Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Selamat pagi semua"
"Pagi", seluruh kariyawan yang berada di aula itu menjawab dengan begitu antusias apalagi para kaum hawa mereka terpesona dengan ketampanan sosok pria di atas podium.
Singkat cerita penyambutan Ceo baru Dewangga Com telah usai sejak 30 menit lalu, tapi kehebohan dari para kariyawati masih berlanjut.
"Ih... Kalian tadi lihat gak? Mbak Nadia caper banget tau sama keluarga Pak Sanjaya?"
"Iya loh apa lagi? Kalian harus tau, Mbak Nadia sampai manggil make up artis demi penampilannya biar wooowww", gadis berambut pendek menyahut sambil tangannya sibuk di atas keybord.
Sementara Zahra sudah merah padam menahan emosi, apa lagi dia tau kalok Nadia itu calon sekertaris Arga yang di rekomendasikan pihak HRD.
Berani macem-macem lihat aja kegilaan apa yang bakal aku buat, Zahra mengomel dalam hati.
Saat Zahra tengah menahan emosi ruangan akutansi di ketuk dan munculah wanita yang cukup seksi bernama Intan dia asisten kepala devisi keuangan.
Tok tok
"Mbak Zahra di panggil buk Susi ke ruangan", Intan berucap sambil melirik ke arah ruangan akutansi.
" Tapi saya lagi menyusun data keuangan 2 tahun lalu sampai sekarang belum selesai aliasnya saya sedang sibuk", Zahra menjawab sambil terus berkerja, dia sudah tau akan kehadiran Intan sebab dia sudah menerima pesan dari Arga.
"Gini mbak Intan kami yang ada di ruangan ini semua sedang sibuk soalnya nanti jam 2 habis makan siang kita bakalan rapat jadi mohon maaf Zahranya gak bisa menemui buk Susi", kali ini Desi lah yang menjawab mereka semua hapal jika kepala devisi mereka memanggil biasanya hanya akan ada perdebatan tak bermutu tapi siapa sangka kali ini bukan murni buk Susi yang memanggil Zahra tapi ini semua atas perintah seseorang.
Bodoh amat mau dia marah kek, mau ngereok gue gak perduli, Zahra bergumam mata dan tangannya tetap fokus ke arah komputer.
Karna Zahra menolak akhirnya Intan pergi dari ruangan itu dia memilih kembali ke ruangannya.
Sementara di ruangan buk Susi, Daren sedang menunggu Zahra atas perintah Arga tapi sudah 15 menit gadis itu tak kunjung datang. Hingga sebuah notif masuk ke ponselnya.
(Maaf ya buk? Tugas saya banyak apalagi nanti kita akan rapat sangat tidak mungkin kan jika harus saya tinggalkan pekerjaan saya hanya karna sebuah panggilan yang tidak penting), Zahra mengirim pesan pada kepala devisi karna dia yakin saat ini Daren asisten Arga di dunia bisnis maupun dunia bawah itu pasti masih berada di sana.
Apa-apaan ini Zahra bisa-bisanya dia menolak perintah pak Arga, Susi merasa was-was setelah membaca pesan dari Zahra.
"Maaf pak Daren!", Buk Susi berucap gugup.
Sementara Daren hanya menatap sambil mengerutkan kening, dia merasa heran dengan tingkah gugup kepala devisi akutansi itu.
" Ada apa?", Daren menjawab sambil melihat setiap gerak-gerik gelisah dari lawan bicaranya.
"I___tu Zahranya sedang sibuk karna kita kan akan meting sehabis jam istirahat", Buk Susi benar-benar merasa gugup apa lagi Daren menatapnya dengan pandangan tajam.
Tanpa menjawab Daren beranjak bangkit menuju pintu, dia keluar tanpa sepatah kata pun.
Mampus? Apa pak Daren marah ya? Jika iya, ini semua gara-gara Zahra, Buk Susi mengomel dan mengumpati Zahra yang menurutnya sangatlah keterlaluan.
Sementara itu Daren langsung masuk keruangan Arga.
Tok tok... Ceklek.
