Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Meminta Restu
Assalamu'alaikum sahabat fillah, selamat membaca
***
Pagi harinya, Fian melihat Syena sudah siap dengan pakaian kerja, Fian menghampiri Syena.
"Kamu mau kerja?" Tanya Fian pada Syena, baru semalam dia melihat Syena tak berdaya, namun pagi ini dia melihat Syena begitu segar.
"Iya, aku sudah jauh lebih baik dari kemarin Fian. Aku tidak mau libur terlalu lama, banyak pasien yang membutuhkan aku."
"Lama apanya? Kamu baru libur sehari Syena, dan dokter anak di rumah sakit itu bukan hanya kamu."
"Fian, aku tidak mau tiduran terus di rumah, aku harus bekerja."
"Aku sanggup menghidupi mu dan anak kita, kenapa kamu tidak berhenti saja dari pekerjaan ini?"
"Aku tidak mau Fian, ini merupakan cita-citaku dari kecil, aku susah payah mencapainya, aku mohon, tolong jangan halangi karirku ya." Fian menghela nafasnya.
"Baiklah, apa kamu sudah minum obat?"
"Sudah, ayo kita sarapan dan kamu lebih baik pulang ke rumah Naima ya, aku mohon Fian, kasihan Naima, aku janji, aku akan menjaga kesehatan dan memberi kabar setiap waktu padamu." Bujuk Syena pada suaminya, Fian tampak berpikir sejenak lalu menyetujui permintaan Syena.
"Baiklah, hari ini aku akan pulang, aku mohon sama kamu, jika ada apa-apa, cepat kabari aku."
"Insyaallah aku akan selalu mengabari mu."
Setelah selesai sarapan dan mengantarkan Syena ke rumah sakit, Fian pulang ke rumah Naima, istri dan anaknya menyambut Fian dengan wajah cerah dan gembira. Fian mencium singkat bibir dan kening Naima seperti biasa, dia memeluk Naima dan Sofi, baru setelah itu memeluk Rayyan.
Naima menghidangkan makanan untuk suaminya, Fian memakan apa yang telah disajikan oleh Naima.
"Apa Sofi rewel?"
"Sedikit, kadang malam dia tidak tidur, ya sama seperti Rayyan dulu, suka begadang."
"Kamu lelah nggak?"
"Nggak, kenapa memangnya?"
"Aku merindukanmu Naima." Naima tersenyum, dia mengerti dengan permintaan suaminya itu, dia meminta Rayyan untuk bermain sendiri dan menaruh Sofi yang sudah tertidur di dalam box bayi, Naima menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri pada Fian, mereka menghabiskan kemesraan dalam kamar.
Fian memeluk tubuh polos Naima di balik selimut, Fian menciumi pundak polos Naima.
"Maafkan aku Naima, aku sudah membuatmu kehilangan waktu bersama diriku." Naima tersenyum lalu menatap suaminya.
"Aku tidak masalah, selama ini kamu tidak pernah meninggalkan aku dan anak-anak, ya karena tuntutan pekerjaan, kamu harus meninggalkan kami dan aku tidak akan mempermasalahkan hal itu, yang penting suamiku ini fokus bekerja dan selalu menghubungi kami, itu sudah cukup." Jawab Naima sambil tersenyum.
"Apa yang kamu inginkan saat ini?"
"Tidak ada."
"Apa kamu tidak ingin belanja atau sebagainya?"
"Tidak suamiku, aku hanya ingin bersama dirimu saja hari ini, sudah dua hari kamu nggak di rumah, kami merindukanmu."
"Bagaimana kalau nanti sore kita keluar jalan-jalan? Kamu pasti suntuk di rumah kan."
"Benarkah?"
"Iya."
"Iya, aku memang ingin jalan-jalan keluar." Fian memeluk Naima, dia memejamkan mata karena lelah dengan aktifitas panas tadi bersama istrinya.
"Apakah aku bisa berbuat adil pada mereka?" Pikir Fian.
***
"Dokter Syena, apa kabar?" Seorang pria memasuki ruangan Syena, Syena begitu bahagia dengan kehadiran pria itu, dia memeluk erat pria yang ada di hadapannya.
