Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka
Seminggu kemudian,
"Terimakasih atas kesempatan yang kamu berikan padaku dan anak kita,Sat" ucap Shanum
Satya tidak memberi pernyataan apapun, lelaki itu hanya diam sembari memijat pelipisnya. Seminggu ini dia makin sering sakit kepala, entah apa penyebabnya.
Shanum tahu kalau Satya masih bersedih atas kehilangan Kenzie. Shanum juga tahu sebesar dan sedalam apa kasih sayang Satya terhadap Kenzie.
Shanum mendekati Satya lalu memeluknya dari belakang membuat lelaki itu tersentak
"Apa yang kamu lakukan?"
"Hanya memberimu pelukan. Aku tahu sehancur apa kamu sekarang." Bisik Shanum
Satya tidak bisa menolak, karena benar kalau saat ini dia sedang sangat membutuhkan pelukan. Satya butuh sandaran, tapi dia tidak bisa mendapatkan semua itu dari Hanita
Karena sejak kepergian Kenzie, hubungan mereka kembali dingin seperti kemarin. Bahkan sekarang jauh lebih dingin.
Satya dan Hanita sama sekali tidak bertegur sapa, bahkan tidurpun terpisah.
Kedua bahu lebar milik Satya bergetar hebat, lelaki itu menangis dalam pelukan Shanum
"Kenzie sudah pergi,Shanum. Anakku yang malang, dia selalu menderita karena sakit sejak dia baru dilahirkan. Kenzie berjuang mati-matian untuk bertahan hidup, melawan penyakitnya. Tapi pada akhirnya, Kenzie meninggalkanku begitu saja..." gugu Satya
Shanum mengusap punggung Satya, "Hadapi dengan pikiran yang positif,Sat. Mungkin seperti ini cara Tuhan menyayangi Kenzie. Tuhan tidak ingin membuat dia tersiksa. Tuhan ingin Kenzie bahagia"
"Tapi sekarang aku yang tersiksa,Shanum. Kehilangan anak ternyata sesakit ini" lirih Satya
"Kenzie memang sudah pergi,Sat. Tapi sebagai gantinya, Tuhan menghadirkan bubble untukmu. Anak kita" ucap Shanum
Wanita itu mengangkat tangan Satya lalu meletakkan tangan kekar itu ke atas perut buncitnya.
"Menurut hasil USG, dia adalah anak lelaki. Adiknya Kenzie dan Kenan" ucap Shanum
Satya bergeming, entah apa yang lelaki itu pikirkan. Satya mengusap lembut perut buncit Shanum
Shanum tersenyum melihatnya, meski masih harus menunggu sampai bayi yang ada di dalam kandungannya lahir. Tapi dia senang karena Satya tidak lagi menolak kehadiran bayi itu dan mau memberi kesempatan. Menanggung hidup Shanum dan bayinya
"Aku harus pulang. Kasihan Hanita" ucap Satya
Shanum mengangguk, tidak menghalangi keinginan Satya. Wanita itu menyunggingkan senyuman kemenangan begitu Satya keluar dari dalam apartemennya
"Kamu lihat,sayang? Perlahan-lahan, Papa akan menjadi milik kita" bisik Shanum sambil mengusap perut buncitnya
Satya kembali ke mansion, lelaki itu langsung melangkahkan kedua kakinya menuju kamar yang dulu ditempati oleh Kenzie dan Kenan.
Kamar itu sekarang dibiarkan kosong, tapi isi dalamnya tetap dipertahankan. Kenan sekarang ini berada di kediaman keluarga Mahendra.
Kondisi mental Hanita belum stabil, jadi dia membiarkan Kenan diasuh oleh kedua orang tuanya untuk sementara waktu. Satya juga tidak melarang, dia yakin kalau Kenan akan lebih tenang bersama dengan Opa dan Omanya.
