Ketika dua insan penuh luka di pertemukan febian tereca gadis dengan senyum indah nya namun menyimpan luka di dalam hati nya dengan jonathan christian wijaya lelaki tegas berwibawa membawa kisah pilu di dalam hidup nya akankan mereka berakhir bahagia atau akan semakin terluka
"tata hanya ingin bahagia kenapa susah banget" Jonathan christian.
"aku juga berantakan tapi tidak pernah meminta orang lain untuk memahami ku" febian tereca.
"kita adalah dua luka yang berakhir duka" best x bad house
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsnotme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Beberapa tahun yang lalu, sesosok gadis cantik dengan rambut dibawah baju pitam pekat nan bergelombang sedang berjalan penuh wibawa menyusuri lorong lantai satu.
Tap Tap tap.
Setiap langkah nya menunjukkan bahwa gadis itu tidak bisa di usir ketenangan nya. Aura tegas nya sangat terlhat, Namun hal itu tidak membuat orang orang menyukai keberadaan nya.
Fakta bahwa dia adalah Queen of teknikal angkatan nya dan pacar dari salah satu anggota resimen kesayangan pelatih membuat nya mendapat banyak tatapan sinis dari sesama kaum hawa.
"Kok bisa yah kak dimas suka sama dia kan dia urakan" siswi A
"Tau tuh padahal kak dimas itu siswa paling di sayang sama pelatih. Kak dimas siswa rajin lah dia?" siswi B
"Tapi kan sekarang kak dimas udah deket sama Trisna" siswi C
"Iya apa lagi Trisna sekarang lagi persiapan mau ikut daftar resimen kan berarti mereka cocok" Siswi A.
Tidak menghiraukan bisikan kaum setan, gadis itu yang tidak lain adalah febi di masa sekolah tetap melangkah menuju kelas nya di lantai 2, kelas 11 teknik
Sementara itu di lain sisi seorang pemuda tengah mengalami pembullyan oleh kelas 12 teknik, kelas dimas.
"Woy laki bukan lu letoy bener" Tanya kakak kelas itu, ia adalah salah satu teman kelas nya dimas.
"Jangan jangan lu gay lagi?" Sahut kakak kelas yang satu nya.
"Masak iya dia sembunyi di belakang nya cewek mulu malu sama otong lu"
Meskipun tengah di hina pemuda itu diam saja tetapi pandangan nya mengarah kepada seorang gadis yang kepala nya ditaruh ke pangkuan kakak kelas yang dia kenal.
Dimas, kakak kelas yang tengah membiarkan siswi itu menidurkan kepala nya di pangkuan dimas.
"Heh" plak.
Kakak kelas itu menampar kecil pipi pemuda yang dibully itu.
"Napa lu liatin dimas mulu pengen?" Mereka tertawa mengejek korban nya padahal bukan itu yang dia maksud hanya aja, sih korban kawatir kalau sama teman nya kesini untuk membela dia tapi malah sakit hati melihat pemandangan kekasih nya dengan gadis lain.
seorang pemuda bertubuh gemuk tengah berlari tergesa gesa menuju kelas 11 teknik guna mencari seseorang.
Brakk.
Pemuda gemuk bername tag udin mendobrak pintu kelas 11 teknik dengan kencang.
"Cok bisa slow ga lu" Sentak Izal tidak terima, dia baru saja memejamkan mata nya tetapi terganggu suara dobrakkan pintu.
"M Maaf Izal, A aku cari Febi" Udin gemetar mendengar suara Izal yang terlihat emosi.
"Ada apa din?" Tanya gadis cantik yang duduk di bangku paling depan didepan meja guru pas.
"Rama di bawa ke kelas 12 teknik" Jawab udin. Hal ini sudah biasa terjadi setiap Rama mendapat pembullyan Febi akan jadi penyelamat nya, hal itu membuang para abang nya febi di kelas tidak menyukai Rama apaan cowok kok sembunyi di belakang cewek di belakang adik nya mereka pula.
"Bisa ga sih dia bela diri sendiri udah kelas 11 masih ada kek gitu mo sampai kapan?" Izal berseru tidak terima.
"Udahlah zal gue keluar dulu" Febi keluar kelas melangkah ke lantai 3 yang memang lantai untuk kelas 12 dengan Udin mengikuti nya dibelakang dengan kepala menunduk ke bawah lantai.
Ketika sampai di depan kelas 12 teknik Febi menendang pintu kelas itu.
Brukk.
Semua orang yang ada dikelas itu hendak melontarkan kata kata kasar nya, Namun tidak jadi mendengar suara seseorang yang penuh penekanan.
"Gue udah bilang jangan ada yang ganggu orang gue meskipun itu kakak kelas gue lawan" Febi berbicara dari luar pintu, suara tendangan Febi membuat kelas lain melihat keluar kelas mereka dan membuat Febi menjadi pusat perhatian.
"Bi ayo balik ke" Rama tidak ingin Febi melihat Dimas dan gadis itu dia melangkah mendekat ke arah Febi namun dengan segera ditarik oleh kakak kelas yang ber name tag Putra.
Tarikan itu membuat Rama terjungkal ke belakang. "Masuk lu jangan kayak orang nagih hutang" Tantang Putra tidak takut, lagian Febi hanya seorang perempuan tidak akan bisa mengalahkan nya.
Tetapi itu salah, waktu smp Febi pernah mengikuti pelatihan bela diri jadi dia tidak akan takut dengan pemuda yang bermodal jya otot saja tidak memakai otak.
Febi yang meski masih diluar pintu naik pitam berjalan mendekati kakak kelas nya itu lalu menendang perut pemuda itu dengan kelas. Sontak pemuda itu terjatuh kesakitan memegang perut nya yang sakit.
"Cewek sialan" Baru saja Putra bisa berdiri tegap, dia sudah di serang bogeman mentah oleh Febi yang membuang Putra kembali terjatuh dan kembali mendapat pukulan dibagian rahang wajah nya.
Bugh
Bugh
Bugh
"Bi udah bi kasihan dia ayo balik kelas" Rama sangat takut melihat Febi yang seperti ini dia tidak pernah melihat hal ini.
Putra yang sudah tidak bertenaga terlentang dibawah Febi yang tengah berada di atas nya dengan bringas.
"UDIN BAWA RAMA BALIK KELAS KALIAN" Teriakan itu membuat Udin gelagapan menarik tangan Rama keluar kelas itu.
"Din tunggu dulu Febi" Rama sungguh tidak ingin Febi sedih dia harus membawa Febi keluar.
"Kalau ga mau buat Febi makin repot kita harus cepet keluar Ram" Dipikiran Udin, Rama tidak ingin membuat Febi repot dengan ber urusan dengan para pelatih karna membuat ribut bukan hal lain.
Diposisi Febi dia melihat orang di bawah nya dengan tatapan marah dan mengejek, Febi menyisir rambut nya ke belakang kepala seraya menatap ke arah kiri dimana terdapat Dimas dan seorang siswi junior yang dia kenal dengan Trisna.
Berdiri tanpa banyak kata dia menatap dimas dengan tenang lalu berjalan keluar kelas itu sebelum dia benar benar keluar kelas itu Febi berucap. "Dim ikut gue"
Sempat terkejut satu tahun mereka menjalin hubungan tidak pernah Febi memanggil nama nya saja, Febi punya panggilan khusus untuk nya jadi terkesan bahwa mereka saling menyayangi.
Dengan perasaan cemas Dimas mengikuti langkah kaki Febi yang menuju ke arah belakang sekolah.
"Gue salah waktu itu nerima elu Dim" Febi masih memunggungi Dimas menatap ke arah tempok pembatas.
"Kita putus aja" Febi mengambil keputusan itu bukan karna terhasut omongan orang lain tapi karna beberapa kali dia sudah mendapati Dimas tengah bersama dengan Trisna.
Beberapa minggu yang lalu saat ada acara kerja bakti ke rumah pembina sekolahan Dimas bukan membonceng Febi malah membonceng Trisna ke sana Alasan nya karna mereka regu resimen padahal Trisna belum resmi jadi anggota resimen.
Kemarin Dimas tidak bisa mengantarnya pulang kata nya ada rapat resimen ternyata malah jalan sama Trisna, dari mana Febi tau dari abang abang kelas nya bahwa semua abang nya ingin memberi pelajaran kepada Dimas hanya saja Febi menahan mereka dengan berkata ini urusan pribadi nya mereka tidak perlu turun tangan.
