Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama
Ratia terduduk di lantai, bahkan gadis itu tak berani untuk mengangkat wajahnya sama sekali.
"Cepat ganti baju mu, apa kau mau memakai gaun pengantin itu sepanjang malam?" Aksara menatap istrinya dengan aneh. "Cepat bersihkan diri mu!"
Dengan cepat Ratia bangun dan berjalan secepat mungkin ke kamar mandi. Sementara Aksara, mulai membuka Jaz dan beberapa kancing baju kemeja yang dia kenakan. Menggulung lengan hingga memperlihatkan beberapa gambar. Lebih dari setengah jam dia menunggu, namun sang istri belum juga ada tanda-tanda akan segera keluar.
Lama sekali dia, apa saja yang dia lakukan.
Aksara berjalan ke arah kamar mandi dan menunggu. Tubuhnya sudah terasa tidak nyaman, setelah seharian belum membersihkan diri.
Apa jangan-jangan dia membenamkan kepala nya?
Dengan keras pria itu menggedor pintu kamar mandi, hal buruk tiba-tiba saja terlintas di pikirannya.
"Ratia, Ratia!" saat hendak mendobrak pintu, tiba-tiba saja pintu di buka.
"Kenapa Mas? aku belum selesai." Ratia hanya sedikit mengeluarkan kepalanya dan mengintip di balik pintu. Aksara melihat istrinya dengan tatapan menyelidik.
"Kenapa lama sekali? aku juga ingin mandi!"
''Aku berendam sebentar Mas, maaf." Ratia kembali masuk dan bergegas membersihkan diri, dia menyadari bahwa Aksara mulai kesal.
Tidak sampai lima menit gadis itu keluar dan sudah mengganti pakaiannya. Wajah lelahnya tidak dapat di tutupi.
"Habiskan makanan mu, aku bahkan belum melihat kau makan hari ini." ucapnya sambil menunjuk kursi yang ada di depan Ratia.
Saat hendak meraih makanan, mata gadis itu sedikit melirik lengan suaminya. Dadanya kembali bergemuruh, lengan baju yang terangkat cukup tinggi memperlihatkan jelas adanya sebuah tato di sana. Nampaknya tati itu memanjang samapi keleher.
Tato laki-laki ini banyak sekali, sungguh mengerikan. Rambut panjang, tubuh penuh tato. Ahhhhhg suami macam apa yang aku dapatkan. Ratia
Ratia terus menjerit, dalam hati tentunya. Namun rasa lapar yang menyerang membuatnya dalam sekejap menghabiskan makanan yang ada di meja itu. Saat sang suami sedang mandi, dia mencoba untuk berbaring dan memejamkan mata sebentar. Di luar dugaan gadis itu dengan cepat terlelap, terbang ke alam mimpi dan melupakan malam pertamanya.
Di bawah selimut tebal, seorang gadis mengernyitkan mata. Sesuatu yang hangat dan menyilaukan, menerpa wajah cantik itu. Ya, itu sinar mentari pagi yang menembus masuk tanpa permisi. Terpaan sinar yang cukup hangat itu, membuat matanya mengerjap. Dia berusaha membuka mata dan memindai sekitar, mencoba memahami situasi apa yang akan dia hadapi.
Saat indra penglihatannya menangkap kehadiran seorang pria di ruangan itu, matanya membulat. Kehadiran pria itu di ruangan yang sama, membuat gadis itu memahami apa yang sudah terjadi.
Apa ini sudah siang, apa aku? Ahhh tidakkk
Saat menyadari suatu hal, dengan cepat tangannya mengibaskan selimut tebal yang menutupi tubuh indahnya. Namun kelegaan terlihat jelas setelah ia menyadari bahwa semua tidak seperti apa yang dia pikirkan sebelumnya. Nafas yang sempat memburu tadi, seketika mereda dengan cepat.
Melihat tingkah gadis itu, pria yang duduk tidak jauh seketika mengernyitkan dahi. Heran.
"Apa kau terbiasa bangun sesiang ini?" berjalan mendekat. "mau jadi apa anak kita nanti?" menatap dan tersenyum, membuat gadis itu membungkam mulutnya sendiri.
Anak, tidak akan ada anak yang hadir di antara kita. Ratia
Dia bahkan tidak terjaga sedikitpun tadi malam. Semenjak kepulangannya yang baru empat hari ini, dia hanya tidur beberapa jam saja. Bahkan, malam sebelum pernikahan dia tidak tidur sama sekali. Wajar saja jika malam tadi dia begitu terlelap.
"Apa Mas tidak bekerja hari ini?" memilih bertanya saja, biar tidak begitu canggung.
"Kenapa?"
Karena aku ingin kau meninggalkan ku sendirian Tuan Ratia
Ingin rasanya Ratia menggatakan apa yang hatinya katakan, tapi dia sangat takut. Suaminya sungguh menakutkan.
"Aku akan bekerja, tapi sebentar lagi." Akhirnya setelah melihat wajah kesal istrinya, dia menjawab.
"oh ya Mas, boleh minta no Hp?", Aksara mengernyitkan alisnya, seolah bertanya untuk apa.
Belum sempat bertanya lagi, Hp Aksara berdering.
"Hallo Hani." pria itu menjawab telepon sembari menjauhi istrinya.
Apa honey, pacarnya ya? Ratia
Setelah beberapa saat menelpon, Aksara kembali mendekat. Ingin Ratia bertanya, namun karna dia sudah di ingatkan untuk tidak ikut campur akhirnya dia hanya diam.
"Hari ini, kau boleh bersantai di hotel saja. Aku akan pergi sebentar."
Kan itu memang pacarnya, untung saja tubuh ku masih aman. Ratia
"Baik, apa aku boleh keluar atau pulang ke rumah?" akan sangat bosan jika hanya berdiam diri di kamar.
"Tidak! tetap di sini sampai aku kembali."
Kurang ajar, dia mengurung ku saat dia asik berkencan. Ratia
"dan jangan mencoba untuk bunuh diri!"
"Apaaa?" Aksara berlalu begitu saja. Meninggalkan sang istri dan mengurungnya di kamar hotel.
Malang sekali nasib ku tuhan. Ratia
Dengan terpaksa gadis itu hanya duduk saja, bahkan saat ini dia merasa banyak mata yang mengawasi. Terus mengutuki keputusan sang ayah yang menikahkannya. Bahkan baru satu hari menikah, dia sudah di tinggalkan sang suami untuk berkencan dengan wanita lain.
Tuan Birawa Baskoro, ayo tembak aku sekarang. Aku ingin menyusul putri mu itu.
Selama berpuluh-puluh tahun telah bersusah payah menghindari Birawa Baskoro, hari ini dia sangat berharap laki-laki itu menemukannya.
double up