Nb: tidak untuk anak kecil, jadi yg dibawah umur, sebaiknya Diskip🙏
Azer Ashford adalah tuan muda yang berasal dari keluarga duke yang disegani di kekaisaran. Dia terlahir dengan paras yang sempurna, kemudian mekar menjadi bunga yang rusak.
Dia adalah, kecantikan kekaisaran, tapi disaat yang sama, tanpa sepengetahuan siapapun, dia adalah seorang pria yang sangat menikmati hubungan badan.
Suatu saat, dia meniduri istri dari sang kaisar, atau bisa dibilang ratu kekaisaran. dia tertangkap oleh para prajurit kemudian berakhir di penggal.
berpikir bahwa kehidupannya sudah berakhir, Azer yang kepalanya dipenggal, dia tiba tiba berada di dunia yang berbeda. Sebuah dunia, dimana gedung gedung tinggi berada, kendaraan yang memiliki dua dan empat ban, hingga akhirnya kendaraan yang memiliki kemampuan untuk terbang.
Azer tiba di dunia modern.
Dengan bekal sistem yang dia aktifkan, Azer memutuskan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, hanya dengan beberapa wanita pilihannya saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Kesepakatan (2)
Kayaknya saya memang gak cocok buat bikin dialog yang mirip dengan cara bicara orang Indonesia yang gaul. Karena itu saya putusin buat pakai bahasa Indonesia yang lebih sering saya lihat di webnovel luar (hasil terjemahan).
***
—Gedebuk!
Tubuh Azer menabrak tembok pagar besi. Di depannya, Andre dengan wajah yang terlihat putus asa sekaligus kesal, mencengkram kerah baju Azer sementara mendorongnya ke belakang.
Azer sedikit mengerutkan keningnya ketika dia merasakan punggung nya menghantam sesuatu yang padat dan keras.
“Tidak apa-apa kalau kamu cuma penasaran tentang adikku, tapi tolong jangan main main.“
Suara yang terdengar sendu itu berasal dari Andre.
Azer tidak menyalah Andre dalam situasi saat ini. Lagipula, Azer tahu bahwa dia tidak memiliki apapun yang mendukungnya dibelakangnya, sehingga omongannya sebelumnya adalah sesuatu yang sulit di percaya.
Keluarga Morses adalah keluarga yang bergengsi, ada sangat banyak dokter diluar sana yang pasti sudah mencoba untuk menyembuhkan adik Andre, tapi gagal karena betapa langka nya penyakit itu.
Rakyat jelata dan biasa seperti Azer, bagaimana bisa dia memiliki obatnya?
Karena itulah Andre berpikir bahwa Azer sedang bermain-main dengannya. Sayangnya, Azer tidak bermain-main dan dia serius.
Penyakit yang adik Andre idap adalah penyakit yang melukai bagian dalam tubuh secara langsung.
Belum ada penjelasan yang lebih spesifik, tapi dengan elixir yang Azer miliki. Tubuh adik Andre akan dapat disembuhkan dari dalam.
Cengkeraman Andre saat itu terlepas. Azer merapikan pakaiannya ketika dia melihat Andre mulai berjalan untuk kembali ke dalam rumahnya.
“Maaf, aku sedikit emosi tadi. Sebaiknya kamu pergi sekarang, sudah larut.“
Memang saat ini sudah hampir larut malam. Azer terdiam beberapa saat, dia tidak bisa membiarkan Andre pergi.
Situasi Amelia juga tidak sebaik itu untuk membuat Azer bisa bernafas dengan santai untuk beberapa menit kedepan.
Berbagai hal bisa terjadi.
—Touch.
Tangan Azer meraih bahu Andre, diikuti dengan suara Azer yang mengisi udara yang kosong.
“Aku tidak main-main, aku punya obatnya.“
Tubuh Andre sedikit bergerak-gerak, kemudian berbalik menatap Azer dengan emosi yang rumit diwajahnya.
Azer tidak diam saja dan langsung melanjutkan ucapannya:
“Percaya padaku.“
Tangan Azer masuk ke dalam jaketnya, meraba-raba sejenak sebelum akhirnya memperlihatkan sebuah botol kaca dengan bentuk oval, cairan berwarna merah terlihat di dalamnya.
Wajah Andre yang sebelumnya terlihat muram, kini menatap botol kaca itu dengan rasa ingin tahu yang tinggi, meski samar, pupil matanya tampak memperlihatkan sedikit tatapan harapan.
Beberapa detik berlalu dengan keheningan, hingga akhirnya Andre kembali berbicara.
“Azer… kamu bisa menarik ucapanmu sekarang, ini adalah peringatan yang terakhir.“
Azer tidak bergeming dan terus diam sambil menatap Andre dengan santai.
