Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sebuah mobil masuk dalam halaman rumah yang luas. Mendengar deru mobil semua pelayan serta pengawal yang berdiri dengan sopan di depan pintu menunggu sang pemilik, atau tuan mereka tiba.
Arthur turun dari mobil disusul dengan Alana uang mengikutinya dari belakang. Begitupula dengan Kevin yang membawa koper milik Alana. Arthur sambil memegangi tangan Alana berdiri di depan pintu, di hadapan semua para pekerjanya.
" Mulai makan ini rumah ini adalah rumah kita." ucap Arthur kepada Alana.
Alana nampak terkejut melihat semua pelayan serta pengawal berdiri seolah menunggu Arthur untuk masuk dalam rumah.
" Apa mereka ini para pekerja di rumah mu? jadi selama ini kamu tinggal bersama dengan mereka?" tanya Alana, karena dia tidak melihat sambutan hangat dari kedua orang tua Arthur.
" Iya. Selama ini aku tinggal dengan mereka." jawab Arthur.
" Lalu dimana orang tuamu?"
" Aku tidak punya." jawab Arthur sambil menarik Alana untuk masuk kedalam rumah.
" Eh, tunggu dulu. Kenapa kamu enggak kenalin mereka sama aku satu persatu?"
Arthur tak menjawab, dia terus menarik Alana menuju sebuah kamar. Arthur membuka pintu kamar tersebut. Dan mendekati kasur dan berbaring. Dia memberi kode kepada Alana untuk mendekatinya.
" Ini kamarmu? Lalu dimana kamarku?" tanya Alana.
Namun Arthur tidak menjawab pertanyaan Alana. Dia justru kembali memberi kode dengan tangannya agar Alana mendekatinya. Alana lalu berjalan mendekati Arthur, namun tidak disangka Arthur malah menariknya dan menindih Alana diatas kasur.
" Apa yang kamu lakukan!" teriak Alana mendorong tangan Arthur yang memeluknya.
" Hanya sebuah pelukan. aku lelah seharian bekerja dan mencarimu. aku ingin tidur." ucap Arthur dengan lembut.
" Kalau mau tidur ya tidur saja. cepat tunjukkan dimana kamarku!" tukas Alana mencoba mendorong tangan Arthur meski tenaganya itu akan menjadi sia-sia.
" Ini juga kamarmu."
" Hah! Apa maksudmu! Aku enggak mau kita sekamar. Kita ini belum berkencan. Kamu ini jangan aneh-aneh deh!"
" Kalau begitu, kamu mau menjadi kekasihku?" tanya Arthur.
" Gimana bisa berkencan, kita ini enggak saling mencintai. Emang ada berkencan tanpa saling mencintai!"
" Kamu saja yang berpikir begitu. Hanya kamu yang mungkin tidak mencintaiku. Tapi kamu tidak tahu apa isi hatiku, kan? Sudahlah jangan berontak. Aku hanya ingin pelukan, supaya aku bisa tidur." ujar Arthur tetap menahan Alana dengan tangannya.
" Kamu itu lucu. Makasih sudah datang dan tinggal bersamaku. Jangan lari dariku lagi." sambung Arthur dengan lembut, perlahan dia mendekati wajahnya. Hingga sebuah kecupan mendapat dibibir Alana.
Alana mengerjap matanya, dia terbangun ketika merasa sebuah cahaya masuk dari sela-sela kain gorden yang menutupi jendela kaca kamar tersebut. Alana terbangun kendati mendapati tubuhnya di tutupi selimut dan tengah memeluk tubuh Arthur yang bertelanjang dada.
Alana menatap wajah teduh yang tertidur pulas disampingnya. Dia melihat sebuah tangan yang masih memeluk tubuhnya. Perlahan Alana mencoba melepaskan tangan yang memeluknya itu. Setelah berhasil, Alana terbangun dan masih duduk diatas kasur sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Alana ingin beranjak, namun sebuah tangan menariknya untuk kembali tertidur. Alana yang merasa nyaman dengan hangatnya sebuah pelukan, memutuskan untuk menutup kembali matanya dan merasakan kehangatan itu.
***
Cintia tengah merasa kesal karena sudah beberapa hari dia mencoba untuk menghubungi Arthur, namun Arthur tidak pernah menjawab. Tiba-tiba Cintia terkejut dengan kehadiran Daniel di kantornya.
" Mas Daniel? Ada apa kesini?" tanya Cintia menyambut kakak sepupunya itu.
" Aku hanya ingin berkunjung, kebetulan aku dengar kamu sedang berada di kantormu." jawab Daniel.
" Duduklah dulu, mas." ucap Cintia mempersilahkan Daniel untuk duduk di sofa diruangan kerjanya.
" Kamu kenapa, kok raut wajahmu terlihat kesal. Siapa yang sudah membuat adik cantikku ini merasa kesal, hm?" tanya Daniel.
" Ini berkaitan dengan orang yang aku suka. Aku sudah mencoba menghubunginya, namun tidak pernah dijawab olehnya." jawab Cintia.
" Siapa sih orang gila itu?"
" Iya mas. Padahal aku ini cantik dan berdedikasi, namun tetap saja Arthur tidak mau mendekati ku!" Cintia terdiam sejenak, dia menggigit bibirnya karena sudah menyebut nama Arthur di depan Daniel yang merupakan musuh bisnis kakak sepupunya itu.
" Maksud mu, Arthur? Jangan bilang dia adalah Arthur yang aku kenal." tanya Daniel.
" Entahlah mas. Entah dia Arthur yang sama atau bukan. Yang jelas dunia ini enggak kecil. Jadi bisa saja kebetulan. Em... Sudahlah kita enggak usah membahasnya lagi, mendingan kita makan siang berdua." ujar Cintia lalu beranjak mengambil tasnya.
" Jika dia memang Arthur yang aku kenal. Aku hanya ingin minta sama kamu untuk memintanya bertemu dengan ku. aku ingin aku dan dia membicarakan tentang perlelangan kasino." ujar Daniel.
Cintia mulai takut. Dia takut jika Daniel tahu jika Arthur yang dibilangnya memanglah Arthur yang sama. " Pelelangan kasino? Mas berencana untuk ikut?" tanya Cintia mengahlikan pembicaraan.
" Tentu saja. jika aku menang, aku akan mendapati untung yang lumayan besar. Namun sayangnya Arthur bekerja sama dengan investor Korea."
" Maaf ya mas, kayaknya aku enggak bisa membantu." ucap Cintya.
Namun sebuah bunyi notifikasi masuk, Cintia yang langsung berpura-pura mengatakan jika teman-teman perempuannya mengajak makan bersama. Dia mencoba menawarkan Daniel untuk bergabung namun Daniel menolak. Dengan perasaan yang ketar-ketir ketakutan, Cintia berhasil bebas dari setiap pertanyaan Daniel mengenai Arthur padanya.
" Hallo, menteri.. Aku yakin jika kita akan memenangkan pelelangan kasino tersebut. Karena investor Korea tentu akan memilih bekerja sama dengan kita." ucap Daniel tersenyum melalui sambungan telepon.