Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Ya sudah lebih baik sekarang kita istirahat saja. Ingat, kamu sedang dalam keadaan mengandung sekarang. Aku juga harus mulai kembali berkerja besok." David menggiring tubuh Vika untuk segera masuk ke dalam kamar.
David membaringkan Istrinya terlebih dulu, sebelum akhirnya ia turut berbaring disisinya.
"Kamu yang sabar ya, semoga ada hikmah dibalik semua ini, aku berjanji akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kamu." David memeluk tubuh Istrinya yang masih terisak dari belakang.
Vika menggenggam erat tangan Suaminya, mencoba menguatkan diri atas semua cobaan hidup yang menimpanya kini.
***
Pagi kembali datang dan matahari mulai memancarkan sinarnya di ufuk timur.
Pagi itu Syarin yang terkejut dengan kehadiran Rama disampingnya, berteriak kencang dan refleks menendang tubuh Rama dari atas kasur.
Rama yang masih terlelap tentu saja terkejut bukan main, ia segera bangkit sambil mengusap pinggangnya dengan tatapan murka.
"Kamu sudah gila ya? Main tendang tubuh orang sembarangan!!"
"Maaf.. maaf.. tadi aku tidak sengaja, aku masih belum terbiasa bangun disebelah laki-laki." Syarin mengatupkan kedua lengannya didada.
"Untung saja kamu Istriku, kalau orang lain, sudah aku lempar ke Antartika." Rama terus mengusap pinggangnya sambil melangkah menuju kamar mandi.
"Kejam banget sih jadi orang." Syarin bergumam sambil tertawa kecil.
Bu Windy yang tengah menguping diluar pintu kamar, mengeratkan kepalan tangannya karena anaknya gagal melakukan malam pertama.
Ia berniat melakukan sebuah rencana hari ini agar menantu dan anaknya segera melakukan proses malam pertama.
***
Rama kini sudah nampak segar setelah keluar dari kamar mandi, Syarin sempat mematung beberapa saat ketika melihat deretan roti sobek diperut Rama.
"Kamu mandi gih! Aku ingin mengajak kamu jalan-jalan hari ini sebelum aku kembali disibukan dengan urusan kantor." Rama melangkah menghampiri Syarin lalu melempar handuk basah miliknya.
"Tidak Ibunya, tidak anaknya, bisanya hanya menyuruh-nyuruh saja." Hal itu membuat Syarin mengerucutkan bibirnya sambil bergumam menuju kamar mandi.
Syarin kini sudah nampak rapi setelah mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Rama diatas ranjang.
Hal itu berbanding terbalik dengan kebiasaan Istri-istri lainnya, yang justru ialah yang menyiapkan pakaian untuk Suaminya.
Syarin membolak-balikan tubuhnya didepan cermin sambil mengagumi kecantikannya sendiri.
"Edah selesai siap-siapnya?" Rama melongokan kepalanya dipintu kamar.
"Sudah Mas, sebentar lagi aku turun." Syarin meraih sebuah tas kecil dengan harga fantastis yang turut disiapkan Rama untuk melengkapi penampilannya.
Syarin yang tengah menuruni tangga kembali ditatap kagum oleh Ibu dan anak yang kini tengah menunggunya dimeja makan.
"Menantu Mami ini memang yang terbaik kalau sudah didandani. Masa kamu masih tidak tertarik sih melihat menantu Mami sudah secantik ini?" Bu Windy mengusap lembut rambut panjang Syarin.
"Dia cantiknya kalau Rama yang dandanin, Mami tidak tahu saja penampilannya sehari-hari seperti apa." Rama berkata setelah sempat melirik Syarin selama beberapa saat.
"Tapi kan sekarang dia sudah berubah, kamu coba lebih dekat dengan dia ya? Katanya mau cepat-cepat memberi Mami cucu?"
"Iya Mi, bagaimana kita mau cepat dekat kalau Mami selalu mengganggu privasi kami?" gerutu Rama.
"Ya Mami kan hanya mau mengawasi kalian saja agar tidak tidur terpisah lagi? Bagaimana semalam? Kalian sudah mulai membuat anak?" Tanya Bu Windy polos.
"Apa sih Mi? Memangnya membuat anak itu seperti membuat donat? Bisa langsung jadi dalam semalam." Kali ini Rama mulai jengkel dengan sikap Maminya yang terlalu frontal.
"Sudah ah, Rama akan pergi dengan Syarin hari ini, terserah Mami mau tetap disini atau pulang." Rama mengusap mulutnya dengan selembar tisu lalu segera bangkit dan meraih lengan Syarin.
"Pulangnya jangan malam-malam ya! Mami akan membuat pesta kecil-kecilan dirumah malam ini." Bu Windy berteriak saat Rama hampir tiba diambang pintu.
"Terserah Mami saja." Rama melambaikan tangannya tanpa menoleh.
