Dalam waktu dekat, umat manusia telah mengembangkan teknologi canggih yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan antar bintang. Misi perurkan dengan harapan menemukan planet yang layak huni. Namun, saat kru tiba setelah bertahun-tahun dalam cryosleep, mereka menemukan sinyal misterius dari peradaban asing, mengubah misi eksplorasi ini menjadi perjuangan bertahan hidup dan penemuan besar yang bisa mengubah nasib umat manusia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Ramadhan Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Bab 10: Terang di Ujung Gelap
Elena dan kru perlahan melangkah melewati gerbang yang kini terbuka lebar. Aura dari tempat itu berubah—bukan hanya atmosfer yang terasa berbeda, tapi ada juga perasaan bahwa mereka semakin dekat pada inti dari misteri besar yang membawa mereka sejauh ini. Udara di depan mereka bergetar, dan seketika mereka berdiri di ruang kosong yang aneh.
Ruang itu luas, tak terbatas. Di setiap sudut, ada garis-garis cahaya yang melengkung, berkelok, dan berkedip seperti bintang di langit malam. Namun, tak ada lantai, tak ada dinding, dan tak ada langit. Mereka mengambang di tengah-tengah lautan energi.
"Apa ini...?" bisik Mark, menatap pemandangan surealis yang terbentang di hadapan mereka. “Apakah kita masih dalam dimensi yang sama?”
“Kita tidak tahu,” jawab Samuel, alat di tangannya berkedip cepat dengan sinyal yang kacau. "Perangkatku tidak bisa membaca lingkungan ini. Ini seperti kita berada di luar waktu dan ruang.”
Sebuah suara, dalam dan penuh wibawa, tiba-tiba terdengar, menggema dari segala arah.
"Kalian telah mencapai titik di mana realitas dan kebenaran bertemu."
Semua kru menoleh ke segala arah, mencoba menemukan sumber suara itu. Tapi mereka tidak bisa melihat apa pun, kecuali lautan cahaya yang melengkung di sekitar mereka.
“Siapa kau?” tanya Elena dengan suara lantang, tidak ingin menunjukkan rasa takut yang mulai menjalar di tubuhnya.
"Aku adalah penjaga dari yang tak terbatas. Aku adalah bagian dari siklus ini sejak awal waktu. Dan kalian, para penjelajah, telah memasuki tempat yang hanya sedikit yang bisa mencapai."
Suara itu semakin mendalam, mengisi udara di sekitar mereka dengan resonansi yang membuat dada mereka terasa bergetar. Mereka tidak tahu apakah suara ini berasal dari makhluk hidup, teknologi, atau bahkan sesuatu yang lebih besar dari itu.
“Kami datang untuk memahami sinyal yang memanggil kami,” kata Elena dengan tegas. “Kami tidak akan pergi sampai kami tahu siapa yang mengirimnya dan apa tujuannya.”
Sesaat hening, sebelum suara itu berbicara lagi.
"Sinyal itu bukanlah panggilan seperti yang kalian kira. Itu adalah peringatan, sebuah suara dari masa lalu yang terjebak dalam aliran waktu. Kalian berada di ambang kebenaran yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan peradaban kalian."
Mark, yang selama ini lebih banyak diam, melangkah maju. “Apa maksudmu? Apa yang terjadi di sini? Mengapa tempat ini ada?”
Suara itu menggema lagi, lebih pelan, seolah-olah meresapi setiap kata dengan makna mendalam.
"Ini adalah sisa dari peradaban yang jauh lebih tua daripada yang bisa kalian bayangkan. Mereka adalah yang pertama kali memahami esensi alam semesta ini. Namun, dengan pemahaman itu datang kehancuran. Mereka menciptakan teknologi yang mampu mengubah realitas, melampaui batas-batas dimensi, namun akhirnya tak terkendali."
Kata-kata itu menggantung di udara, menyiratkan bencana yang jauh lebih besar dari apa pun yang bisa mereka bayangkan.
Samuel menyipitkan matanya, mencoba memahami apa yang baru saja mereka dengar. “Mereka menciptakan sesuatu yang terlalu kuat untuk mereka kendalikan?”
