Perempuan di Balik Topeng
menceritakan kisah Amara, seorang gadis desa sederhana yang jatuh cinta pada Radit, seorang pria kaya raya yang sudah memiliki dua istri. Radit, yang dikenal dengan sifatnya yang tegas dan dominan, terpesona oleh kecantikan dan kelembutan Amara. Namun, hubungan mereka menghadapi banyak rintangan, terutama dari Dewi dan Yuni, istri-istri Radit yang merasa terancam.
Dewi dan Yuni berusaha menghalangi hubungan Radit dan Amara dengan berbagai cara. Mereka mengancam Amara, menyebarkan fitnah, dan bahkan mencoba untuk memisahkan mereka dengan berbagai cara licik. Amara, yang polos dan lugu, tidak menyadari kelicikan Dewi dan Yuni, tetapi Radit, meskipun jatuh cinta pada Amara, terjebak dalam situasi sulit.ujian
Radit harus memilih antara kekayaan dan kekuasaannya, atau menuruti hatinya yang telah jatuh cinta pada Amara. Kisah ini menjelajahi tema cinta, kekuasaan,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idayati Taba atahiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Dimas baru saja tiba di Jakarta. Dia langsung bergegas menuju kafe tempat dia dijanjikan bertemu dengan Dewi dan Yuna. Dia sangat gembira dengan tawaran Dewi. Dia tahu, ini adalah kesempatan emas untuknya.
Dimas memasuki kafe dan melihat Dewi dan Yuna duduk di meja pojok. Mereka berdua tampak cantik dan elegan. Dimas tersenyum lebar dan menghampiri mereka.
"Maaf ya, telat," kata Dimas, "Saya baru sampai dari luar kota."
"Tidak apa-apa, Dimas," jawab Dewi, "Kami sudah menunggu kamu."
"Jadi, bagaimana rencana kita?" tanya Dimas, "Apa yang harus saya lakukan?"
"Begini, Dimas," kata Dewi, "Kamu harus berusaha mendapatkan cinta Amara."
"Amara?" tanya Dimas, "Siapa Amara?"
"Amara adalah istri Mas Radit," jawab Dewi, "Suami kami."
"Oh, begitu," kata Dimas, "Apa yang harus saya lakukan?"
"Kamu harus berusaha mendekatinya," kata Dewi, "Kamu harus membuatnya jatuh cinta padamu."
"Kenapa saya harus melakukan itu?" tanya Dimas, "Apa untungnya buat saya?"
"Kamu akan mendapatkan banyak keuntungan," jawab Dewi, "Kamu akan mendapatkan uang, popularitas, dan juga cinta dari seorang wanita cantik."
"Tapi, kenapa saya harus mendekati istri suami kamu?" tanya Dimas, "Apa yang salah dengan Amara?"
"Tidak ada yang salah dengan Amara," jawab Dewi, "Tapi Mas Radit lebih perhatian padanya. Dia selalu bersama Amara. Kami ingin kamu membuat Amara jatuh cinta padamu. Dengan begitu, Mas Radit akan cemburu dan perhatiannya akan terbagi."
"Oh, begitu," kata Dimas, "Saya mengerti."
"Kamu harus berusaha semaksimal mungkin," kata Dewi, "Kamu harus membuatnya jatuh cinta padamu. Kamu harus membuatnya melupakan Mas Radit."
"Baiklah," kata Dimas, "Saya akan berusaha semaksimal mungkin."
Dimas meminta foto Amara pada Dewi. Dewi pun memberikan foto Amara. Dimas mengamati foto Amara dengan seksama. Amara tampak cantik dan elegan. Dimas tersenyum licik.
"Dia memang cantik," kata Dimas, "Saya yakin, saya bisa membuatnya jatuh cinta padaku."
"Saya yakin juga," kata Dewi, "Kamu pasti bisa."
Dewi mengeluarkan amplop berisi uang sebanyak 10 juta dari tasnya dan memberikannya pada Dimas. "Ini uang muka," kata Dewi, "Nanti akan ada bonus jika kamu berhasil."
Dimas menerima amplop itu dengan senyum licik dan bahagia. "Terima kasih, Bu Dewi," kata Dimas, "Saya tidak akan mengecewakan Anda."
"Saya harap begitu," kata Dewi, "Saya harap kamu bisa membantu kami."
Dewi dan Dimas pun berpisah. Dewi buru-buru pulang, hatinya dipenuhi dengan rencana liciknya. Dia yakin, Dimas akan berhasil membuat Amara jatuh cinta padanya. Dengan begitu, dia akan bisa merebut harta kekayaan Mas Radit dan menghancurkan Amara....
*****
Pintu rumah terbanting keras, menandakan kemarahan Dewi yang memuncak. Ia menatap Amara dengan tatapan yang tajam, wajahnya merah padam karena amarah.
"Gara-gara kamu, Radit sudah beberapa hari ini tidak tidur dengan aku!" teriak Dewi, suaranya bergetar karena kemarahan.
Amara terdiam, menatap Dewi dengan tatapan yang takut. Ia tidak menyangka kalau Dewi akan menyalahkannya seperti itu.
"Kenapa kamu diam? Beraninya kamu merebut suamiku?" teriak Dewi lagi, suaranya semakin keras.