"Abrar, aku merindukanmu." Syena menangis dalam pelukan pria yang merupakan kakak kandung Syena, dia Abrar.
"Aku sudah mendengar mengenai dirimu dari abi dan ummi, kenapa kau bisa salah langkah seperti ini Syena? Kau kebanggaan dalam keluarga kita, tapi kenapa kau berbuat dosa besar begitu?"
Mereka saat ini sedang duduk berhadapan, Syena tak sanggup menatap mata Abrar. Dia bingung harus mengatakan apa pada Abrar mengenai dirinya, ditambah lagi kalau saat ini dia sudah menikah dengan Fian, ayah kandung dari putranya.
"Maafkan aku, wallahi aku tidak pernah berzina dengan siapapun, Azad bukanlah anak hasil zina Abrar." Abrar menatap lekat adiknya, dia menunggu penjelasan dari Syena.
"Lalu? Bagaimana bisa kau hamil tanpa suami?" Syena menceritakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Fian.
"Kenapa kamu tidak bilang dari awal mengenai hal ini Syena? Semua keluarga sudah berpikir dan menilai buruk dirimu."
"Jika aku menceritakan hal ini dari awal, tidak akan ada yang percaya padaku, semua orang pasti akan menilai aku berbohong."
"Dari kecil kamu tak pernah berbohong Syena, kami pasti mempercayaimu kalau kamu mengatakan hal ini dari awal, kamu tidak akan menerima amukan dari kedua orang tua kita."
"Sekarang semuanya sudah terjadi Abrar, aku sudah menjalani semuanya."
"Kita harus mengatakan semuanya pada abi dan ummi mengenai hal ini, mereka berhak tau."
"Mereka membenciku."
"Tidak Syena, semenjak kepergian mu tiga tahun yang lalu, abi sering sakit dan ummi sering menangis memikirkanmu, mereka merindukanmu Syena, abi memintaku datang ke sini untuk menjemputmu."
"Tapi bagaimana dengan suamiku?"
"Kalian harus meminta restu dari kedua orang tua kita, abi pasti akan menerima pernikahanmu Syena."
"Aku akan pikirkan semua itu, untuk saat ini mungkin aku tidak bisa pergi ke Marocco dulu, aku masih sibuk dan pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan, tolong berikan aku waktu untuk menghadap abi dan ummi."
"Baiklah, aku akan pulang dan memberitahu mereka nanti, sekarang mana keponakanku? Aku ingin bertemu dia."
"Dia ada di rumah sekarang, biasanya memang aku bawa kerja, akhir-akhir ini sering aku tinggalkan di rumah."
"Aku ikut prihatin atas semua yang terjadi padamu Syena, aku juga baru mengetahui hal ini semenjak pulang bertugas sebulan yang lalu, aku kaget dan bingung harus berbuat apa. Karena kau adikku yang paling shalihah, aku tidak yakin jika kau berbuat sehina itu."
"Terima kasih telah mempercayaiku Abrar."
"Aku ingin bertemu dengan suamimu, aku ingin melihat pria seperti apa dia yang sudah berhasil menaklukkan hati adik kesayanganku ini." Syena tersenyum, dalam senyumnya terlihat beban yang begitu berat, dia tidak mungkin mengatakan pada Abrar kalau sekarang Fian ada di rumah istri lainnya.
"Iya, nanti kalian pasti akan bertemu."
"Kalau begitu aku ingin menemui keponakan ku dulu, berikan alamatmu." Syena memberikan alamatnya pada Abrar, pria itu pergi dari rumah sakit menuju Syena.
Syena segera menghubungi Fian yang sat ini sedang menghabiskan waktu bersama dengan Naima. Fian mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar, dia melihat kalau Syena yang menghubunginya.
Dengan sangat hati-hati, Fian beranjak dari samping Naima yang tengah tidur, dia menuju ke taman belakang untuk menerima panggilan dari Syena. Setelah diperhatikan tidak ada siapa-siapa, Fian mengangkat panggilan Syena.
"Wa'alaikumsalam, ada apa Syena?" Tanya Fian setelah menjawab salam dari Syena.