"Huh...?"
"Kenapa?", Arga berucap sambil melihat Daren menghela nafas panjang.
" Nona Zahra tidak mau menemui saya? Beliau bilang sedang sibuk", Daren menjawab dengan nada lesu.
"Terus kenapa dengan ekspresimu?".
" Nona Zavina tadi bertanya soal anda, dia juga sempat bilang kalok nona Zahra emosi siap-siap saya juga akan kenak imbasnya"
Arga yang mendengar itu langsung terpingkal karna dia sangat yakin bahwa sang pujaan saat ini pasti sedang emosi dan biasanya Daren juga akan kenak imbasnya.
"Udah lah gak usah di pikirin sekarang mending periksa ulang berkas-berkas untuk nanti rapat".
" Terus soal nona Nadia gimana bos?", Daren berucap sambil menatap Arga serius.
"Menurut mu gimana?", Arga malah balik bertanya sebab dia tau kalau Daren asisten yang paling mengerti dengan segala pemikirannya.
" Paham", Daren menjawab lalu dia pamit menuju keruangannya.
Tutt...
"Minta pihak HRD untuk memindahkan nona Nadia kebagian pemasaran"
Orang yang berada di sebrang telpon masih terbengong mendengar perintah yang baru saja dia dengar.
"Maaf pak Daren tapi kenapa ya? Soalnyakan mbak Nadia itu sekertaris pak Romeo yang paling konsisten"
"Itu perintah dari pak Arga lansung, terus minta bagian akutansi untuk meminta salah satu staf mereka untuk menjadi sekertaris baru pak Arga untuk seleksinya pak Arga langsung yang akan menguji"
"Baik pak saya akan langsung menyampaikan kan perintah bapak"
Setelah sambungan telpon di tutup Daren menghela nafas sebab dia harus memeriksa berkas rapat yang akan di bahas nanti.
"Kerja rondi ini mah", Daren berucap lirih.
Saat Daren tengah serius membaca berkas pintu ruangannya di buka secara kasar, tanpak seorang wanita berpakaian cukup seksi masuk dengan raut wajah merah padam.
"Ren apa-apaan semua ini? Aku gak terima ya selama ini aku jadi sekertaris Romeo yang konsisten kok", ucapnya sambil menatap Daren sinis.
Daren sendiri hanya diam dia cukup terganggu dengan kehadiran wanita itu.
"Cih... Kau pikir Arga tak tau kau dan Romeo sering menghabiskan uang perusahaan demi kepentingan pribadi kalian, lagian Arga masih berbaik hati memperkerjakan mu karna permintaan pria tua itu", Daren menjawab sambul tersenyum mengecek kearah wanita itu.
"Kauuuu", wanita itu cukup tersingung karna ucapan Daren.
Dia langsung pergi tak lupa menutup pintu dengan kuat sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Blaammmm.... Dasar berengsek, lagian Romeo kemana sih? pak Adinata juga menghilang tanpa jejak, Nadia bergumam sambil melangkah pergi menuju devisi pemasaran.
"Hey... Kenapa itu mbak Nadia kok ngomel-ngomel", beberapa kariyawan yang melihat Nadia sambil berbisik lirih.
" Yang aku dengar dia di pindahkan ke devisi pemasaran"
"Berarti posisi sekertaris kosong dong?", ucap gadis berbaju navi.
" Gak akan lama sih, karna katanya pak Arga meminta dari devisi akutansi untuk seleksi"
"Wah beruntung banget dong mereka"
Desas desus soal pengantian sekertaris untuk Ceo baru sampai di devisi IT, Zavina hanya mengelengkan kepala.
*Dasar bucin, gumam Zavina dalam hati*.
"Zav ikut ke kantin gak?"
"Duluan aja entar nyusul", Zavina menjawab tapi tangannya asik mengetil di ponsel miliknya.
(Zah kantin yuk)
(Bentar gue masih ada sedikit kerjaan)
(Aku keruangan kamu), Zavina membalas sambil melangkah menuju keluar, dia berencana menghampiri Zahra terlebih dahulu.