NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Hidupku Seperti Dongeng

Setelah memarkirkan sepeda di tempat parkir, Nuha berdoa sejenak. "Tuhan, berikan hari yang baik untukku hari ini. Aku ingin bahagia. Aku ingin bahagia bersama sahabatku dan teman-teman yang lain. Aamiin."

Karena Nuha berangkat terlalu pagi, jalanan di dekat sekolah masih tampak sangat sepi. Dia melihat sebuah mobil box dengan pintu geser yang dibuka. Terdengar keriuhan dari dalam mobil, suara anak-anak yang saling bersahutan.

"Kakak, sampai jumpa lagi."

"Iya, sampai jumpa lagi.."

"Sampai jumpa lagi ya.."

"Sampai jumpa lagi, kakak.."

Lambaian tangan-tangan kecil terlihat dari balik jendela mobil, dengan wajah gembira dan tawa riang. Seorang pemuda berkata sebelum berpisah, "Kakak sekolah dulu ya, kalian juga sekolah dengan baik."

"Kamu juga, jangan bandel ya sama Miss. Kasihan Miss kalau harus kewalahan ngurusin kamu. Yang gak sekolah, harus sering-sering bantu Ibu Panti, jangan main terus!" sahut pemuda satunya dengan suara lebih besar dan tegas.

"Iya-iya Kak Raffy yang galak. Huuu!!" cibir seorang bocah kecil. Lalu, sopir mobil itu pergi berlalu.

"Apa kau bilang?!" Raffy dibuat geram.

"Da da Kak Rafly yang baik hati. Aku mencintaimu.." sahut beberapa gadis kecil sambil memberikan finger heart dan melambaikan tangan.

Dua pemuda kembar itu mulai berjalan masuk menuju gerbang sekolah. Mereka adalah Rafly Prasetya dan Raffy Prasetya.

Raffy suka cerewet mendapat pertengkaran dari adik-adiknya. Dia memang pemuda usil dan banyak bicara. Sementara, Rafly menanggapinya dengan santai. Dia tipe pemuda tenang dan ramah dengan siapapun, sehingga banyak adik-adiknya yang menyukainya.

Nuha berjalan di belakang mereka. Sampai di kelas 10F Multimedia, Nuha menaruh tasnya di tempat duduk. Karena belum banyak yang datang, dia keluar lagi dan duduk di teras duduk seperti biasa.

"Aku ingin menjadi siswa yang normal. Belajar sungguh-sungguh dan memiliki teman. Semoga aku gak tiba-tiba bolos lagi, hff!" pikir Nuha.

Nuha menatap ke sekeliling. Masih sangat sepi. "Aku jadi menyesal berangkat terlalu pagi. Tapi, aku berniat melakukannya supaya pikiranku fresh dan siap bertemu dengan Sifa. Aku ingin menjelaskan semuanya," ucapnya sambil memegang sepucuk surat yang dilipat secara sederhana.

Dari lantai dua, terdengar suara harmonika mengalun ke seluruh penjuru sekolah. Nuha mendengar nada yang tidak asing di telinganya karena dia pernah mendengarnya di suatu tempat.

"Suara indah ini..." Nuha terpejam. "Kenapa terdengar di sekolah? Apakah itu hantu?" Nuha jadi sedikit takut.

Nuha menikmati nada indah itu. Tidak ada hal mistis yang nada itu bawa, sehingga Nuha merasa sangat tenang di hati.

Saat para siswa mulai berdatangan, nada itu akhirnya berhenti. Sekolah mulai dipadati para siswa yang baru datang. Suara berganti dengan keriuhan mereka.

Nuha melihat Sifa berjalan sendiri hendak masuk ke dalam kelas. Segera, Nuha langsung menghadapnya. "Sifa!" panggilnya.

"Apa?" jawab Sifa malas.

"Ini." Nuha langsung memberikan suratnya sambil menunduk. Dia tidak bisa menjelaskan panjang lebar karena takut interaksinya akan menyakiti hati sahabatnya itu.

"Kamu ingin menjelaskan semuanya? Dengan surat ini?" tanya Sifa. Nuha hanya mengangguk.

"Hah, susah sekali bicara denganmu. Kamu memang aneh, Nuha," sahut Sifa to the point.

Meski Nuha jadi sakit hati mendengar sahabatnya mengatainya aneh, Nuha hanya bisa nyengir kecil. "Hehe."

"Baiklah, aku akan membacanya. Tapi nanti ya," pungkas Sifa, lalu dia masuk ke dalam kelas.