"Bukan hanya teknologi," jawab suara itu. "Mereka bermain dengan waktu, ruang, dan kesadaran. Mereka membuka pintu yang tidak seharusnya dibuka. Mereka mencoba mengendalikan aliran keberadaan, tetapi justru menjadi terperangkap di dalamnya. Mereka meninggalkan sinyal itu sebagai peringatan bagi siapa saja yang menemukan jejak mereka."
Elena merasakan bulu kuduknya berdiri. Apa yang mereka temukan ini lebih dari sekadar petualangan penemuan, lebih dari sekadar pencarian teknologi maju. Ini adalah peringatan dari peradaban yang pernah menyentuh sesuatu yang lebih besar dari mereka sendiri—dan hancur karenanya.
“Kita harus berhenti,” kata Kara tiba-tiba, suaranya penuh ketakutan. “Kita tidak bisa melanjutkan. Kalau mereka saja tidak bisa mengendalikannya, bagaimana kita bisa?”
Namun, Elena tidak bisa menyerah begitu saja. “Kita sudah sampai sejauh ini. Mungkin mereka gagal, tapi kita bisa belajar dari kesalahan mereka. Kita bisa menggunakan pengetahuan ini untuk mencegah hal yang sama terjadi pada kita.”
Mark menatapnya skeptis. “Atau kita bisa berakhir seperti mereka, terjebak dalam kekacauan yang mereka ciptakan.”
Suara itu kembali menggema, kali ini lebih tenang, lebih bijak.
"Pilihan ada di tangan kalian. Pengetahuan yang kalian cari ada di sini, tetapi dengan risiko yang besar. Kalian bisa belajar dan membawa pengetahuan itu kembali ke dunia kalian, atau kalian bisa meninggalkannya dan kembali ke aman."
Tiba-tiba, sebuah lorong cahaya terbuka di depan mereka, mengarah ke tempat yang lebih terang, di mana kebenaran yang mereka cari mungkin berada. Namun, di sisi lain, ada jalan kembali—sebuah portal kecil yang membawa mereka kembali ke tempat asal mereka, tanpa pengetahuan tapi dengan keselamatan.
Elena memandangi kedua pilihan itu. Di satu sisi, dia merasakan kewajiban untuk melanjutkan. Mereka telah datang jauh, menemukan begitu banyak, dan meninggalkan begitu banyak di belakang. Tapi di sisi lain, dia tahu risiko yang mereka hadapi semakin besar. Kegagalan bisa berarti akhir dari segalanya, bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi umat manusia.
“Kita tidak bisa membuat keputusan ini dengan terburu-buru,” kata Samuel pelan. “Ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang seluruh umat manusia.”
Elena menutup matanya, mencoba mencari kejelasan di tengah kebingungan yang membanjiri pikirannya. Setiap langkah yang dia ambil sejauh ini selalu didorong oleh tekadnya untuk menemukan jawaban, untuk mencari kebenaran di balik sinyal misterius itu. Tapi sekarang, di hadapannya terbentang pilihan yang bisa mengubah segalanya.
Dengan tarikan napas panjang, dia membuka matanya dan berkata, “Kita lanjutkan. Tapi kita harus siap dengan segala risikonya.”
Mark dan Kara tampak ragu, tapi mereka akhirnya mengangguk. Mereka tahu bahwa tidak ada jalan mudah dalam situasi ini. Jika mereka memilih untuk kembali, mereka mungkin akan selalu dibayangi oleh pertanyaan yang tak terjawab. Tapi jika mereka terus maju, mungkin ada jawaban, meski dengan konsekuensi yang tak terduga.
Samuel menatap portal dengan tenang. “Kalau begitu, kita harus melangkah bersama.”
Elena mengangguk, dan dengan langkah pertama yang mantap, mereka bergerak menuju lorong cahaya, meninggalkan pilihan untuk kembali di belakang mereka. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi setelah ini akan menentukan nasib mereka—dan mungkin nasib umat manusia.
---