Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 16
Di sebuah apartemen yang terletak di sudut kota yang ramai, suasana hening menyelimuti ruangan. Lampu redup memancarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan di dinding. Di atas ranjang yang rapi, seorang pria bernama Rafael tengah terbaring, terlelap dalam dekapan seorang wanita yang tak lain adalah, Angel. Aroma parfum yang manis masih menyelimuti udara setelah malam yang penuh gairah.
Angel, dengan senyuman yang menggoda, merengkuh Rafael lebih erat, seolah enggan melepaskannya. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Rafael, tersentak oleh suara jam dinding yang berdetak, perlahan membuka matanya.
"Astaga, aku ketiduran! Mana aku belum kasih kabar ke Stella kalau aku masih belum bisa pulang. Bagaimana ini apa sebaiknya aku telpon Stella ya, pasti dia nungguin aku."
Rasa kantuknya mulai sirna saat ingat akan keluarga kecilnya, bagaikan slide film yang terus berputar di kepalanya. Wajah lembut istrinya, Stella, terbayang jelas di benaknya. Tiba-tiba, rasa bersalah menyergapnya.
Rafael duduk di tepi ranjang, merapikan kembali pakaiannya yang terlihat berantakan. "Aku harus pulang!" Kata Rafael tegas, suara berat penuh penyesalan sedangkan Angel yang masih terbaring, sontak kedua netranya terbuka lebar menatap heran ke arah kekasihnya.
"Kenapa, Sayang? Kita kan masih bisa menikmati waktu ini lebih lama." Jawab Angel dengan suara nan lembut dan nada yang penuh menggoda. Dia mencoba meraih tangan Rafael, menariknya kembali ke ranjang. Namun usahanya seperti tak membuahkan hasil sedikitpun untuk wanita itu.
Rafael menggeleng, hatinya berperang dengan segala macam pikiran yang ada di benaknya. "Tapi, bagaimana dengan Stella ... dia pasti sudah menungguku."
Angel mendekat, menatap dalam mata Rafael. "Apa kamu benar-benar ingin meninggalkanku setelah semua ini? Kamu tahu, kita bisa mengukir kenangan yang lebih indah, tentunya jauh lebih menggairahkan dari apa yang kamu dapat dari istrimu.
Suasana di ruangan semakin menegangkan. Rafael merasakan sebuah tarikan antara dua dunia. Di satu sisi, ada kehidupan yang dia inginkan cinta dan kasih sayang Stella. Di sisi lain, ada hasrat yang sulit diabaikan bersama Angel.
"Ini tidak benar, Angel!" Rafael berucap lalu beranjak dari tempatnya, berusaha menghindar dari sosok wanita yang telah mengisi kekosongan hatinya selama ini.
Namun, dengan cepat Angel menariknya kembali, menggenggam tangan kekar Rafael dengan erat. "Jangan pergi, Rafael! Aku mohon, jangan tinggalkan aku."
Pinta Angel menatap sendu wajah Rafael yang penuh bimbang, seolah hati kecilnya tak bisa memilih antara dua wanita yang ada di dalam hatinya saat ini. Dua wanita yang sama-sama penting untuk dirinya, dua wanita yang sangat Rafael cintai, dan juga dua wanita yang memiliki peran masing-masing di kehidupan Rafael.
Jujur ... untuk di suruh memilih pun, Rafael tidak akan pernah bisa melakukan hal itu. Terlebih dia tidak akan bisa meninggalkan Stella, sosok wanita yang menemaninya di saat suka maupun duka. Sedangkan untuk Angel ... Rafael pun tidak bisa meninggalkan wanita itu yang telah memberikannya kepuasan hingga dia merasakan kembali gelora berbahaya di benaknya.
Seolah jiwa muda nya pun bangkit di saat itu juga, dimana Rafael yang mampu merasakan perbedaan antara Stella dan Angel, dua wanita yang memiliki rasa berbeda. Satu rasa Chery, dan satunya lagi sensasi rasa vanila.
Akhirnya, setelah berdebat dalam hati, Rafael meraih jas dan tas kerjanya. "Aku harus pergi!" Tegasnya kembali pada Angel tanpa sedikit pun Rafael menoleh menatap wanita itu, meskipun suara hatinya bergetar.
Dengan satu langkah, Rafael berhasil keluar dari cengkeraman Angel. Rafael melangkahkan kakinya menuju ke pintu, ada rasa bersalah dan kerinduan yang menyelimuti dirinya.
'Sialan! Untuk kesekian kalinya Rafael berani mencampakkan ku lagi. Dan ini semua gara-gara Stella yang selalu jadi prioritas di hati Rafael.'
Rafael tidak ingin menyakiti Stella, tapi di sisi lain, kenangan malam ini akan sulit untuk di lupakan, mengingat Angel yang telah memberikan nya kehangatan dan rasa yang mampu membuat Rafael bergairah setiap waktu, bahkan Rafael pun seolah telah lupa akan rasa yang di berikan oleh Stella kepadanya.
Ketika pintu apartemen kembali ditutup, Rafael menarik nafas dalam-dalam berusaha menepis bayangan Angel yang terus berputar bagaikan komedi putar yang memenuhi isi kepalanya.
Pria itu berlari secepat mungkin masuk kedalam lift menuju lobby. Setiap langkah kakinya kian terasa berat, namun tekadnya untuk kembali kepada istrinya semakin kuat.
Rafael yang tidak ingin menyia-nyiakan waktunya, dia segera melajukan mobilnya menembus malam, membelah jalan yang tampak sunyi menuju mansion.
Pria itu tidak ingin istrinya kembali curiga padanya seperti sebelum-sebelumnya. Dan beruntung Rafael yang memiliki sejuta alasan, mampu untuk mengelabuhi Stella yang notabene-nya istri yang sangat mempercayai suaminya, selain itu Rafael tahu jika Stella begitu mencintai dirinya sama seperti hal nya dengan dirinya. Tapi, satu kesalahan yang membuat Rafael masuk ke dalam jurang yang menyeretnya semakin dalam membuatnya tak bisa kembali ke permukaan.
Tak berselang lama mobil sport milik Rafael memasuki gerbang utama mansion. Kemudian dia memarkirkan mobilnya di depan halaman mansion, dia keluar dan memberikan kontak mobilnya ke satpam penjaga mansion untuk memasukkan mobilnya ke dalam garasi.
Setelah itu kakinya membawa langkahnya masuk ke dalam mansion dengan segala macam hal yang bergelayut di pikirannya.
Saat pintu utama terbuka, Rafael merasakan ketegangan pada dirinya, seketika dadanya bergetar hebat. Kedua netranya menyapu pandang ke seluruh ruangan, tapi sosok yang dia rindukan tidak dia dapati. Kemudian dia bergegas kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga berukir menuju kamar mewahnya.
Ceklek
Sorot matanya langsung tertuju ke arah ranjang, dimana ada seorang wanita yang tengah terbaring pulas di bawah selimut untuk menghangatkan tubuh mungilnya dari hawa dingin yang mencekam di ruang kamarnya.
"Stella, Sayang. Aku pulang ...."
'Syukurlah ternyata Stella sudah tidur, dan kayaknya dia gak curiga kalau dia curiga pun Stella pasti nungguin aku sampai pulang untuk nanyain ini semua. Stella ... maafkan aku, Sayang. Aku juga gak tahu kenapa aku bisa seperti ini, tapi ... saat ini aku seperti terjebak dalam lingkaran perasaan yang aku sendiri gak bisa jelasin.'
Rafael tengah duduk di atas ranjang sambil memandang tubuh mungil istrinya yang saat ini tengah terbaring dengan posisi miring, membuatnya tak bisa menatap wajah cantik Stella. Dia terus memperhatikan istrinya yang terlelap dalam mimpi indahnya, kemudian Rafael berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah kepergian Rafael, ternyata sedari tadi Stella hanya berpura-pura tidur karena dirinya tak ingin berdebat dengan suaminya, yang pada akhirnya dia pun kalah karena tidak bisa membuktikan kecurigaannya selama ini.
'Mas Rafael menangis? Kenapa ... apa dia menyesal habis jalan dengan perempuan lain dan mengkhianati aku, atau kenapa?'
*
Pagi pun tiba, kini Stella telah bangun dan segera membersihkan diri. Rencananya dia akan berendam terlebih dulu untuk menghilangkan sebuah beban yang menjalar di tubuhnya.
Setengah jam kemudian dia keluar, lalu memakai sebuah dress panjang selutut berwarna Lilac. Dan itu salah satu dress favorit Stella karena selain bentuk dan warnanya, tetapi dress itu merupakan hadiah dari Rafael pada saat ulang tahunnya satu tahun yang lalu. Dimana sosok suaminya yang sangat mencintai dirinya, tidak seperti saat ini yang semakin hari Rafael semakin jauh untuk Stella gapai, begitulah ungkapan perasaan yang mewakili hati Stella saat ini perihal suami yang di cintainya.
"Aah, pagi-pagi kenapa aku harus mellow begini ... Stella, ayo kamu harus semangat buktikan bahwa memang kecurigaan kamu selama ini benar, biar semuanya terungkap dengan jelas." Gumam Stella yang selesai merapikan rambutnya, dan sebelum kemudian dia keluar dari kamar melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju dapur.
🍁Dapur🍁
Seperti biasanya, Stella akan memasak untuk sang buah hati dan suaminya yang di bantu oleh Bi Yati, selaku asisten rumah tangga di mansionnya. Satu jam kemudian setelah dia berkutat lama dengan alat dapur nya, kemudian Stella meminta Bi Yati untuk menyajikan masakannya di meja makan.
"Bi Yati, saya tinggal ke kamar Rafella dulu ya. Nanti segera sajikan di meja makan untuk sarapan pagi ini."
Stella melangkahkan kakinya keluar dari dapur, meninggalkan Bi Yati yang masih sibuk dengan pekerjaannya pagi ini.
"Baik, Nyonya." Jawab Bi Yati sopan sambil menundukkan kepala dengan jemari tangan nya yang masih memegang alat perangnya di pagi hari.
Beberapa menit kemudian setelah dia membangunkan putrinya, Stella kembali ke kamarnya menyiapkan pakaian kantor Rafael sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan tugasnya menjadi seorang istri, meskipun ada sesak di dada yang dia rasakan saat ini. Namun, sekuat mungkin Stella menepis kecurigaannya itu untuk tidak jadi beban di pikirannya, sampai dirinya berhasil menemukan bukti nyata penghianatan suaminya padanya.
"Mas, apa kamu sudah selesai?" Stella mengetuk pintu kamar mandi.
"Sebentar, Sayang." Sahut Rafael dari dalam kamar mandi yang suaranya masih terdengar oleh Stella.
"Aku tunggu kamu di bawah ya, Mas." Stella berjalan keluar meninggalkan kamarnya, kakinya membawa melangkah menuruni anak tangga menuju ruang makan.
"Mom ... mana Daddy?" Teriak Rafella yang mendapati Mommy nya turun sendirian dari anak tangga.
"Sebentar lagi Daddy turun, Sayang. Kamu sabar ya ...." Stella tersenyum menatap putrinya, berusaha menutupi segala macam perasaannya saat ini.
Tak berselang lama datanglah Rafael yang sudah berpakaian rapi memakai pakaian kantornya. Hari ini Rafael terlihat bersemangat, terlihat jelas dari raut wajahnya kini serta senyuman indah yang menghiasi wajah tampannya.
"Mas, aku bolehkan hari ini ikut kamu ke kantor?"
"Uhuk ... uhuk ... uhuk ..."
"Minum dulu, Mas. Pelan-pelan dong makannya." Stella menyodorkan segelas air minum ke Rafael sembari mengelus lembut punggung suaminya.
"Makasih, Sayang. Aku gak kenapa-kenapa kok, cuma sedikit tersedak." Rafael meraih gelas tersebut lalu meminumnya hingga tandas.
"Bagaimana, Mas ... apa aku boleh ke kantor kamu sebentar?" Stella menelisik wajah Rafael yang sedikit tegang.
"I-iya boleh dong, Sayang." Jawab Rafael terbata sambil menikmati kembali makanannya.
"Sayang ... hari ini kamu di antar sama Pak Edi ya. Besok Daddy akan mengantar kamu lagi, ok!"
"Ok, Dad."
Setelah selesai sarapan Stella segera mengambil tas nya di dalam kamar, dan sebelum kemudian dia turun dan menuju pintu utama. Dimana sang suami dan anaknya sudah menunggu nya di depan mansion, yang sudah ada dua mobil mewah telah di siapkan oleh Pak Edi selaku sopir pribadi Rafael yang bertugas untuk mengantar Rafella sang buah hati.
"Apa ini, Mas? Cincin untuk siapa ini, sepasang ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁
apa yg sedang direncanakan Angel sebenarnya? jangan2 dia memang sengaja mau merebut suami sahabatnya???
Semoga segera terbongkar. Ingin melihat wajah penyesalan Rafa....