Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama
Altaf pulang ke apartemennya dengan hati yang berbunga. Luka yang membiru di pelipisnya tak ia rasakan sakit lagi. Hadiah dari Ara dan perlakuannya pada Ara menjadi obat untuk lukanya.
Pulang sudah sore namun Altaf malah malas-malasan bersantai di sofa ruang tamu tanpa membuka sepatunya. Baru saja mulai berangan dengan tingkah Ara, ponselnya malah berdering.
"Assalamualaikum ma, ada apa?" Tanya Altaf to the poin.
"Waalaikumsalam, kok ketus gitu sama mama!" Kata Mama Fifi lewat sambungan telepon.
"Maaf ma, Al baru pulang kuliah, capek!"
"Trus kalau capek mama yang salah gitu, jadi boleh ketus sama mama?"
"Nggak gitu ma, karna capek jadi bawaannya apa-apa malas!" Jawab Altaf asal.
"Luka kamu udah sembuh belum?" Tanya mama Fifi basa-basi.
"Udah ma."
"Syukur deh! Eh Al mama ada berita gembira buat kamu. Mama mau jodohin kamu sama anak temen SMA nya papa dulu di Bogor."
"WHATTTTTT!
"Mama apa-apaan sih ma, hari gini kok masih jodoh-jodohin anaknya. Udah nggak jaman ma!"
"Heh denger mama dulu, ini anaknya baik, cantik, supel, sopan, dan yang mama suka dia lembut dan feminim Al!"
"Enggak....enggak! Al nggak mau dijodoh-jodohin! Al masih mau kuliah!" Jawab Altaf ngegas.
"Nggak ada penolakan ya! Mama udah buat janji, malam minggu ini kita akan makan malam dengan keluarga mereka, TITIK!"
"MAMA...!"
"No debat-debat, keputusan mama udah final, biar kamu nggak ngrecokin keluarga masmu lagi!"
Tuttttttttttttt
"Ara..... baru aja kakak terbang melayang ke angkasa eh udah nukik aja nyungsep ke parit ketemu si kuning, Ra. Hati kakak berbunga-bunga, sekarang sudah tertimpa bencana! Gimana caranya nolak kamauan mama. Kriteria calon mantu harapan mama nggak ada sama Ara. Mama milih yang lemah lembut feminim. Sedang Ara jantan banget. Duh gimana nih!" Kata Altaf dalam hati laku menjambak rambutnya sendiri frustasi.
***
Sabtu pagi Ara sibuk di dapur dengan bik Tini. Ara masak ikan bakar belajar pada bik Tini. Setelah semua hidangan matang Ara dan bik Tini menyajikan di meja makan.
"Buk, ini non Ara lho yang masak." Kata bik Tini saat mama Dinda dan papa David duduk di kursi meja makan.
"Oh ya, anak mama bisa masak?" Tanya mama Dinda.
"Tuh ma, lagi belajar jadi istri lah tuh!" Kata papa David.
"Ih papa tau aja, iya ma, Ara sekarang mau belajar masak sama bik Tini!" Kata Ara antusias.
"Hem.....udah persiapan nih, iya deh mama dukung!" Kata mama Dinda dengan senyum bahagianya.
"Ma, pa, hari ini Ara izin mau ke apartemennya kak Al, mau ngasih masakan special Ara sama calon suami Ara, biar dia rasa."
"Ih pede banget sih dek!
"Iya, tapi jangan lama-lama, nanti sore kita ke salon buat persiapan makan malam nanti!" Kata mama Dinda.
"Iya ma beres, nanti tengah hari Ara pulang."
"Hati-hati dek, jangan berbuat aneh-aneh, belum sah!" Kata mama mengingatkan.
"Ih, mama apaan sih, Ara tahu lagi jaga diri!" Jawab Ara enteng.
Setelah sarapan Ara bersiap pergi ke apartemen Altaf. Dengan celana jeans biru muda, kaos navi yang kembaran dengan Altaf, jaket denim dari Altaf dan tak lupa sepatu kets kesukaannya, Ara pergi ke apartemen Altaf.
Altaf masih tidur di kamarnya pagi ini dengan hanya memakai celana basket favoritnya tanpa baju. Tadi malam Altaf mengundang teman-temanya ke apartemen untuk mengurangi stres karena perjodohan itu. Mereka begadang sampai jam dua dini hari. Kondisi apartemen kini sangat berantakan, karena Altaf langsung tidur belum sempat membereskan. Kulit kacang, sisa makanan dan bekas minuman kaleng berserakan di mana-mana. Dapur pun sangat berantakan, penuh dengan gelas dan piring kotor bekas makanan pasta. Ditengah enak-enaknya tidur ponselnya berbunyi.
"Halooooo!" Kata Altaf serak khas bangun tidur.
"Heh kamu masih tidur ya! Ini mama udah di parkiran mau kesitu!" Kata mama Fifi ngegas melalui sambungan telepon, yang membuat Altaf menjauhkan ponselnya dari telinga, dan berusaha mengumpulkan nyawanya.
"Gawat.....Ibu negara mau datang, rumah berantakan bisa kena damprat gua....mati gua....!" Kata Altaf. Baru saja melangkah bel apartemennya sudah berbunyi.
