Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Tiba-Tiba Harus Menikah
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ralina. Ia mengusap pipi Ares yang tampak memerah.
"Sekarang tidak apa-apa. Sudah sembuh setelah kamu sentuh," jawab Ares sedikit menggoda. Ia tersenyum, merasa senang sudah dikhawatirkan oleh seorang Ralina.
Ralina tersenyum. Entah mengapa ia ikut merasa sakit padahal Ares yang kena tampar. Menurutnya ucapan dan perbuatan wanita itu sudah keterlaluan. Tidak puas menampar masih mempermalukan orang lain di depan umum.
"Seharusnya kamu tidak mengambil pekerjaan ini. Orang kaya kalau marah mengerikan."
Ares tertawa kecil merasa perkataan Ralina terdengar lucu. Ia memang mengambil pekerjaan itu menggantikan temannya yang ada urusan mendadak.
"Tidak apa-apa. Aku memang sengaja mengambil pekerjaan ini agar bisa bertemu denganmu."
"Ralin ... Ralin ...."
Ari arah kejauhan Friska dan Zia berteriak memanggil-manggil Ralina.
"Mungkin acaranya mau dimulai. Cepat ke sana!" pinta Ares.
"Ya, aku ke sana dulu!"
Ralina membawa keranjang bunganya dan berjalan cepat menghampiri kedua teman kakaknya.
"Mau mulai, ya?" tanyanya.
"Cepat! Tidak ada waktu untuk bercerita! Ada masalah penting!"
Tanpa banyak kata, Friska langsung menarik tangan Ralina. Mereka bertiga berjalan dengan langkah yang cepat. Setibanya di ruang pengantin wanita, sudah banyak orang. Kedua pihak keluarga berkumpul di sana dalam suasana yang terasa menegangkan.
"Papa!" teriak Ralina saat melihat ayahnya terkapar di lantai sambil merintih kesakitan memegangi dadanya. Ia langsung berlari menghampiri ayahnya.
Entah apa yang sudah terjadi sampai kondisi ayahnya seperti itu. Ibu dan adiknya memegangi sang ayah yang kondisinya sepertinya serius. Sementara, Tristan dan kedua orang tuanya ada di sana tapi tampak acuh. Ralina mencari-cari kakaknya namun tampaknya tidak ada di sana.
Ibunya hanya bisa menangis tersedu-sedu sembari memeluk ayahnya.
Orang-orang selain kedua pihak keluarga satu per satu keluar ruangan hingga tersisa mereka. Pintu ruangan tertutup kembali.
"Kenapa ini? Ada apa?" tanya Ralina khawatir.
"Kak ... Kak Karina kabur," jawab Rafael lirih.
"Apa?"
Badan Ralina langsung gemetar. Seketika ia bisa menyimpulkan semua ini terjadi karena ulah kakaknya. Tapi, sangat tidak masuk akal tiba-tiba Karina pergi. Sebelumnya sang kakak tampak sangat bahagia bersama teman-temannya.
"Sayang, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Emili.
"Entahlah, aku juga tidak mengerti." Leonardo menggelengkan kepalanya.
Kedua orang tua Tristan tampak pasrah dengan masalah yang terjadi.
"Tolong ... Jangan gegabah ... Karina pasti akan ditemukan. Ini ... Pasti hanya salah paham."
Dengan terbata-bata, ayah Ralina berusaha bicara sembari menahan sakitnya.
"Tristan, bagaimana ini?" tanya Leonardo kepada putranya.
Tristan masih tak mau berbicara. Ia justru membuang muka. Tampak jelas lelaki itu memendam kemarahan dan kekesalannya.
Pintu ruangan kembali terbuka. Hamin masuk membawa gaun pengantin yang sebelumnya dipakai Karina.
"Maaf, Pak. Saya hanya menemukan ini di ruang ganti sebelah. Tapi sudah koyak."
"Saya juga menemukan surat ini."
Hamin memberikan gaun dan secarik kertas tersebut kepada Tristan.
Dear, Tristan.
Maafkan aku. Aku tidak bisa menikah denganmu.
