Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22 siapakah yang datang?
Keesokan harinya, sepulang kuliah, aku sampai di parkiran kampus dan baru saja akan memakai helmku.
Ting...
Suara pesan masuk menyadarkanku. Tanpa pikir panjang, aku meraih ponsel dan memeriksanya. Ternyata, pesan dari Ibuku.
[Pulang kuliah nanti pulang dulu ke rumah.]
Pesan itu singkat, tanpa basa-basi, langsung to the point. Tanpa alasan jelas, tapi entah kenapa, ada yang terasa berbeda.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, pikiranku penuh tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi ? Jarang-jarang Ibu memintaku pulang dengan nada seperti itu. Jangan-jangan ada hubungannya dengan Salsa ? Atau mungkin... tante Linda kembali datang mengunjungi rumah ku seperti waktu itu ?
Begitu sampai di rumah, suasana terasa janggal. Ibu sudah duduk di ruang tamu, menungguku dengan ekspresi yang sulit aku artikan.
"Mah," sapaku dengan nada ragu. aku pun masuk ke dalam rumah dengan perlahan.
"Kamu duduk," ucap Ibu tanpa senyum, suaranya tegas namun datar.
Aku menurut. Rasanya seperti seorang terdakwa di pengadilan yang sedang menunggu vonis.
"kenapa nih Mah, tumben banget mamah serius ?" tanyaku, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang.
Namun Ibu langsung menyerang dengan pertanyaan yang membuatku terkejut.
"Siapa perempuan tadi ?" tanya ibukku.
Aku mengerutkan dahi, kebingungan.
"Perempuan apa ?" tanyaku, tak memahami maksud Ibu.
"Yang tadi siang datang ke rumah ini." jawabnya, nada suaranya mulai naik.
Aku semakin bingung. Aku bahkan tak tahu siapa yang dimaksud Ibu.
"Perempuan yang mana, mah ?" tanyaku.
Ibu mendengus keras, tampak kesal.
"Mamah nggak kenal. Tapi dia jelas jelas nyari kamu. Farel, kamu ini nggak macam-macam, kan ? kamu nggak nyakitin Salsa, kan ?"
Saat mendengar nama Salsa disebut, aku makin bingung.
"Mamah ngomong apa sih ? Aku nggak tahu apa-apa soal perempuan yang mamah maksud."
Namun Ibu tetap menatapku tajam, seolah aku sedang berbohong.
"Jangan bohong kamu ! Mamah nggak bodoh. Kamu itu udah nikah sama Salsa."
"Iya mah, aku juga tau. Gak mungkin aku juga deketin cewek lain kan ?" tanyaku, walaupun aku merasa sedikit takut.
Aku terdiam, selama itu pun otakku mulai bekerja keras. Siapa perempuan yang datang tadi siang tadi ? Tiba tiba satu nama langsung muncul di kepalaku.
Alesha.
Jangan jangan dia yang datang ke rumahku, aduh. Bagaimana kalo ibu sudah membeberkan tentang pernikahanku pada alesha karna mengira alesha sedang dekat denganku ? Rahasia kita terbongkar dong, dan salsa akan sangat marah padaku.
"Apa mamah ada ngomong tentang pernikahanku dengan salsa ?" tanyaku hati-hati, cemas ada sesuatu yang lebih besar yang tak Ibu ceritakan.
Ibu menggeleng pelan, tapi raut wajahnya tiba-tiba berubah. Seperti ada yang ia sembunyikan.
"Mamah gak ngomong apa apa." jawab ibukku dengan nada yang sedikit ragu.
Aku menarik napas panjang, bingung harus berkata apa lagi. Bagaimana aku bisa menjelaskan kalau tak ada seorang pun, bahkan teman-temanku, yang tahu aku sudah menikah dengan Salsa ?
Aku pun beranjak,
"Mau kemana kamu ?" tanya ibu dengan tatapan tajam.
"Pulang ke rumah salsa." jawabku,
"Jangan ke mana mana lagi kamu." ucap ibu seolah aku ini anak kecil yang nakal.
"Iya mah." ucapku.
Setelah berpamitan, aku mulai melajukan motor namun bukan ke rumah salsa. Ada urusan yang harus aku selesaikan dulu.
Setelh berhenti di pinggir taman komplek, tanpa pikir panjang, aku langsung menghubungi no Alesha dengan melakukan panggilan telpon saat ini juga.
Tut tut tut
Terdengar nada sambung dan tak berapa lama panggilan pun di angkat.
"Hallo." sapa alesha dari sebrang telpon.
"Hallo sha, kamu di mana ?" tanyaku memulai.
"Masih di kampus, kenapa ?" tanya alesha.
"Aku perlu ketemu,"
"Ada apa farel ?" tanya alesa penasaran.
"Ada hal yang mau aku tanyain sama kamu sha." jawabku.