Saat itu sekali lagi hanya penuh dengan keheningan sebelum akhirnya Andre mengatupkan bibirnya dengan erat, membuang nafas dan mengalihkan wajahnya.
“Ah! Baiklah! Baiklah! Lakukan sesukamu.“
Andre berbalik kemudian meminta Azer untuk mengikutinya.
“Ingat, kalau kamu gagal dan memperburuk keadaan adikku…!“
—Grrpp.
Andre tidak melanjutkan nya dan hanya tetap diam. Tapi, Azer sudah mengerti apa yang seharusnya Andre katakan selanjutnya.
Karena itu, Azer memperlihatkan senyuman diwajahnya.
“Tentu, aku tidak akan mengecewakanmu.“
Setidaknya, dengan ini, Azer akan dapat segera melakukan kesepakatan dengan keluarga Morses.
Sambil mengikuti Andre, tangan Azer terkepal erat.
'Tunggu sebentar lagi, Amelia.'
*
Aroma kayu yang manis tercium di udara, ruangan yang sederhana dengan pencahayaan yang baik, diikuti dengan beberapa benda seperti piano, alat melukis dan berbagai hal lainnya terlihat di ruangan itu.
Tatapan Azer berkeliling sejenak, sebelum akhirnya matanya jatuh pada tiga orang yang memiliki ekspresi yang berbeda-beda.
Sambil duduk di atas ranjang dengan wajah yang khawatir, seorang wanita yang terlihat cukup tua, memandang khawatir seorang gadis yang terbaring lemas di atas ranjang.
Sementara itu, seorang pria juga terlihat berdiri dengan wajah yang gusar, menatap gadis di ranjang itu dengan penuh ketakutan.
Azer langsung mengenali mereka semua masing masing.
Dengan rambut yang sudah beruban, matanya memiliki warna abu-abu pucat. Wajahnya sudah memiliki banyak kerutan.
Ferdinan Morses, dia adalah ayah Andre Morses.
Sementara wanita tua yang duduk di atas ranjang itu. Meski tua, kecantikan masih tetap menonjol dengan rambut hitam yang panjang hingga ke pinggangnya, wajahnya juga memiliki kerutan, tapi hanya sedikit.
Yena Morses, dia adalah ibu dari Andre Morses.
Sementara yang terbaring di ranjang dengan lemas, jelas adalah adik dari Andre. Kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Tubuhnya kurus, wajahnya yang mungil terlihat muram dan cekung. Beberapa kali, gadis itu terbatuk-batuk dengan susah payah, menahan rasa sakit di dadanya.
Fernia Morses adalah nama dari gadis itu.
Semua informasi itu telah Azer kumpulkan dari Internet. Tentunya Azer tidak akan datang tanpa persiapan ke tempat ini bukan?
Saat itu, Andre melangkah maju, membuat ketiga sosok itu menyadari keberadaan Azer dan Andre.
“Bagaimana kondisi Fernia?“
Andre bertanya dengan raut wajah yang khawatir, sementara itu, tatapan ayah Andre sesekali melirik ke arah Azer sebelum akhirnya Ferdinan menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang kacau.
“Dokter sebelumnya bilang, kalau kondisi adikmu sudah terlalu parah… ini akan sulit.“
Setelah mengatakan itu, tiba tiba suara yang parau terdengar diatas ranjang. Itu adalah ibu dari Andre, wanita itu meneteskan air mata di wajahnya sembari menarik nafas sedalam mungkin dengan suara yang gemetar.
“Haaaa—“
—Coughing..!
Suara batuk yang lemah mengikuti pembicaraan mereka, ketika Fernia, adik Andre mencoba untuk bangun.
“A-apa yang kamu lakukan Fernia? Jangan bangun dulu.“
Ayahnya, mencoba untuk membiarkan Fernia tetap terbaring. Tapi Fernia menggelengkan kepalanya dengan senyum samar.
“A-ada t-amu.“
Suara yang lemah itu terdengar, membuat ketiga anggota keluarganya langsung memasang emosi yang kacau.
Azer memperhatikan itu tidak jauh.
Tatapan Fernia tertuju padanya sementara Azer tetap diam menatap kondisi gadis itu.
Sangat buruk.
Begitulah yang Azer sadari saat melihat kondisi Fernia. Hanya dengan satu elixir sudah pasti tidak cukup untuk menyembuhkan gadis itu.
Tanpa sadar, Azer mulai merasa aneh pada dirinya sendiri. Situasi saat ini, jelas bahwa dia harus mendapatkan beberapa elixir lagi, dan untuk mendapatkan elixir…
'Sialan.'