"Apa bisa kamu datang ke rumah sakit hari ini? Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu Fian."
"Bisa, aku akan segera ke sana."
Fian bersiap untuk pergi ke rumah sakit, dia segera mandi dan berpakaian dengan rapi tanpa membangunkan Naima terlebih dahulu, dia pergi diam-diam tanpa sepengetahuan Naima dan Rayyan.
Sekitar 30 menit di perjalanan, akhirnya Fian sampai di ruangan Syena, karena pasien Syena tidak banyak, jadi dia bisa sedikit bersantai.
Fian memeluk Syena dan memeriksa keadaan istrinya dengan seksama.
"Kamu sakit lagi?"
"Bukan, duduklah dulu, ada yang ingin aku sampaikan padamu." Mereka berdua duduk, Fian mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Syena.
"Tadi kakakku, Abrar, datang ke sini untuk menemuiku, aku sudah mengatakan semuanya pada Abrar mengenai kita tapi aku belum bilang kalau kamu memiliki istri lain selain aku, aku bingung harus bilang apa."
"Apa yang kamu katakan padanya?"
"Aku bilang kalau Azad bukanlah anak hasil zina, aku dan kamu dinikahkan, lalu kita memiliki seorang anak, karena aku takut untuk mengatakan pada abi, jadi aku menyembunyikan kamu dari keluargaku, aku tidak bilang kalau kamu pernah menceraikan aku dan memiliki istri lain."
"Syena, mungkin memang ini saatnya kita jujur pada keluarga kita Syena, dengan begitu, kita bisa menjalani kehidupan kita dengan layak tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini."
"Tidak Fian, aku tidak mau, abi adalah orang yang amat keras, dia tidak akan bisa menerima pernikahan kita jika tau kalau kamu memiliki istri lain selain aku." Fian juga ikut bingung, apa yang harus dia perbuat agar masalah ini tidak runyam.
"Abrar ingin bertemu denganmu hari ini karena besok dia akan kembali ke Marocco."
"Baiklah, aku akan menemuinya, aku akan mencari alasan untuk bisa ke rumahmu, kamu harus tenang ya, jangan banyak pikiran, aku tidak mau dirimu kenapa-napa." Syena mengangguk, untuk saat ini hatinya sedikit tenang.
***
Malam ini Fian dan Abrar bertemu, mereka bicara bertiga dengan Syena mengenai pernikahan mereka yang selama ini disembunyikan oleh Syena.
"Aku kecewa padamu Fian, kenapa saat itu kau tidak menemui keluarga kami, harusnya kau datang dan mengatakan pada kami kalau kalian berdua sudah menikah, jadi kami tidak akan berpikiran buruk mengenai Syena." Ujar Abrar dengan tenang dan tegas.
"Aku mengakui kalau itu semua memang kesalahanku, aku minta maaf, aku sudah menikahi Syena tanpa memberitahu keluarganya."
"Sudahlah, lupakan yang sudah berlalu, pernikahan kalian harus diresmikan oleh keluarga besar kita dan abi pasti akan sangat senang melihat Syena saat ini, apalagi sekarang Syena tengah hamil anak kedua." Kata Abrar sambil tersenyum pada Fian dan Syena.
"Iya, aku pasti akan menemui keluarga besar Syena dan meminta restu."
"Bagaimana kalau dalam waktu dekat ini kalian ke Marocco? Kita harus menjelaskan semua ini pada keluargaku." Fian dan Syena saling pandang, mereka juga bingung harus mengatur waktu untuk pergi ke Marocco.
"Baiklah, minggu depan aku akan membawa Syena ke Marocco." Syena menatap Fian tak percaya.
"Kamu serius?" Tanya Syena.
"Aku serius Syena, kita akan menemui keluarga besarmu."
"Itu lebih baik, aku yang akan mendampingi kalian nanti di sana, percayalah, orang tua kita pasti akan merestui pernikahan kalian." Ucap Abrar meyakinkan Fian dan Syena.
***
Beri dukungan dengan vote serta komentar ya 😊 suara kalian sangat berharga.
Visual tokoh bisa lihat di sosial media author
Ig : velinaselina02
Tiktok : vebigusriyeni