Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuat Dan Tangguh
"Ma, bagus sekali kalung ini boleh aku memakainya?"
Sarah menunjukkan sebuah kalung cantik yang tidak sengaja dia temukan di kamar Serra pada ibunya. Sebuah kalung cantik dengan liontin berbentuk kelopak bunga sakura.
Di tengah-tengah bunga. Ada sebuah berlian putih yang sangat berkilauan, di bagian belakang liontin itu terdapat ukiran berbentuk huruf J.
"Dimana kau menemukan kalung itu?" tanya Nyonya Valentino pada Sarah.
"Di kamar, Serra. Toh, dia juga sudah tidak membutuhkannya. Jadi lebih baik kalung ini untukku saja, siapa tahu kalung cantik ini membawa keberuntungan untukku." Ucap Sarah.
"Terserah kau saja, yang penting kamu senang."
Srettt...
"Yakk!!"
Sarah memekik keras saat seorang menarik kalung itu dari lehernya dengan tiba-tiba. Sarah memegangi lehernya, dan menatap tajam perempuan yang berdiri tepat dihadapannya.
"Ini milikku, berani sekali kau menyentuh dan memakainya." ucap orang itu yang pastinya adalah Serra.
"Kembalikan kalung itu padaku, kalung itu ada di rumah ini, dan artinya kalung Itu milikku!!"
Serra menggeleng. "Bukan, tapi kalung ini milikku. Nenek sendiri yang memberikannya padaku, jadi jangan karena aku tidak sengaja meninggalkannya disini, maka kau bisa mengakuinya sebagai milikmu!!" Ujar Serra menegaskan.
Mendengar keributan di ruang tamu, Nyonya dan Tuan Valentino segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Mereka berdua melihat Serra dan Sarah yang sedang bertengkar memperebutkan sebuah kalung.
Nyonya Valentino menghampiri kedua putrinya lalu menarik Sarah menjauh dari Serra. "Ada apa ini?! Serra, berani sekali kau pulang dan menginjakkan kakimu lagi di sini!!" ucap Nyonya Valentino dengan sinis.
"Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan sudi untuk menginjakkan kakiku disini!!" Jawab Serra menimpali. "Kau tenang saja, aku juga tidak akan lama. Setelah aku mengambil semua barang-barangku yang ada disini, aku akan langsung pergi." Jawab Serra lalu melewati Sarah dan Nyonya Valentino begitu saja.
"Aku tidak mengijinkannya!!"
Langkah Serra terhenti ditengah-tengah anak tangga melingkar menuju kamarnya. Wanita itu lalu berbalik dan mendapati sang ayah menatapnya dengan dingin. "Ini rumahku!! Dan sebagai tuan rumah aku tidak mengizinkanmu untuk naik keatas sana!!" ucap Tuan Valentino.
Serra menyeringai sinis. Ditatapnya sang ayah dengan tatapan dingin dan menusuk. Serra lalu melangkah Turun dan menghampiri pria itu.
"Jangan lupa, Pa. Aku juga memiliki hak atas rumah ini!! Apa kalian sudah lupa, atau mungkin hanya pura-pura lupa? Uang yang kalian gunakan untuk men-DP rumah ini adalah hasil dari aku bekerja dan menabung. Kalian bilang hanya meminjamnya, dan akan mengembalikannya saat rumah ini sudah lunas. Ini sudah 5 tahun, dan uang itu belum kalian kembalikan juga!!" ujar Serra panjang lebar.
"Kau ini pelit sekali sih jadi orang. Lagipula yang menempatinya juga bukan orang lain, tapi kakak dan orang tuamu sendiri, jadi jangan perhitungan!!" Seru Sarah menimpali.
"Ini bukan masalah pelit ataupun perhitungan. Jika kalian bisa memperlakukanku dengan baik, mungkin aku tidak akan mempermasalahkannya. Tapi apa pernah, sekali saja kalian menganggapku sebagai keluarga, tidak kan?! Jadi jangan salahkan aku jika mulai perhitungan pada kalian semua!!" Ucap Serra menegaskan
"Serra, kau benar-benar keterlaluan!! Kemari kau, biar aku memberimu pelajaran!!" Teriak Tuan Valentino dan menghampiri Serra lalu menyeretnya turun.
Sayangnya Serra tak tinggal diam apalagi membiarkan sang ayah memperlakukannya dengan semena-mena. Dia memberontak dan mendorong ayahnya hingga terjatuh. Tubuh tuan Valentino menggelinding turun dari pertengahan tangga. Kedua mata Sarah dan Nyonya Valentino membelalak sempurna.
"PAPA!!"
"HANS!!"
Keduanya berteriak lalu menghampiri Tuan Valentino yang berakhir tak sadarkan diri dengan luka di kepalanya yang terus mengeluarkan darah. Nyonya Valentino mengangkat wajahnya dan menatap Serra dengan tajam.
"Serra, apa yang kau lakukan?! Apa kau ingin membunuh ayahmu sendiri!!" Bentaknya emosi.
"Ups, aku tidak sengaja. Lagipula bukan salahku juga. Jadi ya maaf," Serra menyeringai.
Dia melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, tujuan awalnya adalah mengambil kalung miliknya dan juga beberapa barangnya yang tertinggal. Jadi Serra masa bodoh dengan yang lain.
Dan sementara itu. Lucas yang melihat dari sebuah layar kecil yang terhubung langsung dengan kamera super canggih yang terpasang di anting milik Serra hanya bisa mendengus dan menggelengkan kepala. Istrinya itu begitu luar biasa, dia begitu berani dan tidak membiarkan siapa pun menindasnya. Benar-benar istri yang tangguh dan luar biasa.
Lucas kemudian turun dari mobilnya dan menyusul Serra ke dalam. Baru juga hendak masuk ke dalam, wanita itu sudah muncul dengan sebuah koper besar yang dia sendiri tak tau apa isi di dalamnya.
"Ayo pergi, urusanku disini sudah selesai." Ucap Serra dan melewati Lucas begitu saja.
"Kemari kan kopermu, biar aku yang membawanya." Ucap Lucas lalu mengambil alih koper itu dari tangan Serra.
Wanita itu tersenyum lebar. "Terimakasih." Ucapnya. Keduanya lalu berjalan beriringan menuju mobil Lucas.
-
-
Gludukk...
Gludukk...
Gubrakk!!
Empat orang yang ada di ruangan itu terlonjak kaget dan nyaris terjengkang dari kursi masing-masing. Mereka sedang menikmati makan malamnya, namun terdengar suara keras dari lantai dua. Mereka berempat yang pastinya adalah Kakek Xiao, Axel, Anita dan Andien bergegas ke lantai dua untuk memeriksanya.
Setibanya di sana, mereka melihat sesosok mahluk berbaju putih yang sedang bergelantungan di atap dengan seutas tali. Wajahnya putih dengan lingkaran hitam dimatanya, sudut bibirnya mengalir cairan mirip darah. Giginya hitam dan rambutnya panjang serta kuku-kuku panjang dan lancip.
"Se..Se...Se...!!" Kakek Xiao menunjuk sosok itu sambil ngap-ngapan seperti orang kehabisan napas.
"Ihihihi... Aku lapar, kemarilah kalian semua. Aku mau makan manusia, ihihihi.."
"Huaaaa.....!!" Mereka lari kalang kabut meninggalkan kamar kakek Xiao dan menyisakan dia sendirian di sana. Kakek Xiao menoleh kebelakang. Dan sudah tidak ada siapa pun lagi di-sana, semua kocar-kacir keluar dari kamar.
"Yakk!! Kenapa kalian malah meninggalkanku!!" Teriaknya lalu berlari keluar.
Anita, Axel dan Andien tidak berani turun karena ada sosok lain yang mencegat mereka di tangga. Sosok itu juga tak kalah menyeramkannya dari yang ada di kamar tadi. Dan karena ketakutan, Kakek Xiao sampai terkencing di celana.
"Huhuhu...! Jangan makan kami, daging kami tidak enak. Cepat pergi," pinta Anita pada kedua mahluk itu.
"Kami hantu tapi tidak makan daging manusia. Kami hantu yang suka makan uang dan emas batangan. Kalau kalian tak ingin diganggu lagi, cepat berikan uang dan emas pada kami berdua." Pinta hantu yang ada di tangga.
"Ha..Hantu kok makan emas dan uang, pasti kalian hantu bohongan ya?"
"Kami hantu sungguhan, ini buktinya!!"
"Aaahhhh..."
Hantu itu melepas kepalanya lalu melemparkan ke arah mereka berempat. Alhasil mereka pun menjadi sangat ketakutan dan histeris. Bagaimana tidak, sebuah kepala tiba-tiba menggelinding ke arah mereka.
"Cepat, beri kami uang dan emas batangan. Kami lapar," yang ada di kamar tadi menyusul keluar dan meminta uang serta emas pada mereka berempat.
"Oke, oke. Aku akan memberikannya, jangan ganggu kami lagi." Axel pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil uang dan emas yang hantu-hantu itu minta.
Dan setelah mendapatkan uang dan emas-emas itu. Mereka berdua lalu meminta Kakek Xiao dan yang lain untuk menutup mata, dan mereka menurut saja karena tidak ingin terkena nasib sial.
Kedua hantu gadungan itu pun langsung berlari meninggalkan apartemen tersebut. Tak lupa mereka meninggalkan banyak cairan merah di lantai seperti darah segar.
Kedua hantu itu yang tak lain dan tak bukan adalah si kembar saling bertos ria, malam ini mereka akan pesta besar. Dan teror-teror itu belum berakhir.
"Hehehe... Ayo kita berpesta!!"
-
-
Ponsel Lucas berdering, tetapi pemiliknya ada di kamar mandi. Serra yang kebetulan mendengarnya mengambil ponsel tersebut. Nomor asing, meskipun penasaran, tetapi dia tidak berani menerima panggilan tersebut. Serra memberitakan ponsel itu terus berdering sampai akhirnya mati dengan sendirinya.
Selang beberapa saat pintu kamar mandi terbuka lebar. Dan sosok Lucas keluar dari sana hanya dengan berbalut handuk dan bert*lanjang dada. Membuat Serra terkejut, dia pun buru-buru berbalik badan.
"Ta..Tadi ponselmu berdering. Tapi sudah mati lagi." Ucapnya terbata-bata.
Lucas pun segera menyadari apa yang membuat Serra menjadi gugup. Ia meraih kaos singletnya lalu memakainya. Dia juga memakai celana hitam panjang, Lucas tidak ingin membuat Serra malu sendiri.
"Kau sudah bisa berbalik badan, aku sudah berpakaian." Ucapnya datar.
Kemudian Serra berbalik badan dan berhadapan dengan Lucas. Benar, dia sudah berpakaian lengkap. Susah payah Serra menelan salivanya melihat tubuh berotot Lucas, tidak besar namun terlihat kuat jika di sentuh.
"Sepertinya telefon tadi sangat penting. Sebaiknya kau telfon balik orang itu. A..Aku ke dapur dulu. Tiba-tiba aku haus." Serra berbalik dan melenggang pergi. Dia tidak ingin terlihat konyol di depan Lucas. Dan Serra sungguh mengutuk Lucas yang berani mengumbar aurat di depan matanya.
-
-
Bersambung.