"Kok cepet banget mama nyampek atas, baru tiga menit udah nyampek, terbang apa gimana sih mama?!" Kata Altaf dan dengan tergesa-gesa melangkah hendak membuka pintu. Tapi kakinya malah kesrimpet karpet bulu dan...
BRUKKKKKKK...PRANGGGG...
Altaf terjungkal menubruk meja yang ada kaleng minuman yang masih ada isinya dan isinya tumpah ke lantai. Lalu Altaf berdiri dengan memegangi pinggangnya yang sakit menuju pintu yang belnya dipencet dengan tak sabaran.
"Iya....iya....ma...tunggu!"
Dan Ta...Ra......
"Rara......!" Altaf tersenyum licik dan timbul ide konyolnya.
"Kak, Ara baw.....!" Belum sempat Ara bicara Altaf sudah memotong kalimatnya.
"Ayok cepat masuk!" Kata Altaf sambil menarik tangan Ara.
"Ih kakak mau ngapain Ara sih, jangan tarik-tarik gini, sakit tau nggak!" Kata Ara kesal. Dengan cepat Altaf mengambil paper bag dari tangan Ara dan meletakkannya di meja tv. Altaf menarik tangan Ara membawanya masuk kamar.
"Kakak mau ngapain?!" Tanya Ara lagi bingung dan kesal.
"Jangan banyak nanya! Baring cepat!" Kata Altaf sambil mendorong tubuh Ara ke ranjang king sizenya. Ara terduduk di tepi tanjang, dengan cepat Altaf mengangkat kaki Ara hingga Ara dalam posisi terlentang.
"Kak Al, Ara mau diapain sih?!" Tanya Ara semakin bingung.
"Diam bentar bisa nggak sih!" Jawab Altaf panik, lalu mengambil selimut dan langsung naik diatas tubuh Ara dengan posisi tengkurap. Dengan cepat Altaf menutup tubuh mereka dengan selimut.
"Kak.....!"
"Diam Ra, merintih cepat!" Altaf memberi perintah dan Ara semakin tidak mengerti.
"Al, nih mama sudah sampai, rumah nggak di kunci! Al, kamu dimana? Ya Allah ini rumah kayak habis diterjang sunami ini kenapa?! Al, denger nggak sih mama panggil?!" Mama Fifi berteriak keras. Lalu melangkah menuju kamar Altaf.
"Uh...uh...! Kak ih.....auw......!" Suara yang terdengar dari kamar Altaf.
"Al, kamu lagi ngapain, cepat keluar!" Kata mama Fifi lagi bertambah emosi.
"Bentar mah....! Nanggung! Ini baru mau keluar, Arghhhhhh! Teriak Altaf dari dalam kamar. Dengan cepat mama Fifi masuk kamar yang sengaja tak dikunci oleh Altaf.
"Heh....kalian lagi ngapain?!" Teriak mama Fifi. Melihat putranya sedang di atas tubuh seorang gadis yang tak terlihat jelas wajahnya, mata mama Fifi melotot bulat. Namun malah tersenyum setelahnya, karena tahu semua hanya akal bulus putranya. Kaki gadis itu terlihat masih menggunakan celana jeans dan memakai sepatu, tak tertutupi oleh selimut, berarti mereka tak melakukan perbuatan itu.
"Cepat keluar kamar, mama mau bicara, nggak usah drama, bohong sama mama!" Kata mama Fifi lalu melangkah keluar kamar.
"Ih, awas...turun! Badan segede hulk main tindih-tindih!" Kata Ara sambil mendorong tubuh Altaf hingga terjengkang.
"Diam disini dulu, jangan keluar kamar sebelum kakak masuk lagi!" Kata Altaf pada Ara sebelum melangkah keluar kamar.
"AUWWWWWWWW!
Mama Fifi berjinjit karena putranya terlalu tinggi, lalu menarik dan memelintir telinga putranya.
"Apa sih ma....! Main jewer-jewer aja!"
"Ini baju buat nanti malam, dandan yang rapi dan wangi, ingat jangan sampai telat! Mama sama papa tunggu di restoran langganan kita. Satu lagi! Jangan main-main sama anak gadis orang! Nanti mama sunat habis tititmu!" Kata mama Fifi sambil menunjuk benda pusaka putranya.
"Mama!" Jawab Altaf spontan sambil memegangi benda pusaka keramatnya dengan kedua tangannya.
"Ingat jangan sampai telat, malu sama calon mertua, dikira nggak disiplin! Denger mama nggak?!" Tanya mama Fifi karna Altaf hanya bengong.
"Iya..iya ma, huh bawel amat!"
"Bilang apa tadi?!" Tanya mama Fifi sambil melotot.
"Nggak....nggak, mamaku yang cantik!"
"Mama pulang dulu, beresin rumahnya, gini kok bilangnya bisa ngurus diri. Ngurus rumah nggak becus, mama jadi tambah yakin nyariin istri buat kamu itu pilihan yang tepat, biar kamu ada yang ngurusin!" Mama Fifi mengomel sebelum pulang.