Nuha berharap, Sifa bisa mengerti dan mereka bisa kembali bersahabat. Nuha kembali duduk di teras. Sangat tenang sambil menyembunyikan ekspresinya. "Naru belum datang ya?" ucapnya dengan mata galaksi yang mencari.

Lalu Dilan the Beast muncul. Sejenak Nuha dan Dilan saling bertatapan, tapi Dilan langsung pergi. Melihat itu, Nuha merasa senang. Sepertinya, Dilan tidak akan lagi mengganggunya. Nuha tahu rencana Dilan sewaktu dia diculik dan tertidur di ruangan the Beast itu.

"Adik kelas itu, gue udah gak punya urusan lagi sama dia. Sekarang, gue harus mendekati Sora Naomi," sahut Dilan dalam perjalanannya menuju ruangannya.

Kemudian, pemuda yang ditunggu-tunggu akhirnya berjalan memasuki gerbang sekolah. Nuha tampak bahagia di dalam hati.

Namun, pemuda itu berjalan bersama seorang gadis. Gadis itu berbicara begitu akrab dengannya. "Siapa dia?" tanya Nuha dalam hati.

"Naru, kenapa kemarin kamu gak masuk? Semoga hari ini kita bisa ngobrol banyak ya di kelas. Aku kan sekolah di sini karena ingin bersamamu," kata gadis itu.

"Kamu masuklah dulu," perintah Naru kepada gadis tersebut, karena dia melihat Nuha melihat ke arahnya.

Naru ingin sekali segera menemui Nuha, tapi sahabat Nuha datang menyapa. "Woi, Nuha! Kemana aja sih elo?" sapa Asa sambil menepuk pundak Nuha.

Nuha langsung turun dan masuk ke dalam kelas. Meski tidak menampakkan ekspresi apapun, Naru tahu bahwa hati Nuha pasti sedih melihatnya bersama gadis lain. Dia tidak ingin membawa kesalahpahaman.

Bel masuk berbunyi. Di kelas, guru mulai mengabsensi kelas 10F Multimedia. Ketika guru memanggil nama Nuha, Nuha menjawab dengan baik, tapi beliau terus berkata, "Nuha, Ibu harap kamu jangan sering bolos ya. Baru kelas 10 sudah sering absen, mau jadi apa kamu nantinya. Mumpung belum terlambat, Ibu peringatkan kamu supaya lebih rajin lagi sekolahnya."

Nuha merasa malu, terutama karena semua teman-temannya mendengarnya.

"Maaf, Bu. Ibu jangan gitu bilangnya." Asa langsung berdiri untuk membela Nuha. "Harusnya Ibu mendekati Nuha dan berkata dengan baik. Semuanya kan jadi ikut dengar, Bu, kasihan Nuha." Ucap Asa dengan berani.

"Sudah, sudah. Kamu juga gak usah menasehati Ibu. Ibu tahu, anak-anak zaman sekarang itu susah sekali diatur dan berani melawan. Jadi, Ibu harap, kelas kalian bisa menjaga sikap dengan baik," kata guru PKN itu.

"Keterlaluan. Guru galak juga serigala," geram Asa sambil memainkan pencetan bolpennya.

Pelajaran pun dilanjutkan, sampai tiba waktu istirahat. Nuha jadi tidak ingin keluar di jam istirahat tersebut. Ketiga sahabatnya pergi ke kantin. Dia tidak ikut dan lebih ingin berdiam diri di dalam kelas, merasa malas dengan apa yang telah dia hadapi.

Beberapa siswi mengintip di kelas Nuha. Mereka saling berbisik satu sama lain. "Itu dia ceweknya. Ternyata biasa banget kalo gak dandan. Baiknya kita kerjain yuk."

"Tapi kalo Dilan the Beast tahu kita bakalan dimarahi sama dia." Balas salah satu dari mereka.

"Udahlah, urusan kita bukan dengan the Beast. Tapi, gadis itu yang berani merebut Dilan dari kita. Kita seret dia keluar!"

Beberapa teman Nuha yang ada di kelas berusaha menghentikan perbuatan mereka yang mencurigakan. "Kalian siapa? Kalian mau apa?" Cegah salah satu teman sekelas.

"Minggir kalo gak mau kena campur. Gue punya urusan dengan dia."

Nuha menatap mereka dan merasa tidak mengerti. Lima gadis itu langsung membawa Nuha keluar kelas dan menyeretnya ke tengah lapangan sekolah.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!