"Mba Dewi, aku tidak merebut Mas Radit," jawab Amara, suaranya bergetar karena takut. "Mas Radit punya kebebasan untuk memilih dengan siapa ia ingin tidur. Kalau Mba Dewi ingin tidur sama Mas Radit, panggil saja."
"Enak saja kamu bicara!" teriak Dewi, kemudian menampar pipi Amara dengan keras. "Kamu pikir segampang itu memanggil Mas Radit? Dia suamiku! Kamu harus menghormati aku!"
Amara menangis tersedu-sedu, menahan rasa sakit di pipinya. Ia merasa terhina oleh perlakuan Dewi.
"Mba Dewi, aku mohon padamu," ujar Amara, suaranya bergetar karena tangisan. "Aku tidak mau merebut suamimu. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa ada konflik dengan mu."
Dewi terdiam, menatap Amara dengan tatapan yang menghina. Ia takut kalau Amara akan menceritakan perlakuannya pada Radit.
"Aku akan menceritakan semua ini pada Radit," ujar Amara, suaranya bergetar karena tangisan. "Aku tidak akan diam lagi. Aku akan memperjuangkan hakku."
Dewi terkejut mendengar ancaman Amara. Ia takut kalau Amara akan menceritakan perlakuannya pada Radit.
Amara terdiam, menahan rasa sakit di hatinya. Ia merasa terhina oleh perlakuan Dewi.
*****
Dewi menatap Amara dengan tatapan yang penuh kebencian. Ia menarik Amara ke salah satu ruangan di rumah Amara. Dewi menutup pintu dengan keras.
"Amara...," ujar Dewi dengan nada yang keras. "Kau berani menceritakan segalanya pada Radit?"
Amara menunduk. Ia merasa takut akan kemarahan Dewi.
"Mba Dewi... aku tak bermaksud," jawab Amara dengan suara yang sedikit bergetar. "Aku hanya menceritakan kebenaran."
Dewi tersenyum sinis. Ia mendekati Amara dan menatap Amara dengan tatapan yang menyeramkan.
"Kau tahu konsekuensinya jika kau menceritakan segalanya pada Radit," ujar Dewi dengan nada yang keras. "Aku bisa menyewa orang untuk membunuh ayahmu yang sakit."
Amara terkejut. Ia tak menyangka Dewi akan mengancamnya seperti itu.
"Mba Dewi... jangan lakukan itu," mohon Amara dengan suara yang bergetar. "Aku mohon padamu, jangan sakiti ayahku."
Dewi tersenyum puas. Ia menikmati ketakutan Amara.
"Kenapa aku harus melakukan itu?" tanya Dewi dengan nada yang dingin. "Kau harus memahami posisi ku. Aku tak akan membiarkan kau mendapatkan Radit."
Amara menatap Dewi dengan tatapan yang penuh kecemasan. Ia tak menyangka Dewi akan sekejam itu.
"Mba Dewi... aku mohon padamu," mohon Amara dengan suara yang bergetar. "Aku mohon padamu, jangan sakiti ayahku."
Dewi menunduk. Ia menatap Amara dengan tatapan yang menyeramkan.
"Baiklah," jawab Dewi dengan nada yang dingin. "Tapi, kau harus berjanji tak akan menceritakan segalanya pada Radit."
Amara menangguk. Ia merasa takut akan ancaman Dewi.
"Aku berjanji," jawab Amara dengan suara yang bergetar.
Dewi tersenyum puas. Ia berjalan keluar dari ruangan dan meninggalkan Amara yang sedang menangis.
"Kau tak akan bisa menghindari takdirku," gumam Dewi dengan nada yang dingin. "Radit akan menjadi milikku."
*******
********Perasaan Amara
Amara merasa takut dan terkejut ketika Dewi mengancamnya. Ia tak menyangka Dewi akan sekejam itu. Amara merasa kecewa dan sedih karena Dewi mengancam ayahnya yang sedang sakit. Ia merasa tak berdaya dan terjebak dalam situasi yang mengerikan. Ia takut akan kehilangan ayahnya.
Amara merasa kesal pada Dewi. Ia merasa Dewi tak berhak mengancamnya dan ayahnya. Amara ingin meluapkan kemarahannya, namun ia takut akan kemarahan Dewi. Amara merasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya.
Amara ingin menceritakan segalanya pada Radit, namun ia takut akan membahayakan ayahnya. Amara merasa terjebak dalam situasi yang mengerikan. Ia takut akan kehilangan ayahnya.
******** Perasaan Dewi
Dewi merasa puas ketika mengancam Amara. Ia menikmati ketakutan Amara. Dewi merasa bahagia karena ia bisa mengendalikan Amara. Dewi merasa perasaannya terbalaskan karena Amara takut padanya. Dewi merasa berkuasa atas Amara.
Dewi merasa benci pada Amara. Ia merasa Amara adalah ancaman baginya. Dewi ingin menyingkirkan Amara dari kehidupan Radit. Dewi ingin mendapatkan Radit untuk dirinya sendiri.
Dewi merasa takut akan kehilangan Radit. Ia merasa kehilangan kekuasaannya atas Radit. Dewi ingin mempertahankan kekayaan dan kemewahannya. Dewi ingin mendapatkan segalanya untuk dirinya sendiri.