Tidak selamanya jodoh itu datang sendiri, terkadang datang satu paket dengan anaknya.
Di usinya yang sudah matang, Arjuna belum juga menemukan tambatan hatinya. Padahal Arjuna dikenal sebagai seorang playboy di masa remajanya dulu.
Namun siapa sangka, takdir malah mempertemukannya kembali dengan sang mantan kekasih yang kini telah berstatus sebagai janda beranak satu.
Akankah mereka bersatu kembali dan hidup bahagia untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlambat Datang Bulan
"Akhirnya Mas Arjuna bisa di hubungi juga"
Rinjani menghembuskan napas lega seraya menjatuhkan dirinya di atas Ranjang.
Rasa khawatir karna tak juga ada kabar dari sang suami, sirna ketika pria itu menghubunginya beberapa saat yang lalu.
"Jangan bikin aku khawatir lagi ya sayang"
Ucap Rinjani seraya menatap foto Arjuna yang Ia jadikan wallpaper di layar ponselnya.
Entah kenapa Rinjani jadi lebih melow sekarang, baru satu hari saja berpisah dari sang suami. Namun Rinjani sudah sangat merindukan pria yang di cintainya itu.
Rinjani bangkit dari tempat tidurnya seraya berjalan menuju ke arah keranjang cucian kotor, mengambil sepotong kemeja yang habis di pakai oleh Arjuna dan belum sempat di cuci.
"Aku kangen kamu mas, aku gak bisa tidur tanpa kamu"
Ucap Rinjani sembari menyesap aroma maskulin khas suaminya yang tertinggal di kemeja milik Arjuna tersebut dalam-dalam, setelah itu baru Rinjani bisa tertidur pulas.
***
***
Di tempat berbeda namun di waktu yang sama.
Arjuna merubah posisi tidurnya ke kiri dan ke kanan dengan gelisah.
Pria itu mencoba mencari posisi tidur yang nyaman, namun sia-sia. Karna tidak adanya Rinjani di sisinya membuat Ranjang yang berukuran cukup besar itu terasa dingin.
Berulang kali pria itu mencoba memejamkan mata untuk tidur, namun selalu gagal.
"Kenapa disini dingin sekali?"
Keluh Arjuna seraya menarik selimutnya hingga menutupi wajah.
Udara malam ini terasa sangat dingin menusuk hingga ke tulang, padahal di rumah yang masih bertembok anyaman bilik bambu tersebut tidak di pasang AC ataupun kipas angin.
Jangankan AC, listrik saja masih sangat dibatasi pemakaiannya di kampung tersebut.
"Sepi sekali? Apa benar aku berada di tahun 2024? Atau aku sudah terlempar ke masa lalu?"
Gumam Arjuna yang sedang duduk di teras depan rumah sembari menyeruput secangkir kopi panas.
Karna tak kunjung tertidur, pria itupun memutuskan untuk mencari udara segar di teras depan.
"Apa aku hubungi Rinjani saja ya?"
Arjuna baru akan menghubungi Rinjani, namun ia urungkan kembali niatnya tersebut, karna baru tersadar jika jam sudah menunjukan pukul 23.00 malam.
"Rinjani pasti sudah tidur sekarang"
Ucap Arjuna seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
Arjuna menatap pemandangan di sekitar tempat tinggalnya saat ini, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah kesunyian.
Tak ubahnya seperti kampung mati saja.
Yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang saling bersahut-sahutan.
***
Keesokan harinya.
Prok! Prok! Prok!
Gemuruh suara tepuk tangan terdengar setelah Arjuna menggunting pita sebagai tanda telah di resmikannya kantor cabang Bagaskara group yang baru.
"Wah, Jadi itu yang namanya pak Arjuna? CEO di kantor kita? ganteng banget ya?"
Ucap salah seorang karyawan wanita di kantor tersebut.
"Iya ganteng banget. Aku gak bakal nolak deh kalau dijadikan istrinya"
Balas temannya, mereka sesama karyawan baru di kantor cabang bagaskara group.
"Aduh..Laras, mana mau pak Arjuna sama janda seperti kamu!"
Cibir teman Laras.
Arjuna tersenyum datar ketika mendengar percakapan kedua karyawannya tersebut. Mereka masih asik membicarakan tentang Arjuna, tanpa peduli jika kini pria itu sedang menatap tajam pada keduanya.
Mana mereka tahu kalau saat ini Arjuna sudah menikah dengan seorang janda, janda beranak satu pula.
"Ih, sirik aja deh. Bilang aja kalau kamu iri sama aku? secara aku kembang desa di kampung ini!"
Cicit Laras dengan penuh percaya diri..
"Ih dasar ganjen! Kalau beneran kembang desa, mana mungkin suami kamu kepincut wanita lain? Kembang kuburan sih iya!"
Balas wanita bernama Santi itu.
"Apa kamu bilang!"
Hampir saja terjadi keributan di antara kedua wanita itu, jika tidak segera dilerai oleh karyawan yang lain.
"Semuanya, perkenalkan beliau adalah pak Arjuna Putra Bagaskara, pak Arjuna adalah CEO di perusahaan ini"
Ucap Marco seraya memperkenalkan Arjuna pada semua karyawan cabang Bagaskara group yang kebanyakan adalah warga sekitar.
"Selamat pak Arjuna, atas di resmikannya cabang perusahaan Bagaskara group yang baru. Semoga perusahaan ini bisa sukses seperti cabang Bagaskara group yang lainnya"
Ucap Ahmad yang menyempatkan hadir di acara tersebut di sela-sela kesibukannya sebagai camat serta pimpinan pondok pesantren.