Karina.
Kekesalan semakin terlihat di wajah Tristan. Ingin rasanya ia menghancurkan setiap benda yang ada di sana setelah membaca surat itu. Sungguh, itu adalah penghinaan terbesar di dalam hidupnya.
"Apa ini maksudnya? Putri kalian sengaja melakukan ini? Kalian ingin mempermalukan kami?"
Emili ikut emosi membaca surat dari Karina. Apalagi gaun pengantin yang sudah dipesan jauh-jauh hari itu kini tak berbentuk.
"Sayang, ini benar-benar keterlaluan!" Emili mengadu kepada suaminya.
"Tidak, Karina tidak mungkin seperti itu!" Laurent tidak percaya putrinya kabur di hari pernikahan.
"Karina ... Karina ...." John merasa dadanya semakin sakit. Tidak disangka putri kesayangannya tega melakukan hal semacam itu padanya.
"Aku benar-benar tidak mengerti apa rencana putrimu, John. Aku kecewa sekali. Apa mungkin kamu ingin memusuhi aku?"
Leonardo melemparkan gaun dan memo yang Karina tinggalkan di hadapan John. Laurent mengambil kertas tersebut dengan gemetar. Putrinya benar-benar telah kabur.
"Kami ... Sungguh tidak tahu ... Ini bisa terjadi," ucap John.
"Entahlah. Putrimu sudah mengacaukan semuanya. Di luar sana ada banyak rekan bisnis kita. Kamu pasti sudah tahu apa yang akan terjadi besok setelah pernikahan ini batal." Perkataan Leonardo terdengar memojokkan.
"Seharusnya sejak awal aku tidak menyetujui pernikahan ini. Firasatku memang sudah tidak baik," imbuh Emili.
"Tolong ... Jangan batalkan pernikahan ini ...." Laurent memohon-mohon sembari menangis sesenggukkan. Ia bisa membayangkan jika pernikahan itu gagal, keluarganya akan langsung jatuh miskin. Tristan tidak akan lagi mau membantunya.
"Tristan ... Tolong ... Maafkan Karina. Jangan membatalkan pernikahan ini ...."
Tristan memijit keningnya. Ia tak bisa berpikir lagi. Karina sudah sangat mengecewakannya.
"Bagaimana bisa pernikahan ini tetap dilanjutkan? Karina saja tidak menginginkannya."
"Kecuali ... Ada yang bisa menggantikan Karina."
"Tidak ada jalan lain lagi agar kita semua tidak dipermalukan."
Tatapan Laurent dan John langsung mengarah pada Ralina.
Ralina merasakan firasat yang tidak enak.
"Ralina ... Kamu mau membantu keluarga kita, kan?" bujuk John.
Tiba-tiba Ralina merasa ketakutan.
"Pa ...."
"Ralina, kalau kamu mau berterima masih kepada orang tuamu ini, bantulah kami ... Gantikan kakakmu." Laurent ikut membujuk Ralina.
Air mata Ralina mengalir. Ia gemetar. Tiba-tiba saja ia disuruh untuk menikah menggantikan kakaknya.
"Papa, Mama ... Aku tidak mau," tolaknya.
John meraih tangan Ralina. "Papa mohon, Ralina ...," pintanya putus asa.
Ralina merasa bimbang. Ia benar-benar tidak ingin menyetujuinya. Ia tidak mau menikah.
"Kalau memang tidak ada solusi, biar aku sendiri yang membubarkan pernikahan ini," ucap Tristan dengan tegas.
"Sayang, jangan!" cegah Emili.
"Tidak apa-apa, Mom. Paling orang-orang hanya akan mengejek satu dua bulan. Aku bisa menghadapinya."
"Ayo, Hamin!" ajak Tristan.
"Aku mau!"
Seruan Ralina menghentikan langkah kaki Tristan yang hendak pergi meninggalkan ruangan itu. Tristan menoleh ke belakang, memandangi wajah gadis yang berderai air mata itu.
"Ayo ... Kita menikah," ucap Ralina dengan bibir yang bergetar.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil