Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Penjaga Naga
Tanah bergetar lebih keras, dan kehadiran naga itu seakan membuat seluruh dunia berhenti sejenak. Naga hitam yang muncul dari balik pintu kuil memiliki ukuran yang sangat besar, tubuhnya berkilau dengan sisik yang tampak seperti terbuat dari obsidian. Matanya menyala dengan api merah yang menakutkan. Suaranya menggelegar saat ia menggeram, membuat seluruh ruangan bergetar.
"Jangan bergerak," bisik Tetua, namun suaranya seperti teredam oleh kekuatan naga tersebut.
Tatsu merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa ini? Gue pikir kita cuma butuh nyalakan kristalnya, bukan ngelawan naga raksasa!"
Riko melirik Tatsu dengan tatapan serius. "Diam, Tas. Kita harus fokus."
Naga itu mengangkat kepalanya, lidahnya yang bercabang keluar dan mengeluarkan percikan api. "Kalian yang datang ke sini…," suara naga itu bergema dalam pikiran mereka, “apakah kalian siap untuk melindungi dunia ini? Atau apakah kalian hanya sekumpulan pemuda yang mencari petualangan belaka?”
Ryo memandang naga itu dengan tenang. "Kami datang untuk melindungi dunia ini," jawabnya dengan yakin, meskipun dalam hatinya ada sedikit rasa takut. "Kami takkan mundur."
Tatsu mencondongkan tubuh ke depan, sedikit terbawa oleh keberanian Ryo. "Tapi kalau gue ditanya, gue lebih suka mundur ke belakang dan nyari jalan lain. Itu kan naga! Ada banyak jalan lain di dunia ini."
Riko menendang kaki Tatsu dengan keras. "Sekali lagi ngomong kayak gitu, gue buang lo ke laut."
Tetua desa mengangkat tongkatnya, matanya tertutup rapat saat dia mulai membaca mantra kuno. "Untuk menghadapi penjaga ini, kalian harus melalui ujian bukan hanya fisik, tapi juga mental. Hadapi ketakutan terbesarmu!"
Tiba-tiba, tanah di bawah mereka terbelah, menciptakan retakan besar yang mulai mengarah ke seluruh ruangan. Naga itu mengeluarkan deruannya yang menggetarkan, dan kabut hitam mulai menyelimuti sekitar altar.
Riko mendengus, merasa udara berubah menjadi sangat berat. "Kenapa gue merasa kita baru saja kena jebakan?"
"Sekarang apa?" Tatsu bertanya dengan suara agak panik. "Kalau ini perang, gue sih oke-oke aja, tapi gimana cara ngalahin naga yang nyebelin ini?"
Naga itu kembali membuka mulutnya, suara bassnya menggetarkan seluruh tempat. "Ujian pertama adalah menghadapi diri sendiri. Lihatlah!"
Tiba-tiba, bayangan gelap muncul di depan mereka. Bayangan itu adalah bentuk yang sangat mirip dengan diri mereka sendiri, namun lebih gelap, lebih menakutkan, dan penuh dengan kegilaan. Bayangan itu bergerak, menyerang mereka dengan gerakan cepat dan lihai.
Riko menatap bayangannya dengan penuh kebingungan. "Ini… gue?"
Tatsu terkejut melihat dirinya sendiri di depan mata, tapi yang lebih mencengangkan adalah sifat bayangannya yang jauh lebih brutal dan sembrono. “Wah, gue takut. Jangan jadi Tatsu yang itu, deh.”
Bayangan Tatsu tertawa terbahak-bahak. "Kalian pikir kalian bisa melawan dunia dengan cuma ngomong? Cuma berani? Berani bercanda?"
Riko mengeluarkan pedangnya, menatap bayangannya dengan serius. "Aku bukan seperti itu!" serunya, berusaha mengendalikan emosinya.
Namun, bayangannya justru mendekat dengan cepat, menyerang menggunakan pedang yang lebih besar dan lebih tajam. "Kau tidak lebih dari apa yang kau sembunyikan. Semua ketakutanmu, kelemahanmu… semuanya akan datang ke permukaan."
Riko menghindar dengan gerakan cepat dan menyerang balik, memotong bayangannya menjadi dua. Namun bayangan itu hanya menjadi asap hitam yang menghilang ke udara.
Sementara itu, Tatsu juga berjuang melawan bayangannya sendiri, yang tampaknya lebih gila dan lebih suka bercanda daripada dia. Bayangannya terus-menerus melontarkan hinaan dan kekejian, berusaha membuat Tatsu kehilangan kesabarannya.
"Ayo, Tatsu! Lo nggak cukup kuat!" kata bayangannya dengan nada mengejek. “Lo cuma jadi penghibur, bukan pahlawan!”
Tatsu terkekeh. "Lo pikir gue bakal percaya sama kata-kata lo? Gue yang jadi gue, nggak lo!"
Dengan penuh energi, Tatsu akhirnya mengumpulkan kekuatannya dan mengalahkan bayangannya. "Gue lebih keren dari bayangan lo, bro!"
Ryo, yang melihat ini, tidak bisa menahan rasa kagumnya. "Kalian berhasil… menghadapi ketakutan terbesar kalian."
Tiba-tiba, naga itu mengeluarkan suara keras, menandakan ujian pertama telah selesai. "Kalian telah melewati ujian pertama. Tapi dunia ini penuh dengan lebih banyak ketakutan. Siapakah kalian sesungguhnya? Apa yang akan kalian lakukan ketika kegelapan datang?"
“Lanjutkan ujian ini,” jawab Ryo dengan suara mantap. “Kami siap.”
Seketika, kabut semakin mengental, dan tiba-tiba muncul sosok besar lainnya di depan mereka. Kali ini bukan bayangan, tetapi makhluk nyata. Sebuah sosok raksasa dengan tubuh terbungkus lapisan api yang bergerak perlahan ke arah mereka.
Tatsu memandang makhluk itu dengan penuh kewaspadaan. "Uh, kita bakal ngapain nih? Gue takut-takut gampang gitu… tapi ini kayaknya lebih gede dari naga tadi."
“Fokus, Tas!” Riko mengingatkan sambil mengayunkan pedangnya.
Ryo menyatukan tangannya, dan cahaya dari Kristal Zenthara di altar mulai memancar lebih terang. "Bersiaplah, kita akan melawan bukan hanya dengan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan hati!"
Makhluk itu mendekat, lalu menghentikan langkahnya beberapa meter dari mereka. Wajahnya yang terbakar api menatap mereka dengan tajam. "Untuk mengalahkan kegelapan, kalian harus memahami apa yang ada dalam diri kalian sendiri."
Riko dan Tatsu mempersiapkan diri, siap untuk melawan, sementara Ryo menggenggam Kristal Zenthara dengan erat. Mereka tahu ujian ini belum selesai, dan tantangan terbesar mereka baru saja dimulai.
Bersambung di Bab 36.