"Terima kasih pak Ahmad"
Balas Arjuna seraya menjabat tangan pria paruh baya tersebut.
"Mohon kerja samanya untuk kalian semua, terima kasih telah bersedia bergabung dengan perusahaan kami. Semoga kita bisa berjalan bersama menuju kesuksesan"
Ucap Arjuna seraya menatap pada semua karyawannya.
"Sebelum kita memulai kegiatan hari ini, adakah yang ingin kalian tanyakan tentang perusahaan ini?"
Tanya Arjuna lagi.
"Saya, saya, saya!"
Hampir semua karyawan mengangkat tangan mereka dan ingin bertanya pada pria berparas tampan itu..
"Ok silahkan, ibu yang pakai kemeja putih apa yang ingin anda tanyakan?"
Tanya Arjuna seraya menunjuk ke arah Laras.
"Apa pak Arjuna mau jadi suami saya? Saya kembang desa di kampung ini loh pak?"
Tanya Laras dengan wajah centilnya.
Huuu...huuuu...huuu!!
Sontak saja wanita berpakaian sexy itu disoraki oleh karyawan yang lain, karna pertanyaannya yang di luar ekspetasi.
"Maaf Bu, tapi saya sudah menikah"
Jawab Arjuna dengan tegas. Membuat senyum di wajah Laras meremang.
"Tapi, kalau pak Marco masih lajang kok, benarkan pak Marco?"
Tanya Arjuna diselingi tawa.
"I-iya pak" Jawab Marco tergugup.
"Tapi saya sudah memiliki calon istri"
Tepis Marco setelah mendapat tatapan tak biasa dari Laras.
***
Sekitar pukul 12.00 siang, Arjuna memilih untuk beristirahat sejenak.
Pria itu duduk di bangku sebuah taman yang ada di halaman belakang kantor seraya mengambil ponsel dari saku celananya.
"Kenapa gak ada satupun pesan dari Rinjani?"
Tanya Arjuna yang merasa sedikit kecewa karna tak ada satupun pesan chat atau telepon dari sang istri.
"Apa terjadi sesuatu pada Rinjani? Sebaiknya aku telepon dia sekarang"
Gumam Arjuna dengan wajah gusarnya.
Tuuut..
Panggilan telepon terhubung.
"Haloo!"
Terdengar suara parau khas suara orang baru bangun tidur dari ujung telepon.
"Sayang, kamu baru bangun tidur? Apa kamu sakit?"
Tanya Arjuna merasa heran, Karna tak biasanya Rinjani tidur sampai siang seperti ini.
"Gak papa kok mas, cuma sedikit pusing aja. Kamu lagi apa? Sudah makan?"
Rinjani balik bertanya seraya terus menguap menahan kantuknya.
"Sudah sayang, kamu sendiri sudah makan belum?" Tanya Arjuna.
"Belum mas, abis aku merasa enek tiap nyium bau makanan."
Jawab Rinjani.
"Apa jangan-jangan kamu hamil Rin?"
Tanya Arjuna antusias. Karna tingkah Rinjani saat ini, sama persis sepeti Emily sang kakak saat mengandung anak ke duanya.
"H-hamil? Gak tau deh? Aku belum periksa juga mas."
Jawab Rinjani masih dengan nada lemasnya.
"Ya udah periksa dulu gih, kalau udah ada hasilnya kabarin aku ya."
Titah Arjuna. Wajahnya mulai berseri-seri, karna merasa harapannya selama ini untuk menjadi seorang ayah akan menjadi kenyataan.
"Iya mas." Jawab Rinjani patuh.
"Maaf ya sayang, hari ini aku sibuk jadi baru sempet hubungi kamu sekarang."
Ucap Arjuna merasa bersalah, karna di saat seperti ini ia tidak ada di samping Rinjani.
"Iya gapapa kok, baik-baik ya selama disana. I miss you! Muach" Balas Rinjani.
Membuat senyum di wajah pria tampan itu semakin merekah karna tidak biasanya Rinjani besikap manis seperti ini.
"I miss you too..Udah dulu ya sayang. Aku masih banyak pekerjaan hari ini..asalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Tuut..
Panggilan telepon pun terputus.
Rinjani masih merasa sedikit pusing, dan ingin rasanya ia kembali tidur. Namun ia urungkan karna teringat kata- kata Arjuna.
"Apa benar kata mas Arjuna, kalau aku ini sedang hamil? Kalau di pikir-pikir aku sudah terlambat datang bulan selama satu minggu"
Gumam Rinjani sembari mengucek kedua matanya.
Untuk menepis rasa penasarannya. Dengan terpaksa Rinjani bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi.
Langkahnya terhenti kala melihat tumpukan tespack yang telah dibelikan Arjuna dalam jumlah yang cukup banyak.
Pria itu begitu mengharapkan untuk segera memiliki seorang bayi, hingga menyuruh Rinjani mencoba tespack tersebut setiap bulannya, namun hasilnya masih nihil selama ini.
Rinjani mengambil beberapa tespack tersebut dan kembali melangkah menuju kamar mandi.
"Semoga saja kali ini hasilnya positif."
Harap Rinjani seraya menatap tajam pada 3 buah alat tes kehamilan yang ada di tangannya.
Terima kasih sudah membaca karya ini, jangan lupa kasih like, koment, hadiah n votenya ya 🥰🙏