Kehidupan damai yang Azer inginkan terasa begitu dekat tapi juga sangat jauh pada saat yang sama.
Dia mengeraskan rahangnya, kemudian memejamkan matanya dan menghela nafas. Dia sudah tidak bisa mundur lagi sekarang.
—Tap. Tap. Tap.
Suara langkah kaki Azer memecahkan keheningan dan segera menjadi sorot dari tatapan keempat anggota keluarga Morses.
Tiga lainnya menatap Azer dengan tanda tanya sementara Andre menatap Azer dengan harapan di matanya yang khawatir.
“Azer, sekali lagi, aku bertanya padamu. Apa kamu benar benar yakin?“
Menatap Andre, Azer mengangukkan kepalanya. Dia tersenyum sembari mengeluarkan elixir itu dan berjalan mendekat.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“
Azer menunjukkan kepercayaan dirinya sehingga Andre tidak punya pilihan lain untuk percaya padanya.
Setelah beberapa langkah.
Azer berhenti tepat di hadapan Fernia, gadis itu menatapnya dengan lemah, mengangkat kepalanya dengan susah payah, senyuman masih terbentuk di wajahnya yang kurus.
Melihat itu, Azer merasa sedikit salah jika dia seperti itu. Karena itu, Azer menurunkan badannya agar dapat sejajar dengan gadis itu.
Fernia, dari manapun Azer melihatnya, umurnya sepertinya tidak berbeda jauh dengan Andre. Mungkin mereka lahir dengan selisih 2-3 tahun saja.
“Fernia kan?“
Azer bertanya dengan senyuman di wajahnya. Dibelakangnya, Azer merasakan kedua orang tua Andre sedang berbicara dengan Andre.
Mereka pasti sedang membahas tentang alasan Azer berada disini. Azer mengabaikan hal itu dan fokus pada gadis di depannya.
Anggukkan yang lemah diiringi dengan senyuman lembut menjadi jawaban bagi gadis itu. Fernia mencoba untuk berbicara, tapi sebelum itu, Azer mengangkat jarinya dan meletakkan di bibirnya sendiri.
“Sssttt.“
Azer mendesis sejenak, meminta Fernia untuk tidak berbicara, sambil mempertahankan senyumannya, Azer berbicara;
“Hemat tenagamu.“
Kondisi gadis itu terlalu lemah, bahkan hanya untuk berbicara beberapa patah kata saja, dia sudah kesulitan.
Saat itu, Azer menatap elixir ditangannya, kemudian berbalik untuk menatap Andre dan dua orang tuanya.
Andre mengangukkan kepalanya sebagai persetujuan, sepertinya dia telah berhasil meyakinkan ayah dan ibunya.
Dengan itu, Azer sedikit menghembuskan nafasnya lalu membuka tutup dari botol kaca elixir itu.
Segera aroma yang sangat segar menyapu ruangan. Baunya terasa begitu menyegarkan dan membuat rileks bagi siapapun yang menciumnya, Azer merasakan perasaan yang sama.
Dia kemudian menyerahkan botol kaca itu pada Ferlina, tapi berhenti di tengah jalan.
'Dia tidak bisa minum sendiri…'
Menyadari betapa lemahnya gadis itu, Azer mengurungkan niatnya untuk memberi botol kaca itu dan memutuskan untuk membantunya meminum elixir itu secara langsung.
“Uh-uh..“
Suara samar itu terdengar, berasal dari Fernia yang sedikit terkejut karena perlakuan Azer. Gadis itu ragu ragu sejenak saat menatap Azer, tapi akhirnya dengan canggung menerima bantuan Azer.
Elixir itu mengalir keluar, masuk dan menyentuh bibir Fernia, merosot ke dalam mulutnya dan menuju ke tenggorokannya.
Karena betapa lemahnya gadis itu, beberapa cairan elixir terjatuh dari bibirnya, membasahi selimut yang menutupi tubuhnya.
Hanya beberapa detik saat akhirnya gadis itu selesai meminum elixir itu, disaat yang sama Azer melihat sesuatu yang samar.
Itu adalah 'mana' sesuatu yang sama dengan apa yang Azer lihat di dunia sebelum nya. Azer tidak khawatir karena orang orang mungkin bisa melihatnya, lagipula, sesuatu seperti 'mana' hanya bisa dilihat oleh mereka yang telah mencapai tahap yang cukup tinggi.
“Ah—ahh..“
Suara lemah Fernia kembali terdengar, itu lemah seperti biasanya, tapi ada sesuatu yang berbeda. Fernia mengangkat kedua lengannya dan menatap telapak tangannya.
“Aku m-membaik.“
Suara yang samar itu singkat, tapi mengundang banyak reaksi dari pihak keluarga Fernia.
***