaku.”
Dave manatap marah pada Jeslyn. “Aku tidak akan membiarkanmu satu mobil dengan pria itu..!”
Jeslyn berjalam mendekati Dave. “Dave, kamu harus mengalah kali ini. Aku tidak hanya berdua dengan Dion di mobil. Lagi pula dia sudah sering mengantarku pulang, jadi bukan hal baru lagi, jika aku semobil dengannya,” jelas Jeslyn dengan hati-hati.
Dave tampak berpikir sambil menatap istrinya. “Tolong Dave,” mohon Jeslyn lagi.
Dave memejamkan mata sejenak. “Baiklah.”
Jeslyn tersenyum lega. “Terima kasih Dave.”
Bersambung ..