***
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya Syarin dan Rama kini sudah tiba disalah satu pelabuhan kapal.
"Mau apa kita kemari?" Syarin menatap sekeliling yang terasa asing baginya.
"Sudah, tidak perlu banyak bertanya, kamu ikut saja. Aku yakin kamu pasti suka dengan tempatnya." Rama meraih lengan Syarin untuk menaiki sebuah kapal yang paling mewah diantara deretan kapal yang berbaris rapi disana.
Syarin merentangkan kedua tangannya diujung kapal bak tokoh perempuan dalam film Titanic setelah kapal mulai melaju ditengah laut.
"Bagaimana? Kamu senang hari ini?" Rama melingkarkan kedua tangannya diperut Syarin.
"Ya, sedikit." jawab Syarin malu-malu.
"Kamu akan lebih senang lagi saat kita sampai ditujuan kita." Rama berbisik lembut ditelinga Syarin membuat darahnya seketika berdesir cepat.
Setelah hampir 30 menit terombang-ambing ditengah laut, akhirnya kapal yang mereka tumpangi menepi disebuah pulau kecil yang nampak sepi tidak berpenghuni.
Namun, ada sebuah bangunan mewah dibawah rimbunnya pepohonan.
Rama segera menarik lengan Syarin menyusuri jembatan kayu yang merupakan satu-satunya akses untuk sampai dibibir pantai.
Syarin berdecak kagum saat menatap sekeliling, suasana indah nan asri membuat pikirannya menjadi tenang dalam sekejap mata.
Syarin kembali dibuat terpana setelah tiba teras sebuah rumah yang 80% dikelilingi oleh dinding kaca dengan fasilitas lengkap layaknya sebuah rumah ditengah kota.
Air yang bersih dan listrik yang menyala normal, hanya saja mereka tak memiliki stok makanan, karena Rama sengaja melakukan hal itu.
Selesai beristirahat sejenak dan berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai.
Rama segera mengajak Syarin ketepi pantai sambil membawa sebilah tombak yang cukup runcing.
"Kamu sering mengunjungi tempat ini?" Syarin bertanya saat melihat Rama seolah tidak asing dengan tempat ini.
"Ya, dulu saat aku masih kecil, aku diajarkan cara bertahan hidup oleh guruku disini. Aku diajarkan untuk mengolah makanan yang sudah disediakan alam untuk kita." Rama menjawab sembari menerawang jauh ketengah laut.
"Jadi, itu alasan kenapa kamu tidak membawa makanan sama sekali?"
"Yap, benar sekali, sekarang bantu aku menangkap ikan." Rama mulai menyusuri terumbu karang di tepi pantai.
Syarin menatap kagum saat Rama tengah fokus menangkap ikan, Rama memang selalu teliti dalam melakukan segala hal berkat didikan keras yang ia jalani sejak kecil.
Rama kini sudah berhasil menangkap cukup banyak ikan dan mengumpulkan beberapa kerang yang sekiranya aman untuk dimakan.
Setelah menepikan hasil tangkapannya kini ia kembali mengajak Syarin menjelajah hutan kecil disekitar pulau.
Rama memberitahukan beberapa jenis buah dan dedaunan yang sekiranya aman untuk dikonsumsi.
Tidak lupa ia juga menujukan beberapa tanaman yang beracun yang bahkan bisa menyebabkan kematian.
Rama dengan lincah menaiki sebuah pohon yang terdapat buah-buahan yang sudah cukup matang.
Rama Si Anak kota yang modis dan trendi kini berubah kepribadian menjadi Rama Si Anak petualang.
"Ternyata kamu bisa berubah menjadi jenius juga ya?" Syarin berjongkok sembari memangku dagu menatap Rama yang kini tengah mengumpulkan buah yang ia jatuhkan tadi.
"Kamu bahkan belum tahu semua keahlianku." Rama melirik Syarin seraya menarik sudut bibirnya.
Selesai mengumpulkan buah, dedaunan dan beberapa jamur yang dirasa cukup untuk mengisi perut mereka berdua.
Rama segera mengajak Syarin kembali, untuk mengolah makanan yang sudah ia kumpulkan.
Setibanya di villa Syarin kembali dibuat kagum saat Rama menunjukan keahliannya dalam memasak.
Dia kini hanya duduk memperhatikan sambil memangku dagu seperti sebelum-sebelumnya.
Syarin meneguk salivanya beberapa kali saat Rama mulai menyajikan makanan yang ia masak dihadapannya.
Semua bahan sederhana tadi diolah Rama menjadi sedemikian rupa.
Semua hidangan kini nampak mewah dan menggugah selera setiap orang yang menatapnya.
Bola mata Syarin membeliak sempurna saat satu suapan mendarat dimulutnya.
************
************
jadi penisirin.