"Cil ini ga kayak-"
"STOP MANGGIL AKU UCIL" Sentak Febi dengan nada tinggi nya.
Jika biasa nya aura yang Febi keluarkan adalah aura tegas dan terkesan antagonis, kini Febi memasang muka penuh rasa kecewa dan terluka.
Padahal baru beberapa bulan yang lalu Dimas berjanji akan menjadi sosok yang sempurna buat dia, menjadi teman nya untuk bercerita kakak yang menyayangi adik nya ayah yang protektif ke anak gadis nya yang pacar yang siaga. Tapi sekarang?
"Dengerin dulu penjelasan aku, Aku cuma lagi ngajari Trisna buat jadi danton kayak aku nanti nya" Masih tidak mau mengakui kesalahan nya Dimas masih tetap berusaha menjelaskan bahwa dia tidak bersalah bahwa Febi salah faham dengan keadaan.
"Mengajari cara jadi danton yang baik kan? Kenapa harus pangku pangkuan? Kenapa harus peluk pelukan? Kenapa harus jalan berdua malam hari?" Mendengar itu dimas mati kutu dia tidak bisa mengelak tapi dia tidak ingin putus dengan Febi dia sayang dengan febi.
"Oke aku salah aku ga akan ngulangi lagi tapi jangan putus yah maaf cil" Mengapai kedua tangan Febi dan mengusap nya dengan lembut.
"Engga aku mau putus aja kita selesai sampai disini" Febi tetap pada keputusan nya, dia tidak mau menjalani hubungan yang toxic kehidupan nya sudah berat ia tidak mau menambah nya dengan menjalin hubungan toxic.
"Ini yang aku ga suka dari kamu, kamu tuh egois kamu ga mau dengerin aku kamu cuma mau di dengerin aku malu bi setiap kamu cari masalah aku yang nutupin" Ini yang febi tunggu, wujud asli Dimas yang tertutupi dengan rapi selama ini akhir nya terlihat.
"Iya karna itu, karna kamu anak resimen aku bukan kamu siswa kesayangan pelatih tapi aku buronan para pelatih kamu bodoh dikelas tapi aku pinter dikelas" Dimas kelagapan sendiri bukan itu yang maksud, dia tidak bermaksud seperti itu Febi salah tangkap lagi.
"Engga cil bukan gitu maksud aku" Dimas bingung harus memakai kata apa biar Febi tidak salah faham. Dimas mengaku dia salah dia hanya bosen dengan Febi itulah kenapa dia mencari pengalihan dengan dekatin Trisna.
Tapi Trisna bukan Febi, meski Dimas bilang Febi orang yang egois tapi dia suka ketika Febi bersikap egois dan tidak suka berbagi jika sesuatu sudah di klaim milik nya itu hanya untuk nya seorang.
Meski Dimas bilang dia malu kepada Febi yang sering cari masalah tapi Dimas tau bukan maksud Febi mencari masalah dia hanya mengikuti solidaritas kelas nya saja.
Febi gadis yang pendiam dan introvert itu yang membuat pria lain segan untuk mendekati nya seperti Diri nya dulu.
Sedangkan Trisna? Bahkan gadis itu sendiri yang berlari ke arah nya mencari perhatian nya.
"Aku ga mau putus cil" Ingin sekali Dimas mengeluarkan air mata nya tetapi dia ingat Febi tidak suka melihat orang menangis.
"Jadiin ini pelajaran Dim. Kalau bosen bilang jangan cari pelarian" Febi memasang ekspresi tenang, Namun tidak ada yang tau isi hati nya seperti apa.
Febi melangkah mundur menciptakan jarak antara dia dan Dimas.
"Kita selesai, terima kasih" Setelah nya, Febi meninggalkan Dimas yang terdiam di sana entah apa yang dilakukan pemuda itu Febi tidak peduli.
...****************...
"Kalau suatu saat nanti kamu bosen bilang yah aku engga sekuat yang terlihat" Nathan yang mendengar itu terdiam sebentar.
Aku engga akan bosen sama dunia ku sendiri cacang. Tekad nya dalam hati