Satya mendorong pintu, dia melihat keberadaan Hanita yang duduk sambil menyandarkan kepala ke samping ranjang bayi milik Kenzie
Hanita juga memeluk erat mobil-mobilan milik sang putra, yang terakhir kali dipamerkan padanya
Jujur saja, pemandangan ini sangat menikam relung hati Satya yang terdalam. Tapi juga ada rasa marah dihatinya karena dia tahu kalau Hanita yang meninggalkan Kenzie begitu saja sampai pada akhirnya anak itu jatuh ke dalam kolam renang saat berusaha mengambil bola miliknya yang sudah lebih dulu tercebur
Satya mengurungkan niatnya untuk mendekati Hanita, lelaki itu berbalik dan memilih masuk ke dalam kamar pribadinya dan Hanita
Satya duduk di tepi ranjang, mengusap kasar wajah dan dagunya. "Kenapa semuanya jadi seperti ini?"
2 Jam Kemudian,
Hanita ikut menyusul masuk ke dalam kamar. Wanita itu melangkah dengan gontai, matanya bengkak, wajahnya sembab karena terlalu lama menangis
Hanita tercengang karena melihat keberadaan Satya, bahkan suaminya itu mabuk ditepi ranjang mereka. Hanita masih sangat marah pada Satya atas pengkhianatan yang dia lakukan sampai membuat Shanum hamil
Tapi tetap saja, dia tidak bisa mengabaikan lelaki itu. Hanita mendekati Satya lalu merampas botol minuman keras itu dari tangan sang suami
Satya mengeadahkan kepalanya, sedikit jengkel karena Hanita mengganggu kesenangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Suara berat Satya terdengar jelas kalau lelaki itu sedang mabuk
"Jangan merusak tubuhmu" sahut Hanita datar
Satya tersenyum kecut, lelaki itu kembali terisak. "Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada rasa sakit karena kehilangan anak."
"Hatiku jauh lebih hancur daripada tubuhku" kata Satya
Hanita melengos, memang benar apa yang dikatakan oleh Satya. Rasa sakit yang Hanita rasakan atas kepergian Kenzie bahkan ribuan kali lipat lebih menyakitkan dibanding dengan perselingkuhan Satya dan Shanum
Satya berdiri, sambil terus memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Aku akan tidur di kamar ini" ocehnya
Satya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar, seolah tengah mencari sesuatu. Namun kepalanya terasa sangat sakit
Akhirnya, Satya terjatuh ke atas pelukan Hanita, lelaki itu perlahan mulai kehilanganq keseimbangan atas tubuhnya karena mabuk dan kepalanya yang sakit
Satya membenamkan wajah ke atas pundak Hanita, istrinya itu tidak merespon sama sekali. Hanita diam membisu seperti patung
"Shanum..." gumam Satya
Bak disambar petir di malam hari, seperti itulah perasaan Hanita sekarang. Luka hatinya yang masih menganga terasa ditabur dengan garam oleh suaminya sendiri.
Kedua manik Hanita memanas, wanita itu mendorong kasar tubuh Satya ke atas ranjang besar mereka. Tatapan matanya dipenuhi amarah dan dendam, kepalan tangannya mengerat
Hanita memutar tubuhnya, berjalan keluar. Balkon menjadi tujuan utama wanita itu. Hanita melepaskan air matanya disana
Seutas seringai kecil terbit diatas sudut bibir Hanita. Wanita itu mengeluarkan ponsel, berusaha menghubungi Roy
"Roy, aku punya tugas untukmu."
"Katakan saja,Nyonya" ujar Roy diseberang sana
"Urus wanita itu" ucap Hanita
"Akan saya lakukan" sahut Roy
Hanita mengakhiri panggilannya, wanita mengulum senyuman devil yang terlihat sangat menakutkan.
"Aku akan menghukum wanita itu. Setelah itu giliran kamu,Satya Dewantara" tukas Hanita
.
Tbc
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