Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Sagara
Hati Sagara kian berdenyut nyeri, nasi yang sudah ia letakkan bersama lauknya ia tinggal begitu saja. Sagara naik ke lantai atas menuju kamarnya, Cahaya hanya menatap punggung Sagara yang kian menjauh.
Ayah Cahaya merupakan ayah yang penyayang, dia tak bisa membayangkan bagaimana hampanya hidup Bima tanpa sosok ayah yang sesungguhnya. Cahaya saja hanya di diami 1 hati karena ketahuan mencuri mangga oleh ayahnya saja tak kuat, apalagi Bima yang nyaris tak berkomunikasi dengan ayahnya sendiri.
*
*
Di dalam kamarnya. Sagara berlutut diatas lantai, ia memukul kepalanya sendiri lengkap dengan deraian air mata yang mengalir deras. Sagara merutuki kebodohannya sendiri, ia telah menghilangkan kepercayaan diri anaknya dan juga menyakiti mental putra satu-satunya yang ia miliki. Kenapa ia bisa seegois itu pada Bima, niat hati ingin menunjukkan bahwa dia tak butuh uluran orangtuanya, justru Sagara malah melakukan apa yang orangtuanya lakukan pada Bima, yaitu menjadi orangtua egois.
"Bodoh...! Kau bodoh Sagara... Bajingan..! Kau sama saja seperti mereka, hiksss... Maafkan aku Relia."
Sagara terus menangis, ia lemah saat tahu bagaimana kehidupan yang di jalani putranya.
*
*
Cahaya tidur di kamar Bima, dia tak bisa jauh dari Bima karena takut Bima mencarinya atau membutuhkan sesuatu. Pandangan Cahaya tak lepas dari wajah tenang anak asuhnya, dia berjanji akan menyatukan hubungan ayah dan anak itu sampai benar-benar membaik. Bukan karena nominal uang yang sudah di janjikan, akan tetapi atas dorongan dari hatinya sendiri.
"Sabar ya, Den. Sebentar lagi keinginan Den Bima akan terwujud, kita dobrak kulkas seribu pintu itu sampai terbuka hatinya." Gumam Cahaya.
Tubuh Bima menggeliat, ia merasa haus dan ingin minum. Matanya mengerjap, ia memastikan Cahaya ada di sampingnya sebelum meminta bantuan pengasuhnya.
"Mbak, aku haus." Ucap Bima dengan suara seraknya.
"Kalau haus ya minum atuh Den," Goda Cahaya.
"Ya ambilkan dong, Mbak." Rengek Cahaya.
Cahaya terkikik geli, terlihat sekali Bima langsung mengerucutkan bibirnya dengan mata yang kembali terpejam. Bima menerima satu gelas air minumnya, ia menenggaknya tanpa membuka matanya sama sekali.
Selesai minum, Bima melemparkan gulingnya ke sembarang arah, dia menggeser tubuhnya dan memeluk Cahaya dengan erat. Cahaya sendiri mengulas senyumnya, ia memposisikan tubuhnya menyamping agar Bima nyaman tidur dalam pelukannya. Sedewasa apapun pikiran Bima, di usianya ia tetap memerlukan sentuhan kasih sayang dan juga bahasa cinta, tidak ada sosok ibu yang mampu menyalurkan kedamaian di saat dunia menyudutkannya.
*
*
Sagara berjalan kearah Balkon, dia menatap langit yang polos tanpa bintang. Sejuknya angin bertiup kearahnya, matanya sembab serta perih karena lama menangis. Di saat seperti ini, dia semakin sedih kala mengingat sosok istrinya yang selalu menjadi penyemangat hidupnya.
"Aku akan merubah semuanya..! Mulai saat ini, takkan ada satu orang pun yang boleh menyakiti anakku. Akan ku buat perhitungan dengan orangtua yang menggunjing anakku, semua kasih sayang akan ku serahkan pada putraku. Papa janji Bima, tinggal beberapa langkah lagi kita akan bahagia." Ucap Sagara dengan mantap.
Sagara mengusap sisa air matanya dengan kasar, ia memejamkan matanya sejenak sebelum melakukan apa yang akan ia lakukan. Kini ia bertekad untuk merubah roda hidupnya, hanya tinggal beberapa langkah lagi maka semuanya akan berubah.
Ada hal juga yang masih dia telusuri, di balik bencinya pada sang ibu, ada rahasia yang belum ia bongkar sebelum kesuksesannya tercapai.
Sagara berjalan dengan cepat masuk ke dalam kamar, ia mengambil catatan penting yang ada di lemarinya. Tak berselang lama, Sagara keluar dari dalam kamarnya kemudian turun menuju lantas dasar. Kakinya melangkah menuju ruang kerja, dia akan kembali gila kerja dan mengumpulkan semua data yang di butuhkan untuk pengajuan kerjasama dengan dua raja bisnis yang akan dia gandeng.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.