"Ehmm.." Alesha bergumam tampaknya dia ragu.
"Gimana ?" tanyaku lagi. Setelah beberapa saat.
"Oke. Dimana ?" tanya alesha.
"Tempat kerjaku seperti biasa." jawabku.
Alesha menyanggupi, telpon pun di matikan. Aku segera melajukan motorku menuju kafe tempatku kerja part time.
Dalam perjalanan, suasana hatiku sudah tak tenang.
Hingga akhirnya aku pun sampai di kafe yang di maksud. Alesha sudah berada di sana lebih dulu, kafe itu memang terletak dekat dengan kampus jadi alesha tak perlu waktu lama untuk bisa sampai disana.
Saat masuk ke dalam kafe, alesha tampak tersenyum kepadaku.
Aku pun duduk di sebrang tempat duduk perempuan itu,
"Farel." sapanya, aku hanya mengangguk.
Alesha sesekali melirik ke luar jendela. Aku bisa merasakan ketegangan yang terpendam darinya. Aku tahu Alesha juga merasa ada yang tidak beres, meski dia terus berusaha untuk terlihat santai.
Sebelum memulai obrolan, kita pun memesan dua cangkir kopi dan tak berapa lama pesanan pun datang.
Aku menatap Alesha, mencoba mencari tahu apakah dia akan mulai bicara atau apakah aku yang harus memulai.
"Maksud tujuan ku ngajak kamu ketemu dadakan, karna ada yang mau aku tanyain sama kamu sha, penting," ucapku dengan suara sedikit bergetar karena kekhawatiran.
"Nanya apaan sih ? Bikin penasaran aja." ucap alesha masih menerka nerka.
"Apa kamu dateng ke rumahku tadi siang ?" tanyaku.
"Hah ?" tanya alesha seolah tak percaya dengan pertanyaan yang aku katakan.
"Kamu ngajak aku ketemu cuma mau nanyain ini farel ?" tanya alesha seraya tersenyum, kepanikan di wajahnya seolah hilang seketika.
"Sha aku serius, jawab aja." ucapku dengan wajah serius.
Alesha menarik napas panjang, menatapku dengan tatapan serius yang tak bisa kusebutkan dengan pasti.
"Farel, gimana aku bisa dateng ke rumahmu, sementara aku aja gak tau alamat kamu di mana. Kenapa kamu bisa nanya itu sama aku ?" tanya alesha.
Aku menatapnya, mencoba mencari kejujuran dalam matanya.
"Kamu gak bohong kan, sha ?" tanyaku.
Suasana semakin tegang, dan aku bisa merasakan bahwa Alesha berjuang keras untuk tidak mengungkapkan sesuatu yang penting.
"Farel," jawabnya akhirnya, suaranya pelan,
"Aku benar-benar nggak tahu soal itu." ucap alesha.
Jawabannya membuatku terdiam. Tapi rasa curiga itu semakin menguat. Aku merasa ada yang disembunyikan, tapi Alesha bersikeras tidak tahu apa-apa. Aku bisa melihat dari ekspresinya bahwa dia tidak sedang berbohong, namun sesuatu dalam dirinya menghalanginya untuk berbicara lebih lanjut.
"Apa ada cewek yang dateng ke rumahmu ?" tanya alesha.
"Gak tau sha, makanya aku nanya sama kamu." jawabku.
"Kamu lagi ada masalah apa sih ? Coba cerita sama aku." ucap alesha. Ah perempuan itu memang selalu bisa memahami egoku, padahal aku sangat ingin salsa yang bisa melakukan hal itu.
"Gak ada sha." jawabku.
Aku tak mungkin menceritakan yang sebenarnya terjadi kan ? Kalo begitu alesha juga bakal tahu tentang pernikahanku.
Jika bukan alesha yang datang ke rumahku, lalu siapa ? Aku takut ibukku sudah terlanjur menceritakan pernikahanku pada wanita yang di katakan ibu datang ke rumah malah menyebarkan rumor itu di kampus. Aku tak masalah namun salsa pasti marah besar padaku.
Semoga saja ketakutanku tak terjadi.
"Farel, kamu baik baik aja kan ?" tanya alesha membuyarkan lamunanku.
"Eh.. Aku baik baik aja kok." jawabku langsung tersadar.
"Kalo kamu punya masalah jangan ragu cerita sama aku, siapa tau aku bisa bantuin kamu." ucap alesha.
"Nggak ada sha." jawabku.
Lebih baik aku tak menceritakan apa apa kepada siapapun.
"Yaudah, aku rasa juga gak ada yang perlu kita omongin lagi sha, aku pulang ya." ucapku seraya bersiap akan beranjak.
"Buru buru banget, kopi nya belum di minum tuh." ucap alesha.
"Iya, aku masih ada urusan nih. Lain kali aja kita ketemu lagi ya." ucapku buru buru.